Home Lomba Blog KTF 2014 “JOGJA, KOTA BUDAYA YANG MENGESANKAN”

“JOGJA, KOTA BUDAYA YANG MENGESANKAN”

oleh

Beberapa tahun yang lalu, secara rutin saya harus naik pesawat dari Jakarta ke kota Jogja dua kali dalam setahun. Saya tak berkunjung ke kota Jogja. Hanya melewatinya karena setelah saya mendarat di kota Jogja, saya langsung menuju sebuah kota kecil, Muntilan.  Tempat dimana Ibu saya yang telah tua harus mendapat perawatan khusus dan saya perlu melihat secara dekat.
Berhubung urusan sakit ibu, saya tak pernah pergi bersama suami atau anak. Kunjungan untuk perawatan orangtua yang sakit , perlu waktu yang cukup lama.
Nach, pada suatu hari, anak saya mengatakan dia ingin sekali pergi ke Jogja karena belum pernah ke sana. Dia ingin berlibur ke Jogja.
“Wah, ini kesempatan baik sekali sambil menjenguk ibu sekalian berlibur membawa anak,suami “. Lalu, saya menanyakan jadwal liburan anak, disesuaikan dengan libur suami. Berhubung anak masih sekolah SMA kelas I, libur akhir tahun dimulai sekitar pertengahan Desember. Saat itu, sudah memasuki bulan Nopember akhir. Saya berpikir “wah agak resiko juga, pasti belum tentu dapat tiket pesawat maupun akomodasi”. Apalagi belum ada Travel Fair yang diadakan pada tahun itu yang memudahkan urusan liburan lebih mudah.

Dengan modal internet, saya mengecek tiket pesawat, dengan on-line, langsung dapat. Tetapi untuk akomodasi, bagaimana cara mendapatkannya. Terpaksa saya mengunjung website “Santika” di Jogja. Setelah itu saya coba hubungi melalui telepon karena masih belum terbiasa booking dengan on-line. Setelah dapat reservasi, saya memberitahukan kepada anak dan suami, bahwa booking tiket dan hotel sudah OK.  Saya belum terpikir untuk merencanakan kemana saja dan apa saja menghabiskan liburan di Jogja. Kami khawatir tidak waktunya tak sesuai dengan prioritas kami untuk menjenguk ibu.

Lalu, saat libur pun tiba. Setelah mendarat di Bandara Adisucipto, kami dijemput oleh petugas dari Santika. Kami langsung naik mobil dan tiba di hotel Santika. Alunan musik gamelan mengantarkan kami masuk dalam Lobby. Anak saya bertanya, kenapa musiknya gamelan, padahal itu di siang hari. Saya jawab: “Loh, kita khan liburan di Jogja, Jogja ini budayanya Jawa”. O, dia baru menyadarinya.
Setelah selesai memasukkan barang-barang kami di dalam kamar, kami langsung menuju ke suatu travel yang berada di hotel , di sana kami bertanya bagaimana kami pesan mobil untuk ke Muntilan.Segera kami dihubungkan dengan “car rental”.
Pulang dari Muntilan, kami sempat mampir ke sebuah tempat makan yang menyediakan serba jamuran disebut “Jejamuran”. Anak saya sangat menikmati makanan serba jamur. Dia bertanya kenapa kok jamur bisa dibuat berbagai macam makanan menyerupai daging, dalam bentuk “sate”.

Malam harinya, dengan naik becak dari Santika yang letaknya strategis, menuju Maliboro. Anak saya yang baru pertama kalinya naik becak “Jawa” sangat menikmati udara malam , dikayuhlah oleh Abang becak yang mangkal di depan hotel. Bahasa yang digunakan oleh abang becak, bahasa Jawa. Saya masih dapat menjawab pertanyaan bahasa jawanya, walaupun dengan sedikit bercampur antara Jawa kasar dan kromo inggil. Tapi anak saya , diam saja. Baru setelah sampai di Malioboro, dia bertanya kepada saya: “Apa sich yang dibicarakan tadi di becak?” “O, dia tanya apakah mau jalan-jalan dari Malioboro ke tempat lain, nanti dia bersedia mengantar. Dia mau tunggu kita!”. Anak saya sedikit ngomel tapi dalam omelannya saya melihat kesan mendalam yang dia temukan: “Kok abang becaknya punya strategi marketing juga yach, dan kok sabar amat mau menunggu kita”. “Loh, orang jawa itu terkenal sabar , apa baru tahu “, jawab saya.

Rupanya pertemuan dengan tukang becak itu membuat kesan yang sangat mendalam dalam diri anak saya. Untuk bepergian yang dekat seperti melihat toko-toko batik, museum, istana , dia minta diantarkan oleh tukang becak saja.
“Loh, naik becak itu waktunya lama sekali, lebih baik kita sewa mobil!” kata saya. “Ngga apa-apa mamah, sambil kita menikmati kota Jogja , kita bisa membantu abang becaknya, kita khan ngga buru-buru , ini khan liburan”, jawab anak saya.

Liburan pun berakhir, dan kesan mendalam untuk melihat Jogja kembali selalu menjadi impian anak saya. Jogja memang tak pernah dia lupakan dan dia akan kenang karena budaya “Jawa” nya yang unik serta berbagai kekayaan budaya lokal, batik, perak, tas etnik, berbagai kerajinan tangan.

Penulis

Ina Tanaya

Twitter : @tanaya1504

Artikel yang mungkin kamu suka