Menghabiskan waktu liburan tidak melulu harus ke mall atau tempat-tempat wisata dengan tiket mahal. Wisata-wisata edukatif perlu kita kenalkan kepada anak-anak agar mereka lebih mengenal sejarah. Kebetulan anak-anak selalu antusias jika diajak melihat museum-museum ataupun situs-situs purbakala. Pada sebuah kesempatan liburan saya mengajak anak-anak mengunjungi Candi Penataran. Kebetulan kami pulang kampung ke Blitar tempat Candi Penataran berada.
Hari masih pagi saat kami bertiga bersepeda motor ke arah Candi Penataran. Komplek percandian Penataran terletak dilereng sebelah barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut di desa Penataran kecamatan Nglegok Blitar. Untuk sampai di lokasi percandian dapat ditempuh dari pusat kota Blitar ke arah utara yaitu ke jurusan makam Proklamator Bung Karno. Jarak dari kota sampai lokasi adalah 12 km. Bagi pengunjung yang datang dari Malang tidak perlu masuk kota sebab dapat ditempuh dengan perjalanan potong kompas lewat pertigaan Desa Garum belok kanan sejauh lebih kurang 5 km dari lokasi. Namun jalannya tidak cukup lebar.
Riwayat Penemuan
Semenjak runtuhnya Kerajaan Majapahit yang kemudian disusul dengan masuknya agama Islam banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu/Budha ditinggal begitu saja oleh masyarakat pendukungnya. Lama – kelamaan bangunan-bangunan suci yang tidak lagi digunakan menjadi terlantar dan tertimbun longsoran Tanah. Keadaannya semakin parah apabila batu-batunya diambil masyarakat untuk membuat rumah. Keadaan ini berlangsung cukup lama sampai datangnya peneliti di permulaan abad 19. Para peneliti mulai mengadakan rekonstruksi dan pemugaran situs-situs purbakala. Candi Penataran ditemukan pada tahun 1815. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles letnan gubernur Jendral pemerintah kolonial Inggris yang berkuasa di Indonesia pada waktu itu.
Secara keseluruhan Candi Penataran menempati areal tanah eluas 12.946 meter persegi berjajar dari barat laut ketimur kemudian berlanjut ke tenggara. Susunan komplek percandian Penataran menarik karena letak bangunan yang satu dengan yang lainnya berhadap-hadapan terus ke belakang yang sepintas kelihatannya agak membingungkan. Susunan bangunan mirip dengan susunan pura-pura di Bali. Dalam sususan seperti ini bagian halaman yang terletak paling belakang adalah yang paling suci karena disini terdapat bangunan pusat atau bangunan induknya.
Pintu masuk komplek percandian ini adalah undak-undakan menurun. Kemudian kita akan menemukan dua buah arca penjaga pintu. Angka tahun yang tertera dalam landasan arca adalah 1424 Saka dalam huruf Jawa Kuno atau 1320 Masehi. Selanjutnya kami memasuki tempat petugas menerima tamu. Tidak ada biaya khusus yang dikenakan jika kita memasuki areal percandian. Kita hanya disuruh mengisi buku tamu dan memasukkan uang kas seikhlasnya untuk pemeliharaan candi. Kita juga boleh membeli buku tentang Candi Penataran yang bisa dibeli di sana.
Secara umum komplek percandian Penataran terdiri dari beberapa candi. Diantaranya adalah :
1. Candi Angka tahun
Disebut angka tahun karena diatas ambang pintu masuk bangunan terdapat angka tahun 1291 Saka ( 1369 Masehi). Di kalangan masyarakat Blitar candi Angka Tahun ini dikenal dengan Candi Browijoyo karena model bangunan ini dipergunakan sebagai lambing Kodam V Brawijaya. Kadang-kadang adayang menyebut Candi Ganesa karena di dalamnya ada arca Ganesa.
Candi Naga terletak di sebelah kanan Candi Induk. Disebut Candi Naga karena sekeliling tubuh candi dililit naga dan figur-figur atau tokoh-tokoh seperti raja sebanyak sembilan buah yang sebelah tangannya mendukung tubuh naga yang melingkari bagian atas bangunan. Fungsi Candi Naga adalah untuk menyimpan benda-benda upacara milik para dewa dan untuk pemberian kesaktian benda-benda milik kerajaan Majapahit.
3. Candi Induk
Bangunan candi induk adalah bangunan paling besar diantara bangunan-bangunan candi yang lain. Terletak di bagian belakang yakni bagian yang dianggap paling suci. Bangunan induk ini terdiri dari tiga teras bersusun dengan tinggi seluruhnya 7,91 meter. Teras pertama pada dinding sisi barat terdapat dua buah tangga naik yang berbentuk undak-undakan. Pada teras kedua bentuknya hamper sama dengan teras pertama namun bagian yang menjorok bukan ke dalamtetapi keluar dengan bentuk lebih kecil. Teras ketiga bentuknya hamper bujur sangkar. Dindingnya berpahatkan area singa bersayap dan naga bersayap.
Selain beberapa candi di atas , kami juga menyempatkan diri berkeliling ke semua komplek percandian. Ada beberapa puing yang terletak di depan Candi Naga. Selain itu ada prasasti bertuliskan huruf Jawa kuno di sebelah kiri candi induk. Sambil berkeliling kami juga mengamati beberapa relief yang ada di dinding candi. Anak-anak antusias sekali bertanya tentang sejarah Candi Penataran ini.
Menuju ke bagian belakang candi ada sebuah kolam berasal dari mata air kuno. Airnya jernih sekali. Konon barang siapa yang mandi atau mencuci muka di mata air ini akan awet muda. Banyak pengunjung sengaja cuci muka di mata air yang kelihatan jernih ini. Begitupun dengan kami. Aku dan anak-anak menyempatkan diri mencuci muka di mata air ini.
Beberapa jam menyusuri komplek percandian yang luas memang menyenangkan. Tak terasa hari bertambah siang. Tak lengkap rasanya berkunjung ke Candi Penataran jika tidak berfoto. Tak lengkap pula jika kita tidak memfoto pemandangan Candi penataran dari teras Candi Induk yang paling tinggi. Tampak komplek percandian yang indah. Wisata situs purbakala ini adalah hal baru buat anak-anak. Tapi mereka tampak puas. Bagaimana? Apakah anda tertarik mengunjunginya?
Sumber referensi :
Buku Komplek Candi Penataran karya Soenyono dan Wisnoe Wardono
(870 kata)
Link blog http://fadevmother.com/menyusuri-situs-purbakala-candi-penataran-blitar/