Home Lomba Blog KTF 2014 Ketika Berhasil Masuk Singapura Lewat Pintu Belakang

Ketika Berhasil Masuk Singapura Lewat Pintu Belakang

oleh

Ketika Berhasil Masuk Singapura Lewat Pintu Belakang
Hampir 2 jam berada dalam penerbangan dari Jakarta hingga akhirnya siang itu kami tiba di bandara Changi, Singapura. Ini merupakan pertama kali saya pergi ke luar negeri dimana sebelumnya saya mengetahui tentang Singapura hanya dari media massa maupun cerita teman-teman yang pernah pergi ke sana. Berada di Bandara Changi serasa berada dalam sebuah supermal yang begitu besar dimana terdapat pusat perbelanjaan, hotel, arena hiburan, restoran, maupun sarana kebugaran dan kesehatan. Saya yang kebetulan berangkat bersama istri tidak melewatkan kesempatan itu untuk berjalan-jalan di setiap sudut bandara Changi.
Setelah puas berkeliling bandara, saya dan istri segera menuju pos pemeriksaan imigrasi. Tidak banyak orang yang mengantri di pemeriksaan saat itu. “Kamu datang sini…..!”, tiba-tiba seorang petugas imigrasi berseru kepada istri saya dengan bahasa Melayu yang cukup ramah. Rupanya petugas pria yang masih muda itu meminta istri saya agar menyerahkan dokumen perjalanan padanya untuk diperiksa. Sayapun juga diperiksa, namun oleh petugas yang berbeda. Sembari memeriksa, petugas pria yang tampak cukup berumur itu menyuruh untuk membuka topi yang saya pakai. Setelah topi dibuka, petugas itu memandangi wajah saya beberapa saat. Tiba-tiba petugas itu memanggil rekannya, seorang petugas perempuan, dan menyerahkan dokumen saya kepadanya. “Ikut saya!”, rekan petugas itu menyuruh saya mengikutinya. Saya menoleh ke belakang, tampak istri saya yang telah berhasil melewati pemeriksaan imigrasi memandang saya dengan cemas.
“Duduk sini!”, perintah petugas itu dan sayapun hanya bisa menurutinya. Saya duduk di salah satu kursi dalam sebuah ruangan kecil di kantor imigrasi. Tidak ada apapun di ruangan itu kecuali deretan kursi disusun mengelilingi ruangan, sebuah pamflet yang ditempel di dinding, dan dua orang wanita muda yang berpenampilan cukup mencolok sedang berbicara sambil sesekali bercanda dengan seorang petugas imigrasi pria yang masih muda. Saya hanya diam dengan kepala dipenuhi pikiran yang bermacam-macam. Tiba-tiba muncul seorang pria dengan tangan diborgol ke belakang diikuti oleh seorang petugas imigrasi berjalan menuju ke luar ruangan. Tidak lama kemudian dua orang wanita dan petugas tadipun turut keluar dan tinggal saya sendirian di dalam ruangan itu.
Cukup lama saya duduk ketika tiba-tiba seorang petugas masuk dan memanggil nama saya. Dengan sigap saya bangkit menghampirinya sambil menjawab dalam bahasa Inggris, “Yes!”. “Ini paspor kamu. Kamu keluar sini!”, kata petugas itu dalam bahasa Melayu sambil jari tangannya menunjuk sebuah lorong pendek yang diujungnya terdapat sebuah pintu tertutup. Saya berjalan menyusuri lorong itu. Sesampainya di ujung saya buka pintunya, dan ternyata saya telah melewati pos pemeriksaan imigrasi. Tampak istri saya sedang duduk di salah satu bangku dengan wajah cemas dan sayapun segera menghampirinya. Kecemasan istri saya berangsur-angsur reda setelah saya ceritakan semua yang terjadi dalam ruangan tadi. Begitupun perasaan saya yang semula bercampur-aduk menjadi lega dan bahagia karena dokumen perjalanan saya clear dan akhirnya berhasil masuk Singapura…..lewat pintu belakang.
Karena sudah terlalu lama berada di bandara, saya dan istri memutuskan untuk segera menuju hotel dengan menggunakan MRT. Kami bergegas mencari shelter MRT dan akhirnya menemukannya berada di bawah tanah bandara Changi. Kami membeli freepass untuk turis yaitu sejenis kartu multi trip yang dapat dipakai untuk naik beberapa jenis moda transportasi umum di Singapura yang berlaku untuk beberapa hari.
Hari menjelang petang ketika kami tiba di hotel di kawasan China Town. Kami harus naik dua kali MRT untuk mencapai kawasan ini. Turun di shelter MRT China Town kami berjalan sepanjang Pagoda Street untuk menuju hotel. Pagoda Street merupakan salah satu jalan yang populer bagi wisatawan yang berkunjung di Singapura. Terdapat banyak kios-kios souvenir dan restoran berjajar di sepanjang jalan itu. Malam harinya kami berdua berkeliling China Town yang masih cukup ramai meskipun telah larut. Lelah berkeliling akhirnya kami kembali ke hotel untuk beristirahat.
Keesokan harinya, selesai mandi kami bergegas menuju ruang makan untuk sarapan. Menu yang tersedia cukup mengundang selera makan, tetapi terasa ada yang belum lengkap, nasi. Hari itu kami berdua mengunjungi Sentosa Island. Kami menyusuri seluruh wahana hiburan yang ada di pulau itu, termasuk satu icon yang cukup populer yaitu Universal Studio. Selesai menjelajahi Sentosa Island ternyata hari sudah beranjak sore. Saya dan istri segera menuju Marina Bay Sand dimana terdapat Patung Merlion simbol negara Singapura.
Menjelang petang kami telah berada di Patung Merlion untuk bersantai. Ternyata banyak wisatawan asal Indonesia juga sedang menikmati suasana sore di situ. Malam harinya saya dan istri dijamu makan malam oleh Suki, seorang kawan kuliah yang bekerja di Singapura. Selesai makan malam kami berdua diajak berkeliling Marina Bay Sand, menikmati pertunjukkan air mancur, dan menikmati keindahan gedung-gedung di kawasan itu. Tengah malam, Suki mengajak saya dan istri untuk mengunjungi salah satu kawasan perbelanjaan yang cukup populer bagi turis di Singapura. Di pusat perbelanjaan ini kami membeli oleh-oleh untuk beberapa teman dan keluarga di Indonesia yang sempat menyampaikan ‘aspirasi’ menjelang keberangkatan kami ke Singapura. Menjelang dini hari saya dan istri kembali ke hotel setelah saling berpamitan dengan Suki.
Saya dan istri agak terlambat bangun keesokan paginya. Hampir saja waktu sarapan telah lewat ketika kami tiba di ruang makan. Untung saja sarapan pagi itu masih tersaji sehingga kami masih bisa makan di hotel. Selesai sarapan, kami segera mengemasi barang-barang untuk cek-out dari hotel. Hari itu kami berdua hendak melanjutkan perjalanan menuju Kuala Lumpur, Malaysia.

 

Penulis

Rinaldi

Twitter: @r1n4ld1

Artikel yang mungkin kamu suka