Home Lomba Blog KTF 2014 Hong Kong Disneyland: Kembali ke Masa Kecil

Hong Kong Disneyland: Kembali ke Masa Kecil

oleh

“Hanya ada kebahagiaan di Disneyland!”

Ada beberapa orang yang bilang, hanya ada kegembiraan di Disneyland. Apa yang membuat Disneyland berbeda? Sesampainya di Hong Kong, saya baru merasakan Disneyland pertama saya, dan saya telah membuktikan kalau hal itu benar.

Hong Kong Disneyland telah berdiri sejak September 2005 di Lantau Island dengan luas site lebih dari 27,4 hektar. Sama dengan Disneyland lainnya, Hong Kong Disneyland dibagi menjadi beberapa area bertema.

Menuju ke Disneyland!

Belum masuk ke area Disneyland saja, atmosfer keceriaan khas Disney begitu terasa. Sebuah pengalaman ruang yang unik. Keretanya keren! Setiap detailnya didesain dengan baik. Dari luar, terlihat jendela-jendela kereta yang dibuat berbentuk siluet Miki Tikus yang ikonik. Di bagian interior kereta, elemen warna didominasi dengan warna cerah seperti putih, biru dan kuning, dengan berbagai macam ornamentasi Disney di tiap sudutnya seperti patung-patung Donal Bebek dan Tinker Bell.

Atmosfer sosial nya juga sangat unik, dimana pengunjung dari usia anak-anak, muda dan dewasa melebur jadi satu dalam keceriaan. Hal ini terlihat dari wajah-wajah yang ceria, senyum, canda dan tawa menghiasi wajah para penumpang. Ada juga anak-anak yang dengan antusiasnya meng-cosplay tokoh-tokoh Disney dengan menggunakan kostum-kostum ikonik tokoh favorit mereka seperti Putri Salju dan Elsa.

 

The Magic Kingdom

Dibuka dengan empatarea bertema, kini Hong Kong Disneyland memiliki total 7 area bertema antara lain Main Street U.S.A, Adventureland, Fantasyland, Tomorrowland, Toy Story Land, Grizzly Gulch dan Mystic Point.

Mulai memasuki area pintu masuk, pengunjung disambut oleh Main Street U.S.A, dimana pengunjung dapat merasakan suasana jalan lebar klasik Amerika yang banyak muncul di film-film animasi Disney. Area ini merupakan sebuah jalan dengan lbar kira-kira lebih dari 20m dengan trotoar yang lebar pula, kemduian diapit sederetan toko-toko pernak-pernik Disney yang di dalamnya terhubung satu dengan yang lain.

Seiring berjalan di area Main Street, pengunjung diarahkan ke sebuah bundaran yang cukup besar. Pada axis yang sama dengan Main Street, terdapat Cinderella Castle yang ikonik.

Sebagai “franchise” dari negara aslinya, arsitektur Disneyland mengadopsi gaya arsitektur Amerika, yang juga banyak dipengaruhi arsitektur Eropa. Gaya-gaya arsitektur rennaisance seperti second empire style, greek revival, carpenter gothic bertebaran di seluruh area Disneyland Hong Kong.

Secara psikologis, Disneyland Hong Kong berhasil menjalankan misinya menghadirkan suasana magic kingdom khas Disney walaupun di samping itu arsitektur kawasan yang tidak kontekstual ini agak menyiksa juga. Bayangkan sebagian besar area Disneyland yang berhektar-hektar ini hampir seluruhnya diberi perkerasan, membuat udara panas tersimpan di elemen perkerasan dan mengumpul di ketinggian rendah. Minimnya area teduh di siang hari, baik di ruang terbuka maupun di bibir-bibir bangunan, juga memperparah permasalahan tersebut. Rasanya benar-benar seperti dipanggang.

 

Kembali ke Masa Kanak-Kanak

Kembali ke pertanyaan pertama, apa benar hanya ada kebahagiaan di Disneyland?

Sebagai anak-anak generasi Y, masa kecil saya dan teman-teman saya diisi oleh berbagai hal yang khas 90-an. Masa itu juga merupakan jaman keemasan Disney sebagai produsen film animasi tersukses. Disney juga mereproduksi cerita-cerita dongeng klasik dengan gaya Disney, dengan elemen-elemen khas Disney seperti impian, harapan, cinta, persaudaraan, dan tidak lupa kalimat khas dongeng seperti “once upon a time..” dan “happily ever after.”

Mulai memasuki area Disneyland, pengunjung akan mendengar soundtrack-sountrack terbaik Disney. Seiring mengelilingi tempat ini, saya sadar lagu-lagu tersebut terkubur dalam memori saya, tanpa saya ingat lagu apa dan kapan saya mendengarnya.

Entah berapa kali saya teringat potongan memori masa kecil saya ketika berjalan sambil mendengar lagu-lagu tersebut. Sesekali, entah kenapa saya teringat film Dumbo, seekor gajah yang bisa terbang dengan telinganya, yang dulu berulang kali saya play dengan laserdisk di rumah pertama saya. Tidak lama kemudian setelah saya pulang, baru saya menyadari dalam playlist soundtrack-sountrack tersebut memang ada lagu film animasi tersebut.

Hanya ada kebahagiaan di Disneyland. Saya rasa kalimat ini merupakan sebuah ungkapan bagaimana orang-orang yang datang ke Disneyland akan me-recall memori-memori masa kecilnya, yang merupakan masa-masa terindah dalam hidup. Sebuah masa tanpa penyesalan, sebuah masa tanpa kekhawatiran.

Potongan-potongan memori lainnya juga saya temukan di berbagai atraksi dan wahana.

Festival of the Lion King di area Adventureland yang spektakuler mengingatkan saya akan cerita Lion King yang terkenal, tentang bagaimana Simba mengalahkan kelemahan dirinya sendiri dan mengambil alih kerajaannya yang dikuasai pamannya, Scar, yang juga pembunuh ayahnya.

The Golden Mickey di area Fantasyland menampilkan kembali tokoh-tokoh ikonik Disney secara teatrikal, seperti Tarzan, Mulan, Ariel, Mickey, Donal, Gufi, dll. Ada kalanya perasaan haru begitu terasa saat menyaksikan aksi teater Toy Story, lengkap dengan soundtrack “You’ve Got A Friend in Me”. Momen ini mengingatkan saya kembali akan masa-masa menyenangkan bersama Woody, Buzz, Rex, Potatohead dan teman-teman lainnya.

Disney in the Stars, sebuah atraksi kembang api nonstop selama sekitar 13 menit di penutupan Disneyland pada malam hari, adalah atraksi yang paling “kena” menurut saya. Permainan variasi letusan, warna, dan timing kembang api sangat mengagumkan. Kembang api juga diiringi lagu-lagu fenomenal Disney seperti “Be Our Guest” dari film Beauty and the Beast, “When You Wish Upon a Star” dari film Pinocchio dan “A Whole New World” dari film Aladdin. Belum lagi posisi kembang api yang terlihat menjadi background Cinderella Castle mengingatkan pengunjung dengan intro film-film Disney yang ikonik.

Apa yang membuat Disneyland begitu berbeda?

Tidak hanya perjalanan yang seperti menyusuri masa lalu sendiri. Semua atraksi dan wahananya memang ditujukan untuk semua kategori umur dan memang lebih universal. Maksudnya, tidak ada wahanayang tergolong ekstrim seperti roller coaster yang berputar 360 derajat. Di satu sisi memang mengecewakan bagi adrenaline lovers. Di sisi yang lain saya bisa melihat bermacam-macam kelompok pengunjung yang didominasi keluarga-keluarga kecil maupun besar, bersama-sama masuk ke area atraksi dan wahana,tidak hanya menunggu anaknya atau cucunya.

Atraksi dan rides-nya juga sangat memukau dan menghibur, dari indoor roller coaster Space Mountain di Tomorrowland, electric carriage Mystic Manor di area Mystic Point, forward & backward roller coaster Mine Cars di Grizzly Gulch hingga atraksi sederhana dan unik di Stitch Encounter dimana pengunjung dapat berinteraksi dengan Stitch lewat sebuah layar lebar.

Saya rasa itulah jawabanya, dan ya, saya telah membuktikan bahwa hanya ada kebahagiaan di Disneyland. Saking antusiasnya, pikiran pertama saya dalam perjalanan pulang dari Disneyland ke guest house adalah: “Saya tidak sabar mengunjungi Jepang untuk Disneyland-experience yang selanjutnya!”

Temukan tulisan ini dan tulisan saya yang lainnya di terasbilly.wordpress.com

Penulis

Billy Gerrardus Santo

Twitter: @billygerrardus

Artikel yang mungkin kamu suka