Home Mau ke Mana?DestinasiMancanegara Mengunjungi Destinasi Wisata di KL dengan Angkutan Massal

Mengunjungi Destinasi Wisata di KL dengan Angkutan Massal

oleh Tyas Ing Kalbu

Malaysia menjadi salah satu jujugan wisata populer bagi turis Indonesia. Mereka seolah juga menyadari, meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia berpotensi besar menyumbang devisa untuk negaranya.

Malaysia pun tampak gencar berpromosi dalam beberapa tahun belakangan ini, setidaknya sebelum pandemi. Gayung pun bersambut, sejumlah maskapai penerbangan Tanah Air membuka penerbangan langsung dari beberapa kota di Indonesia ke destinasi favorit di Malaysia, seperti Kuala Lumpur, Penang, dan Malaka.

Keinginan otoritas Malaysia itu tampaknya terwujud. Saban musim liburan tiba, sebelum wabah melanda dunia, negara tersebut hampir dipenuhi wisatawan dari Indonesia. Malaysia Tourism Promotion Board pernah mengungkap data, pada 2012 saja, jumlah wisatawan asal Indonesia yang berkunjung ke Malaysia mencapai 2,3 juta orang.

Tentu mereka punya trik khusus untuk membuat wisatawan mau mampir ke negerinya. Salah satunya, mengikuti pameran-pameran pariwisata yang digelar di Indonesia. Mereka memamerkan lokasi-lokasi yang enak didatangi dan apik dijadikan tempat berfoto jelang pernikahan. Beberapa tempat yang kencang disajikan Pemerintah Malaysia dalam iklan-iklan wisata, antara lain KL Tower, Langkawi, Malaka, dan Penang.

Apa lagi yang membuat turis gemar melancong ke Malaysia? Jawaban lain yang masuk akal adalah sistem transportasi massalnya. Singgah di KL contohnya, kita bisa melihat system angkutan massal yang relatif modern.

Tak ada kepul asap hitam keluar dari knalpot bus kota yang reyot. Tak ada pula angkot-angkot yang ngetem hingga membuat pengguna jalan lainnya terganggu. Angkot di KL umumnya bus ber-AC dan kebersihan kabinnya diperhatikan. Angkot hanya berhenti di halte yang sudah disediakan.

 

KL Monorail

Untuk berkeliling KL, ada tiga pilihan transportasi; bus kota ber-AC, taksi, dan KL Monorail. Agar pengalaman melancong lebih kaya, disarankan memilih bus atau KL Monorail. Tak perlu khawatir tersesat, sebab rute yang dilalui kedua moda transportasi tadi terpampang jelas.

Khusus untuk KL Monorail, sistem transportasi massal ini sebenarnya baru dimiliki Malaysia pada 2003. KL Monorail menghubungkan setidaknya 11 stasiun melalui lokasi-lokasi penting dengan panjang rute sekitar sembilan kilometer.

Perjalanan KL Monorail dimulai dari Stasiun KL Sentral di Jalan Tun Sambanthan dan melewati beberapa pusat perkantoran dan perbelanjaan. Semisal, Stasiun Maharajalela yang dekat dengan Petaling Street (China Town), Stasiun Imbi di Plaza Berjaya dan Berjaya Times Square, Stasiun Bukit Bintang yang berlokasi di Plaza Sungei Wang, dan Stasiun Bukit Nanas yang dekat dengan menara kembar Petronas.

Pada situasi normal, KL Monorail beroperasi mulai pukul 6 pagi hingga pukul 12 malam. Harga tiket monorel ini mulai RM 1,2.

 

HOHO

Untuk mampir ke tempat-tempat wisata menarik di KL, kita juga bisa menumpang bus Hop On Hop Off (HOHO). Ini adalah bus tingkat yang lantai atasnya ada yang tanpa atap. Wisatawan bisa berkeliling KL tanpa turun dari bus. Untuk naik dan turun, bus HOHO memiliki halte khusus yang dekat dengan obyek-obyek wisata.

Penumpang bisa merasakan langsung empasan angin dan paparan sinar matahari. Memotret dari bus tingkat ini juga memberikan hasil foto dengan sudut yang berbeda. Namun, penumpang tetap harus berhati-hati, sebab bus yang tinggi ditambah ketiadaan atap, membuat ranting pohon bisa masuk ke tempat penumpang.

Tiket bus HOHO ada dua jenis, yaitu yang berlaku selama 24 jam atau 48 jam, waktu dihitung saat membeli tiket. Tiket dewasa 24 jam seharga RM 55. Sedangkan tiket dewasa 48 jam RM 74. Anak-anak, pelajar, dan penyandang disabilitas mendapat tiket dengan harga lebih murah.

 

Pasar souvenir

Jalan-jalan ke luar negeri kurang lengkap jika tak membeli souvenir khas. Di KL, kita bisa datang ke pasar cenderamata murah meriah, yakni Petaling Street. Ini juga disebut sebagai China Town-nya KL.

Beragam cenderamata dijual di sini, seperti gantungan kunci, kaos, miniatur KL Tower, dan tempelan kulkas. Di sini juga banyak terdapat penjaja makanan. Mereka menyuguhkan makanan khas Melayu, India, dan China, seperti kare, mi, makanan laut, dan tak ketinggalan minuman teh tarik.

Harga makanan di kawasan ini juga relatif terjangkau. Menyantap makanan porsi besar dengan lauk kare daging dan sayur, ditambah segelas teh tarik hanya sekitar RM 10.

Agar jalan-jalan di Malayasia bisa terasa lebih nyaman dan aman, tak perlu membawa uang tunai berlebihan. Pelancong bisa memanfaatkan jaringan ATM di Malaysia yang terkoneksi dengan perbankan di Indonesia.

Namun, selalu ingat ya, tetap jalankan protokol kesehatan. Gunakan masker, sering mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan desinfektan tangan, dan menjaga jarak atau hindari kerumunan.

Artikel yang mungkin kamu suka