Home Lomba Blog KTF 2017 Menikmati Pesona Alam Tersembunyi di Nusa Penida

Menikmati Pesona Alam Tersembunyi di Nusa Penida

oleh

Pulau Bali memang menjadi destinasi ikonis Indonesia. Keindahan Bali ternyata tidak hanya berada di kawasan Pulau Bali itu sendiri. Masih banyak pesona lain yang tersimpan dengan rapi di pulau sekitarnya. Pulau Nusa Penida adalah contoh keindahan tersembunyi itu. Pulau terbesar dari ketiga nusa di sebelah tenggara Pulau Bali ini memang belum banyak tereskplorasi dibandingkan dua pulau saudaranya, yaitu Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Pulau ini bukanlah pulau yang baru ditemukan, mungkin sudah banyak yang pernah mengetahuinya. Pulau Nusa Penida memiliki pantai yang sepertinya masih terdengar asing bagi para wisatawan. Nyatanya, pulau yang berbatasan langsung dengan Selat Badung ini menawarkan eksotisme pesisir yang khas dari pantainya.

Bermula dari sebuah foto yang saya lihat di akun media sosial teman saya, saya menjadi sangat penasaran dan tidak menyangka bahwa tempat seindah itu hanya berjarak 45 menit dari Pantai Sanur. Saya pun menyisipkan kunjungan ke Pulau Nusa Penida dalam jadwal perjalanan saya di Bali. Nusa Penida seakan menyembunyikan keindahannya hingga mulai dikenal setelah Nusa Penida Festival 2014. Menurut pemandu lokal yang menemani perjalanan saya, pulau ini mulai ramai dikunjungi sejak akhir tahun 2016. Beberapa pantai eksotis di pulau ini ditemukan oleh turis mancanegara, sehingga namanya lebih dikenal dalam bahasa asing.

Pagi itu, hangatnya matahari pagi di Pantai Sanur menyambut saya dan sahabat saat menunggu speedboat yang hendak mengantar kami ke Pulau Nusa Penida. Belum ada dermaga di Pantai Sanur, sehingga kami harus melepas alas kaki dan berjalan di tepian laut untuk menaiki speedboat. Sesampainya di Nusa Penida, terasa suasana yang amat berbeda dengan pusat wisata di Bali. Suasana di pulau ini sungguh sangat sederhana. Belum ada transportasi umum. Tempat penginapan dan warung makan pun masih sangat terbatas. Saya dan sahabat menggunakan jasa sewa mobil kala itu. Pemandu lokal yang juga merangkap sebagai supir telah menunggu kami di dermaga. Perjalanan pun dimulai. Selama perjalanan, kami disuguhkan dengan pemandangan asri hutan kelapa, bukit hijau, dan rumah penduduk di sekitarnya.

Kelingking Secret Point di bagian selatan Nusa Penida menjadi destinasi pertama kami. Akses menuju tempat ini masih berbatu dan sempit. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 40 menit dari pelabuhan. Sesampainya di Kelingking Secret Point, kami disambut pemandangan eksotis Tebing Paluang, atau yang sering disebut Karang Dawa. Paluang adalah nama pura yang letaknya tidak jauh dari tebing ini, sedangkan Karang Dawa adalah nama desanya. Tebing ini mempunyai bentuk yang sangat unik. Jika dilihat dari atas seperti bentuk anak ikan paus yang sedang berbaring di tepi lautan. Terlihat Pantai Kelingking di bawahnya yang masih sangat sunyi dan bersih. Akses untuk turun ke pantai ini sangat curam. Belum ada jalanan yang cukup aman, sehingga saat itu saya hanya menikmati pemandangan dari atas tebing. Walaupun demikian, pemandangan dari atas tebing sungguh luar biasa indah. Terlihat bentukan alami nan eksotis Tebing Paluang sebagai ikon yang mendominasi pemandangan. Menyaksikan pemandangan birunya ombak air laut yang langsung menerjang tebing-tebing hijau di sekitar pantai sungguh mengagumkan! Tebing-tebing tinggi di atas hamparan pasir putih yang menghiasi Pantai Kelingking seakan benteng alami yang menyimpan harta karun tersembunyi.

Masih satu lokasi dengan Kelingking Secret Point, terdapat sebuah pohon yang bernama pohon cinta. Konon, dahulu ada pasangan yang melakukan foto pre-wedding di pohon ini. Kemudian banyak pasangan lain yang juga gemar berfoto disini. Oleh karena itu, pohon ini dinamakan pohon cinta. Pohon yang kini hanya tersisa batang dan rantingnya saja tetap populer untuk dijadikan objek foto. Saya pun tidak melewatkan kesempatan berfoto dengan pohon ini. Bagaimana tidak, lautan luas lepas yang bertemu dengan langit biru menjadi latar belakangnya, membuat siapa pun terpukau saat melepaskan pandangan.

Berkendara selama kurang lebih 30 menit dan beberapa kali melewati jalanan sempit dan rusak, sampailah kami di bagian barat Nusa Penida. Di tempat ini, tepatnya di Desa Bunga Mekar, kita akan disuguhi pemandangan tak biasa dari sebuah pantai pada umumnya. Di antara pantai-pantai lainnya, pantai ini adalah pantai yang paling fenomenal keunikannya. Pantai ini terkurung di dasar sebuah tebing yang membentuk lingkaran. Ada sebuah rongga besar di salah satu tebingnya yang menghubungkan pantai ini dengan laut lepas di bagian luarnya. Air laut masuk melalui rongga besar ini seolah pantai ini terkurung di dalam sebuah sumur raksasa. Pantai ini dinamakan Pasih Uug, atau lebih dikenal dengan sebutan Broken Beach. Dalam bahasa lokal, Pasih Uug artinya pantai yang rusak. Terlepas dari kenyataan bahwa tidak ada akses untuk turun ke pantai, rasanya nama yang diberikan kepada pantai ini tidak sebanding dengan keindahan yang dimilikinya. Bersiaplah terpesona dengan hempasan deburan ombak air laut yang membentur lubang raksasa setinggi 50 meter. Sungguh menakjubkan!

Daya tarik pemandangan menakjubkan ini masih berlanjut di tempat yang tak jauh dari Broken Beach. Dengan berjalan kaki sedikit, sampailah kami di Angel’s Billabong. Billabong sendiri mempunyai arti genangan air yang terbentuk karena adanya perubahan arus sungai. Muara akhir sebuah sungai buntu di Nusa Penida membentuk suatu cekungan. Air laut yang terjebak ketika pasang kemudian membentuk kolam-kolam alami yang tersusun secara artistik pada cekungan ini. Airnya yang jernih berwarna biru tosca terlihat sangat cantik dikelilingi bebatuan karang bewarna hijau dan kuning keemasan. Sedangkan, kedua sisinya dihiasi oleh karang-karang yang lebih tinggi hasil pahatan alam, membentuk sebuah lorong berkelok. Keunikan cekungan muara sungai yang memukau ini, sesuai dengan namanya yaitu Angel’s Billabong, memberi kesan kolam alami tersembunyi yang mungkin tak dapat ditemukan di tempat lain. Keberadaan Angel’s Billabong inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Nusa Penida begitu istimewa.

Keindahan alam lain yang tersimpan di Nusa Penida adalah Pantai Crystal Bay yang terletak di bagian barat Nusa Penida, tepatnya di Desa Sakti. Garis pantainya tidak terlalu panjang dan belum banyak campur tangan manusia. Sesuai dengan namanya, air laut di Pantai Crystal Bay sangat jernih bagaikan kristal. Pasir putih halusnya diapit oleh dua tanjung yang dihiasi rerumputan hijau dan sebuah karang kecil di tengah, membuat pantai ini menjadi primadona di Nusa Penida. Sebuah pulau karang kecil yang terletak sekitar 50 meter dari bibir pantai menjadi keunikan tersendiri dari Pantai Crystal Bay. Pulau karang yang bernama Batu Mejineng ini merupakan pelindung alami saat terjadi terjangan ombak besar. Saya menghabiskan waktu cukup lama di pantai ini. Desiran suara ombak dan angin laut berpadu dengan indahnya panorama alam Crystal Bay sungguh menyegarkan jiwa.

Kawasan Nusa Penida memang belum terkelola dengan baik. Fasilitas untuk pengunjung juga belum cukup memadai. Perjalanan menanjak dan berkelok yang ditempuh untuk menuju pantai masih banyak yang rusak. Namun, kesulitan menempuh lokasi akan sepadan ketika panorama terkuak di balik perjalanan ini. Walaupun di beberapa lokasi hanya bisa melepaskan pandangan dari ketinggian, saya telah jatuh cinta dengan kecantikan alam disini. Bahagia rasanya pulau-pulau berpotensi seperti Nusa Penida perlahan mulai dikenal turis lokal dan mancanegara. Pulau Nusa Penida merupakan aset berharga alam Indonesia yang harus selalu dijaga dan dilestarikan. Lokasinya strategis dan karakteristik alamnya sangat istimewa. Indonesia patut berbangga karena Pulau Nusa Penida termasuk dalam kawasan konservasi perairan The Global Coral Triangle dari World Wide Fund for Nature (WWF). Perjalanan singkat di Nusa Penida meninggalkan kesan tersendiri bagi saya. Rasanya tidak pernah bosan menjelajah setiap milimeter sudut Indonesia dengan segudang keindahan alam tersembunyi yang menunggu untuk dieksplorasi. Suatu hari nanti, saya pasti kembali ke Nusa Penida.

Oleh : Lusiana

[gravityform id=”40″ title=”true” description=”false”]