Bila nanti pariwisata dunia sudah berdenyut kembali, kita bisa memulai lagi menjelajahi tempat-tempat indah dan menarik. Saat jalan-jalan, sebaiknya kita tidak cuma datang ke destinasi-destinasi wisata. Kita juga perlu melihat adat atau kebiasaan warga di suatu daerah.
Namun, ingat ya, jika nanti sudah bisa melancong lagi tetap jalankan protokol kesehatan. Tetap memakai masker, sering-sering mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan cairan antikuman, dan selalu menjaga jarak.
Setiap negara mempunyai kebudayaan unik yang menjadikannya begitu menarik. Kalau kamu mau berencana pergi ke Eropa, masukkan Swedia sebagai salah satu tujuan. Warga di negeri yang indah ini memiliki suatu tradisi minum kopi yang disebut dengan fika.
Fika (diucapkan fee-ka) adalah kegiatan nongkrong bersama dengan ditemani penganan manis dan kopi. Kongko bareng ini hampir dilakukan oleh semua orang Swedia, setidaknya sekali sehari.
Orang Swedia selalu menjadwalkan minum kopi ini layaknya rutinitas bekerja. Ini juga dilakukan saat berakhir pekan atau bersantai di rumah. Bahkan, ada banyak perusahaan di Malmo hingga Stockholm yang mewajibkan karyawannya untuk melakukan fika pada siang hari.
Seperti diceritakan National Geographic Indonesia, salah satu pemilik kedai kopi di Gothenburg mengatakan, banyak warga Swedia melaksanakan fika lebih dari satu kali dalam sehari, baik pada akhir pekan maupun hari kerja. Hal ini tentang bagaimana kita menghabiskan waktu dengan orang-orang, menyantap kue buatan rumah yang lezat, dan menyesap kopi yang luar biasa.
Menghabiskan waktu istirahat dengan minum kopi menjadi hal yang sangat penting bagi warga Swedia. Fika menjadi momen saat warga Swedia berbagi, berkomunikasi, dan bersantai bersama rekan-rekan. Beberapa ide dan keputusan luar biasa muncul dari fika.
Dengan banyaknya perusahaan di Swedia yang memiliki waktu istirahat untuk fika, bahkan ada yang menyediakan minuman kopi gratis khusus untuk pegawainya. Apakah ini menjadi tanda bahwa fika bisa mendorong para karyawan bekerja lebih efektif dan produktif?
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pernah mengeluarkan data tentang produktivitas. Dengan menganalisis produktivitas pegawai di 38 negara, riset OECD pada 2014 menunjukkan bahwa Swedia berada di urutan yang baik, yakni posisi ke-11.
Karena telah menjadi tradisi, fika pun diangkat menjadi sebuah buku berjudul The Art of the Swedish Coffee Break. Isinya menjelaskan seperti apa sebenarnya budaya kopi di Swedia. Penulis buku, Anna Brones, bekerja sama dengan Johanna Kindvall untuk mengilustrasikannya. Keduanya mengembangkan resep dan bersama-sama menangkap esensi dari tradisi penting ini bagi rakyat Swedia.
Kopi Keliling menginformasikan, buku itu menawarkan resep untuk beberapa makanan ringan yang paling klasik untuk menemani secangkir kopi. Dari zaman tradisional ada roti kayu manis, kue kapulaga, gandum cokelat, dan roti lapis.
Pilihan modern ada tar almond, kue kopi hazelnut, hingga cokelat stick. Dengan deskripsi yang unik dan ilustrasi yang lucu, buku ini menarik sebagai cerminan tradisi itu sendiri. Fika menjadi lambang kebersamaan dan kehangatan warga Swedia. [*]