Home Lomba Blog KTF 2014 Sisi Romantis Frankfurt

Sisi Romantis Frankfurt

oleh

Frankfurt sebagai kota bisnis amat mudah dikenali dengan  melihat bangunan tinggi dan monument modern yang bertebaran. Salah satunya gedung Bank Central Uni-Eropa atau Eurotower   berdiri tegak dengan monument logo Uni Eropa di depannya.

Tanda sebagai kota bisnis yang terus berkembang bisa juga dilihat dengan berdirinya sebuah patung setinggi 21 meter bernama Hammering Man karya  Jonathan Borofsky  di kawasan Messe.

Lantas, wisata apa yang bisa dilakukan di kota bisnis yang serba modern ini?

Bunga Merah di Romerberg
Banyak cara mengelilingi kawasan wisata Frankfurt. Pilihan pertama, menggunakan bus tingkat atau sering disebut Hop On Hop Off.. Tapi harga 19 euro untuk durasi kurang dari 15 menit menurut saya terlalu mahal. Turis yang tidak punya banyak waktu ataupun cepat lelah, transportasi satu ini amat membantu. Kekurangannya, lokasi wisata yang kunjungi sudah ditentukan, seperti Paulskriche, Romer, Zoo Frankfurt, sampai ke Alt Sachsenhausen. Pemandu akan menjelaskan dalam 10 bahasa, namuni bahasa Indonesia belum termasuk.

Pilihan lain adalah menyewa sepeda seharian dengan tarif 12 euro. Hotel saya menginap menyediakan sepeda rental tersebut. Cara ini cukup murah karena bisa mengunjungi banyak tempat, dan bersepeda di Frankfurt relatif nyaman dan aman karena memiliki jalur khusus. Tentu saja harus memiliki kemampuan membaca peta. Saya lihat juga, parkir sepeda tak begitu sulit di sudut-sudut jalan raya Frankfurt. Tapi tentu saja sepeda bukan pilihan yang cocok ketika mendadak hujan turun.

Saya memutuskan untuk mengelilingi Frankfurt dengan bus umum berbekal peta wisata yang saya ambil di lobi hotel.  Apalagi saya memiliki tiket terusan selama lima hari untuk menggunakan moda angkutan darat ke segala tempat di Frankfurt.

Tujuan utama saya adalah mengunjungi kawasan Romerberg, yaitu alun-alun di kawasan kota tua. Kawasan  ini memang kerap dijadikan titik awal perjalanan wisata dalam kota. Termasuk Hop On Hop Off.

Nama Römerberg berasal dari bangunan balai kota yang disebut Römer. Balai kota ini dibangun antara abad 15 dan 18 dengan arsitektur bergaya Gothic. Bangunan utamanya dikenal sebagai Zum Römer, yang berarti penghormatan kepada Romawi. Di Kaisersaal, ruang bersejarah tempat penobatan Kaisar Romawi, kita bisa menyaksikan foto-foto 52 raja-raja dan kaisar Jerman, dari Friedrich Barbarossa yang memerintah pada tahun 1152 hingga 1806.

Di sisi timur, berseberangan dengan Römer, terdapat sederet bangunan rumah kayu yang dikenal dengan sebutan Ostzeile. Inilah rekonstruksi bangunan rumah-rumah khas Jerman abad ke 15-16, yang pernah hancur lebur oleh pemboman Inggris saat perang dunia dua. Rekonstruksi selesai  pada tahun 1983. Di bangunan ini, terdapat sejumlah toko cendera mata dan cafe. Untuk harga cendera mata, harga di kios-kios sekitar stasiun pusat sedikit lebih murah.

Di sisi selatan Römerberg terdapat Historisches Museum yang merekam sejarah kota Frankfurt.  Di depan Historisches Museum terdapat Alte Nikolaikirche, gereja gothic permulaan yang dibangun pada tahun 1290. Dulunya bangunan ini digunakan sebagai gereja pengadilan untuk kaisar hingga abad ke-15. Saya beruntung karena saat berada di kawasan ini, lonceng gereja sedang dibunyikan. Suaranya benar-benar menarik perhatian.

Masih di Romerberg, kita bisa melihat monument Gerechtigkeitsbrunnen yang dibangun pada 1543. Di tengah-tengahnya berdiri patung Dewi Keadilan membawa timbangan keadilan, tetapi tanpa penutup mata.  Tak jauh dari patung itu, saya melihat seorang perempuan penjual bunga menawarkan dagangannya kepada turis. Seorang pria membeli sekuntum bunga berwarna merah, lalu menyerahkan kepada wanita muda yang bersamanya. Wajah wanita muda itu langsung berseri. Ah, romantisnya.

Lepas dari adegan romantic itu, sebagai pecinta buku, saya sedikit miris saat berada di Romerberg. Pasalnya, di alun-alun inilah terjadi pembakaran seluruh buku yang diterbitkan di Jerman oleh Nazi pada 1933.

Beberapa langkah dari Römerberg saya melihat Paulskirche atau gereja St. Paul, yang dibangun antara tahun 1789 dan 1833. Bangunan bergaya neo-klasik ini merupakan tempat cikal bakal demokrasi di Jerman. Pada tahun 1848 digunakan sebagai pemilu nasional pertama parlemen Jerman.

Masih banyak bangunan gereja tua yang bisa kita lihat berikutnya, di antaranya Katedral Frankfurt atau Kaiserdom Sankt Bartholomäus. Gereja terbesar di Frankfurt ini dibangun pada abad 14, namun sempat berantakan oleh serangan bom udara pada 22 Maret 1944. Bangunan berpuncak menara 95 meter ini dibangun kembali pada 1950.

 

Fajar di Sungai Main

Hari kedua di Frankfurt saya keluar hotel lepas pukul  lima dini hari. Meskipun suhu di luar di bawah 10 derajat celcius, saya bertekad menerobos dinginnya Frankfurt demi menjemput fajar di sungai Main.

Main adalah sebuah sungai yang mengalir dari arah timur ke barat di Jerman. Sungai terpanjang kedua di Jerman ini dapat dilalui oleh kapal-kapal pengangkut barang  dari pedalaman Jerman hingga pelabuhan di Rotterdam.

Dengan menaiki bus dicampur jalan kaki,  saya tiba di Main saat fajar belum muncul.  Beberapa warga Jerman sudah tampak berlari pagi di taman kedua sisi sungai Main. Ada pula yang bersepeda. Saya berusaha menghangatkan badan dengan berlari kecil dan sesekali menggosokkan telapak tangan.

Menyenangkan sekali bisa melihat pantulan bangunan pencakar langit di permukaan sungai Main. Beberapa jenis unggas  menemani  saya memotret sungai Main.  Benar kata teman saya, waktu yang pas untuk berada di sungai Main adalah pagi atau sore hari. Tak jarang kita menemukan pasangan kekasih karena memang suasananya amat romantis.

Berwisata mengarungi sungai Main bisa dengan paket tour perahu. Untuk 50 menit harus membayar 8,40 euro dengan tujuan Grisheim  atau 100 menit 10,40 euro dengan tambahan tujuan ke gebermuhle. Tentunya wisata dengan transportasi perahu ini hanya berlaku April – Oktober, selama musim dingin tutup.

 

^_^

Pernah diposting di: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/06/21/frankfurt-kota-bisnis-nan-romantis-567021.html

Penulis

Benny Rhamdani

Twitter: @bennyrhamdani_

Artikel yang mungkin kamu suka