Home Lomba Blog KTF 2014 Melancong ke Hongkong (3) : Keramahan Oriental Yang Menyenangkan

Melancong ke Hongkong (3) : Keramahan Oriental Yang Menyenangkan

oleh

Keramahan para karyawan kawasan Hongkong Disneyland mulai dari petugas hotel, pemandu wisata kami  sampai penjaga toko souvenir sungguh sangat mengesankan.

 

Saat kami sarapan secara prasmanan di Enchanted Garden Hotel Disneyland pada hari kedua (Sabtu,19/3/2011), dengan sigap para pelayan restorant yang bernuansa mewah tersebut melayani kami dengan ramah. Saat beberapa karakter khas Disney seperti Mickey Mouse, Daisy Bebek dan Goofy masuk ke area restoran, dengan santun mereka mempersilahkan kami berpose bersama dan menawarkan diri untuk memotret dengan kamera yang kami bawa. Tak ayal, ini menjadi kesempatan berharga buat kami untuk mengabadikan kejadian langka tersebut.

 

Pada hari kedua, kami mencoba untuk berjalan sendiri menjelajahi lebih dalam eksotisme Hongkong Disneyland tanpa ditemani pemandu wisata “Star Guest” dari City Hall. Saya sempat mengunjungi gedung “Art of Animation” di zona Main Street USA yang menjadi semacam museum Animasi Disney. Disini kita bisa menyaksikan beberapa ikon-ikon terkenal kartun Disney, bagaimana sejarah pembuatan hingga pencapaiannya yang paling mutakhir.

Saya begitu terkesan pada “Toy Story Zoetrope” yakni berupa patung-patung mini tokoh Toy Story diatas sebuah tatakan bulat yang berputar. Pada awalnya terlihat patung-patung ini terlihat statis, namun ketika putarannya makin cepat dibarengi kerlip lampu patung-patung ini bergerak sangat dinamis. Sungguh sebuah pagelaran seni animasi 3 Dimensi yang memukau. “Toy Story Zoetrope” ini terinspirasi dari karakter 3D “Bouncing Totoro” yang dipamerkan di museum Chibli, di Kota Mitaka Tokyo Jepang dan dirancang oleh Toshio Iwai. Gregory Barsamain bersama Tim Pixar kemudian mengembangkannya bersama Toshio untuk “Toy Story Zoetrope” di “Art of Animation” Hongkong Disneyland ini.

 

Pada hari ketiga atau hari terakhir (Minggu 20/3) kami di Hongkong Disneyland, setelah sarapan di Chef Mickey check-out dari hotel dan menitipkan tas di lobi, kami lalu menjajal petualangan naik MTR (kereta api cepat) menuju Mongkok yang konon merupakan salah satu daerah belanja barang-barang murah di Hongkong.

Cuaca cukup bersahabat hari itu. Setelah membeli tiket, kami berangkat dari stasiun MTR yang berada di kawasan Disneyland Resort menuju Sunny Bay. Saat melihat sekeliling stasiun, saya mendadak teringat desain stasiun di Disneyland Resort ini dirancang mirip-mirip stasiun kereta di film Harry Potter. Memiliki langit-langit tinggi dengan rangka berukir unik serta bangunan yang eksotik dengan nuansa fantasi yang kental.

Nampaknya memang kereta yang melayani rute Hongkong Disneyland ke Sunny Bay pulang-pergi ini memang khusus dibuat dengan rancangan ala Disney mulai dari interior dalam maupun luar. Jendelanya pun mengadopsi karakter siluet Mickey Mouse. Kesan bersih dan rapi terlihat dalam kereta ini, membuat kami semua betah berlama-lama. Sayang perjalanan ke stasiun Sunny Bay terlalu singkat.

Kami lalu pindah kereta menuju stasiun Lai King. Dalam perjalanan, secara tak sengaja saya mendengarkan seorang gadis berjilbab berbicara dalam logat jawa lewat telepon genggamnya. Saya lalu memberanikan diri untuk mengajaknya ngobrol. Namanya Tuti, asal Ponorogo. Hari itu ia berencana untuk kumpul-kumpul bersama teman seprofesinya di Victoria Park.

“Kami juga sering mengadakan pengajian bersama teman-teman. Kebetulan hari Minggu adalah hari libur yang bebas buat kami untuk melakukan perjalanan agak jauh,” kata Tuti tersipu. Ia lalu merekomendasikan kami untuk jalan-jalan ke Tsim Tsa Tsui yang kebetulan satu arah dengan Mongkok tujuan kami saat itu. “Disana lebih banyak pilihan untuk membeli souvenir dan juga makanan-makanan halal ala Pakistan atau India,” kata Tuti. Kami akhirnya setuju bahwa dari Mongkok kita akan melanjutkan perjalanan ke Tsim Tsa Tsui.

Setelah mengucapkan terimakasih pada Tuti, kami turun di stasiun Mongkok. Keluar stasiun ternyata kami berada di dalam mal Langham Place. Stasiun Mongkok terintegrasi dengan mal besar tersebut. Kami keluar sebentar untuk foto-foto. Sempat kami menemui beberapa pekerja wanita Indonesia yang tengah duduk-duduk di depan pelataran Langham Place.

Semula saya tidak menduga mereka dari Indonesia karena dandanannya ala Harajuku yang gaul abis. Rambut dicat warna-warni dengan busana masa kini yang trendy.

Saat terdengar bicara dengan logat jawa yang kental, saya segera tahu mereka dari Indonesia. Kami lalu bercakap-cakap akrab dengan mereka. Dan benar saja mereka menyarankan kami untuk ke Tsim Tsai Tsui saja kalau mau berbelanja.

Kami melanjutkan petualangan ke Tsim Tsa Tsui. Kami tiba disana sekitar pukul 11.30 siang. Perut sudah minta diisi. Udara sejuk di daerah tersebut membuat kami memang cepat lapar. Setelah melihat kesana kemari, akhirnya diputuskan secara aklamasi, kami makan siang di restorant Mc Donald. Tampaknya ini memang salah satu pilihan terbaik karena disekeliling kami tak terlihat penyedia makanan halal dan cukup sesuai dengan selera kami.

Seusai santap siang, kami jalan-jalan di kawasan tersebut. Syukurlah kami menemui sebuah toko kaki lima yang menjual souvenir murah. Akhirnya kami memutuskan untuk belanja disana. Harganya memang relatif murah dbandingkan di daerah Hongkong Disneyland. Waktu ternyata berlalu begitu cepat. Kami mesti harus kembali ke hotel dan langsung ke Airport untuk mengejar pesawat yang akan berangkat jam 19.00. Rencana untuk ke Kowloon terpaksa dibatalkan. Pokoknya yang penting apa yang kami cari : oleh-oleh murah meriah dan menikmati eksotisme sepenggal kota Hongkong bisa kami rasakan. Walau hanya sebentar.

Ketika saat boarding naik pesawat  yang akan membawa kami pulang ke tanah air, sebuah kesan manis terbersit di hati. Ada harapan untuk bisa kembali lagi ke kota ini. Dan lamat-lamat, saya seperti mendengar nyanyian John Denver “Leaving On The Jet Plane” mengalun pelan,:

I’m Leaving on the Jet Plane

I don’t know when I’ll be back again

Oh..Babe, I hate to go…

Byee Hongkong..

Thanks for Everything!

Catatan:

Tulisan ini juga sudah dimuat di blog saya

Penulis

Amril Taufik Gobel

Twitter : @amriltg

Artikel yang mungkin kamu suka