Home Lomba Blog KTF 2014 Naik Ponton Ke Padang Roco

Naik Ponton Ke Padang Roco

oleh Mahansa Sinulingga

Tidak banyak orang di Darmasraya tahu tentang Padang Roco. Bahkan ketika aku minta diantar oleh Pak Sarwidi, kepala sekolah SLBN1 Pulau Punjung, beliau sendiri tidak tahu dan belum pernah ke sana.

Untunglah dalam perjalanan ke Darmasraya aku melihat papan penunjuk jalan “Padang Roco”. Sehingga aku bisa memberi gambaran kepada Pak Sawidi ke arah mana akan mengantarku. Ironisnya salah satu jalan menuju Padang Roco justru melewati SLBN 1 Pulau Punjung.

Padang Roco adalah sebuah candi yang ada di Darmasraya. Ini merupakan candi agama Hindu-Budha yang dibangun pada masa sebelum Adityawarman. Di Padang Roco inilah dulu Arca Bhairawa setinggi 4, 41 cm yang sekarang disimpan di museum nasional ditemukan. Begitu juga dengan prasasti Amogaphasa yang juga sekarang berada di Museum Nasional Jakarta.

Ada beberapa jalan menuju Padang Roco sebenarnya. Kalau mau jalan memutar maka dari jalan lintas Sumatra kalau dari arah Padang atau Sijunjung kita bisa mengikuti papan penunjuk jalan “Padang Roco” yang berada di sebelah kiri jalan. Jalanan yang kita lalui adalah jalan mulus melewati hutan karet dan hutan kelapa sawit. Tidak ada kendaraan umum menuju ke sini, jadi kita harus membawa kendaraan sendiri atau menyewa ojek.

Sampai nanti kita akan menemukan perempatan dan penunjuk jalan menuju SLBN 1 Pulau Punjung, kita ikuti saja penunjuk jalan itu karena sudah tidak ada lagi penunjuk jalan yang mengarahkan kita menuju Padang Roco. Nanti kita akan melewati jembatan. Nah setelah jembatan ini jalanan sudah mulai jelek alias jalan bebatuan dan tidak beraspal.

Kalau kita mau menikmati sensasi naik perahu Ponton, maka bisa juga lewat Simpang Kabau. Di sana ada papan penunjuk jalan menuju Padang Roco. Tapi lagi-lagi ketika kita dihadapkan pada pertigaan jalan maka tidak ada papan penunjuk jalan di sana. Dan jalan menuju Padang Roco adalah yang ke kanan.

Nanti kita akan melewati situs Siguntur yaitu Mesjid Tuo, makam Raja Siguntur dan rumah gadang Siguntur. Kira-kira 100 meter dengan jalan menurun kita akan menemukan sungai Batanghari dan perahu ponton. Kalau aku memilih berangkat naik Ponton dan pulangnya lewat jalan biasa yang melalui SLBN 1, jadi bisa merasakan dan tahu kedua jalan yang berbeda itu.

Kompleks Candi Padang Roco berada di tengah-tengah hutan karet. Di sekitar sini kita juga bisa menemukan pohon durian besar yang tumbuh liar. Suasana sepi dan sunyi sangat terasa ketika aku datang ke tempat ini. Sebenarnya di tempat ini juga tersedia bangku-bangku di bawah pohon sehingga kita bisa duduk santai sejenak di sini.

Ada tiga buah candi yang ada di kompleks seluas 6.000 meter persegi ini. Masing-masing diberi nama Candi Padang Roco I, II dan III. Ketiga candi ini diberi pagar sekelilingnya serta diberi atap pelindung dari seng. Besarnya ketiga candi ini pun berbeda-beda.

Sensasi naik perahu ponton adalah sebuah pengalaman yang tidak pernah terlupakan. Karena ini  adalah untuk pertama kalinya aku tahu yang namanya perahu ponton sekaligus mencoba merasakan menyeberangi sungai dengan alat transportasi yang satu ini. Liburan ke Padang Roco bukanlah sekedar jalan-jalan biasa.

Ada banyak kisah yang bisa aku ceritakan. Ada banyak nilai sejarah yang bisa aku bagikan pada para pembaca tulisanku. Perjalanan yang tidak mudah membuat memori tentang Padang Roco akan lama tersimpan. Semoga suatu hari nanti aku bisa kembali ke sana lagi dengan mengunjungi candi-candi di sekitarnya yang belum sempat aku datangi kemaren.

*Sebagian dari tulisan ini pernah aku posting di blog pribadiku dengan judul Menuju Padang Roco 

Penulis

Astri Damayanti

Twitter : @astridamayanti

Artikel yang mungkin kamu suka