Home Rencanakan LiburanmuInfo & Tips Ingat 5 Hal ini Agar Vakansi ke Raja Ampat Lebih Maksimal

Ingat 5 Hal ini Agar Vakansi ke Raja Ampat Lebih Maksimal

oleh Kompas Klasika

Sebaiknya perhatikan hal-hal berikut agar vakansi ke Raja Ampat terasa maksimal!

Raja Ampat, di Papua Barat, hampir selalu bisa ditemui dalam setiap daftar titik selam terbaik di dunia yang dipublikasikan oleh berbagai organisasi atau majalah khusus selam. Keindahan dunia bawah lautnya memang tak diragukan. Ia berhasil menjadi magnet baru dalam dunia pariwisata Indonesia. Pariwisata Raja Ampat pun tumbuh rata-rata 7 persen setiap tahunnya. Menariknya, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik Kabupaten Raja Ampat, pada 2013-2017, jumlah wisatawan mancanegara empat kali lipat lebih banyak daripada wisatawan domestik.

Geliat ini membangkitkan derap ekonomi warga lokal. Diharapkan, pertumbuhan pariwisata di Raja Ampat dapat berkelanjutan agar kesejahteraan hidup warga pun meningkat. Demi pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan, berbagai perubahan dilakukan. Baik sistem, tata kelola, hingga peraturan yang wajib dipahami setiap wisatawan agar turut menjaga ekosistem alam dan budaya setempat.

Berencana berlibur ke Raja Ampat dalam waktu dekat? Simak beberapa hal berikut.

1. Antre di Pos Manta

Berenang dengan ikan pari manta termasuk dalam bucket list Anda? Untuk menjaga populasi dan kondisi alami, di Manta Sandy, yang masuk dalam ulayat Kampung Arborek, Kepulauan Raja Ampat, hanya membolehkan maksimal 20 penyelam maupun snorkeler pada satu waktu. Maksimal penyelaman dan aktivitas snorkeling selama 1 jam. Untuk itu, setiap wisatawan wajib melapor, menunjukkan kartu jasa lingkungan pada petugas, dan mengikuti arah peraturan dan syarat berenang dari petugas di Pos Manta.

2. Tidak menyentuh, tidak mengejar

Saat berenang dengan ikan pari manta, penyu, ikan-ikan terumbu karang, atau bahkan hiu, tetaplah tenang dan menjadi pengamat. Selalu menjaga jarak amat perlu agar penghuni bawah laut tidak merasa terganggu. Seperti halnya di wilayah Mata Sandy, yang memberlakukan peraturan agar selama mengamati pari manta berenang dan menyantap plankton, dilarang memegang dan mengejar manta. Hal ini dapat mengganggu manta yang menyebabkan mereka pergi dari wilayah tersebut. Peristiwa ini pun pernah terjadi, yang tentu saja menjadi masalah dalam menjaga keberlangsungan geliat pariwisata.

3. Tidak memberi makan

Memberi makan ikan, misalnya dari atas kapal atau dermaga memang menarik, karena membuat ikan-ikan bermunculan dan berkerumun di permukaan. Namun, hal ini justru dapat mengganggu proses rantai makanan. Pasalnya, setiap kedalaman laut memiliki tipe ikan tersendiri. Karena banyak yang memberi makan, ikan-ikan dari kedalaman dapat naik ke permukaan. Padahal, alga yang biasa menutupi terumbu karang itu dimakan oleh ikan-ikan di laut dalam. Jika ikan-ikan di laut dalam naik ke permukaan, populasi alga meningkat dan lama-lama menyebabkan terumbu karang mati karena tertutup alga.

4. Pahami budaya, ikuti sasi dalam masyarakat

Bukan hanya mereguk keindahan alam Raja Ampat, selami pula kehidupan warganya. Ketahui hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, sesuai peraturan adat setempat. Masyarakat adat Raja Ampat mewarisi prinsip-prinsip menjaga keseimbangan alam dari leluhurnya, yang diterapkan dalam bentuk sasi atau larangan. Misalnya, warga di Kampung Arborek tidak boleh memancing ikan dalam jarak 2 mil dari batas pulau. Terumbu karang juga tidak boleh dirusak, diinjak, atau terkena kapal. Setiap warga pun dilarang memancing hiu, penyu, dan teripang.

Sasi terbaru yang diterapkan adalah melompat dari jetty (dermaga) Arborek. Banyak wisatawan yang singgah ke Arborek, hanya untuk bermain-main di sekitar dermaga. Melompat dari atas dermaga pun seolah menjadi atraksi “wajib”, karena tepat di bawah dermaga ada banyak sekali ikan, mengingat wilayah itu menjadi area schooling fish. Sebelum ada sasi, karena terlalu sering orang melompat dari atas dermaga, populasi ikan semakin lama semakin sedikit karena merasa terganggu.

5. Bawa pulang sampah

Sampah selalu menjadi persoalan dilematis bagi setiap warga yang tinggal di pulau, di mana pun berada. Akan lebih bijak, jika sebagai pendatang, tidak menambah masalah pada warga setempat. Oleh karenanya, kumpulkan sampah-sampah pribadi Anda dan bawa kembali ke daratan yang lebih mudah proses pengumpulan dan pengolahannya.

Yuk, nikmati negeri, sambil jaga keberlangsungannya. Agar jangan hanya kita yang bisa menikmatinya, tetapi juga generasi penerus nanti.[ADT]

Artikel yang mungkin kamu suka