Tidak terasa trip 11 hari keliling 4 negara ASEAN sudah hampir setahun. Ketika itu, perjalanan dimulai dari Jakarta – Kuala Lumpur dan berakhir dari Singapore – Jakarta. Segala perasaan campur aduk menjadi satu, kesal, senang, kecewa, marah, bahagia. Menjadikan pengalaman yang tidak mungkin dilupakan. Jauh dari rutinitas kerja yang padat, terbebas sejenak dari kehidupan pikiran jenuh yang kerap datang menghampiri. Menikmati hidup bagaikan disebuah film, liburan dari satu tempat ke tempat lainnya, tanpa peduli apapun yang akan terjadi. Dari Kuala Lumpur menuju Bangkok kemudian ke Pattaya lalu menyebrang ke Simreap , Phnompenh dan berakhir di Singapore.
Rencana perjalanan sudah disusun dengan mantap. Tinggal mengeksekusi satu per satu rencana tersebut. Semua berjalan dengan lancar selama di Bangkok dan Pattaya, wisata kuliner, tempat sejarah dan budaya serta tidak ketinggalan menjelajahi kehidupan dunia malam Bangkok dan Pattaya. Keadaan mulai berubah dan tidak sesuai perkiraan adalah perjalanan dari Pattaya menuju Simreap , Kamboja.
Ringkas cerita, bus yang kami tumpangi berisi 10 orang , tidak ada satupun warga lokal yang bisa berbahasa Inggris. Kami hanya ingin memastikan , bus yang dipesan oleh pihak hotel di Pattaya sudah benar dan akan membawa kami sampai di Simreap malam itu juga. Sampai pada akhirnya, 30 menit sebelum kami diturunkan di Aranyaprathet, pinggiran kota Thailand yang berbatasan dengan Poipet, Kamboja, ada seorang perempuan muda dengan terbata- bata bicara kepada kami sambil menggunakan bahasa tubuh, bus ini tidak akan sampai Simreap, karena imigrasi sudah tutup jam 8 malam. Sedangkan saat itu sudah jam 9.30 malam. Kalian harus cari penginapan di Aranyaprathet dan besok paginya baru bisa melewati perbatasan kedua negara itu.
Sekujur tubuh langsung lemas, jika sesuai dengan rute perjalanan, harusnya malam ini sudah di Simreap dan besoknya sudah bisa berwisata ke Angkor Wat. Kookkai, begitu dia sebut namanya, menawarkan diri untuk membantu kami. Dia membawa kami ke satu penginapan disekitaran Aranyaprathet dan berbicara dalam bahasa Thai, tidak lama kemudian kami diberi kunci kamar. Dia masih menjanjikan akan menjemput kami besok jam 7 pagi dan mengantarkan kami ke perbatasan.
Lain halnya lagi ketika sudah masuk ke Kamboja, di Simreap, kami ditipu supir tuk- tuk yang memberikan harga selangit city tour dan membelikan tiket bus Simreap menuju Phnompenh dengan harga super duper mahal. Kami menilai, harga yang kami bayar tidak sesuai dengan tempat wisata yang kami kunjungi, lagian jarak antar tempat wisata di Simreap tidak terlalu jauh.
Paling sakit hati adalah bus yang dijanjikannya , AC, Wifi, ada toilet dan khusus untuk turis, kenyataannya hanya ada AC, sisanya janji palsu. Rombongan bule yang satu bus dengan kami juga mengeluhkan hal yang sama, itupun mereka sudah mendapatkan harga tiket 40 % lebih murah dari yang kami beli. Mereka saja sudah tertipu , apalagi kami.
Tapi itulah hidup, seperti itulah hidup ini berlangsung. Trip itu memberiku pandangan yang berbeda dan menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman hidup. Trip ini mengajariku bagaimana harus mensyukuri Anugerah dari Tuhan. Trip memberi pelajaran hidup yang berarti dan tidak akan terlupakan. Diluar dari perasaan kecewa, marah, kesal, perasaan tidak terima karena sudah ditipu, Tuhan tetap memberiku pengalaman indah lainnya yang tidak akan bisa dilupakan. Bertemu dengan Kookkai, seorang perempuan muda yang baik hati dan akhirnya menjadi teman.
Termasuk dalam trip itu mempunyai kesempatan mengunjungi perkampungan terapung yang di Simreap. Melihat dari dekat bagaimana mereka semua bisa bertahan hidup dan menjalani keseharian dari mulai lahir, tumbuh besar, tua dan mati disana. Hanya diatas perahu yang mereka jadikan tempat tinggal dan harus berpindah tempat mengikuti arus laut. Menikmati besarnya kekuatan alam yang ada di Angkor Wat dan indahnya ciptaan Tuhan.
Semuanya mengajariku apa itu hidup. Membuatku harus belajar dan terus belajar memaknai serta mensyukuri atas semua berkah dari Tuhan. Melalui trip itu, Tuhan juga menitikberatkan satu hal yang harus aku pelajari yaitu tidak semua hal didunia itu berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Ketika dihadapkan pada masalah dan cobaan, kita harus bisa mencari jalan keluarnya, bukan malah terjebak dalam masalah itu sendiri. Seperti bagaimana rencana kami tidak sesuai saat perjalanan dari Pattaya menuju Simreap, Tuhan malah mengirimkan seseorang untuk membantu kami. Padahal diawal perjalanan itu, kami sudah bertanya satu per satu penumpang bus, dan semuanya hanya geleng – geleng kepala. Tidak tahu kenapa, tiba- tiba diakhir dari perjalanan itu, perempuan itu malah berbicara kepada kami dan membantu kami melewati imigrasi Thailand.
Cerita perjalanan itu ” 11 hari keliling 4 negara ASEAN ” sudah ada dipostingan di blog saya. Silahkan baca disini :
“Kisah suka duka perjalanan dari Pattaya ke Simreap”
” Kisah hidup anak – anak yatim piatu di perkampungan terapung “
” Perjalanan dari Simreap ke Phnompenh “
“Kisah Nyata : The Killing Field – Phonmpenh “
With Love,
@ranselahok