Kepulauan Seribu merupakan salah satu destinasi wisata yang dapat ditempuh dari dermaga Muara Angke, Jakarta. Berbagai pulau dapat dikunjungi di sekitaran Pulau Seribu dengan kapal nelayan setempat. Pertama kali dalam hidup, saya bisa berpergian ke pulau. Pulau yang dikunjungi berada di Kepulauan Seribu yaitu Pulau Panggang dan Pulang Semak Daun. Kepergiaan saya ini tidak sendiri, melainkan bersama teman-teman yaitu Zeta, Reni, Aufa, Mayang, Nia, Laurensius, Bayu, dan Doni. Kita merencanakan pergi ke Pulau tersebut pada tanggal 6 Maret 2014. Tujuan utama kita yaitu membantu teman saya Aufa untuk mengambil sampel berupa rumput laut jenis Caulerpa sebagai bahan penelitian skripsi dan sembari jalan-jalan. Ibaratkan pepatah menyelam sambil minum air. Sebelum hari H keberangkatan, masing-masing mempersiapkan diri untuk membawa barang apa saja yang perlu dibawa. Doni teman saya yang merupakan anggota klub FDC (Fisheries Diving Club) IPB tak lupa membawa perlengkapan snorkeling (goggle, fin fish, dan life jacket) yang dibutuhkan untuk membantu mengambil sampel.
Pemberangkatan dari Dramaga, Bogor pukul 05.00 pagi dengan menggunakan angkutan hijau 02 menuju stasiun. Ongkos angkutan sebesar Rp3.000/orang. Setibanya di stasiun, saat itu cukup ramai karena jam-jam orang berangkat kerja. Sebelum memasuki kereta, kita antri terlebih dahulu untuk membeli tiket kereta sebesar Rp9000/orang dimana tiket menuju stasiun Kota Rp4.500 dan sisanya deposit pada kartu yang akan dikembalikan ketika selesai perjalanan dan kembali lagi ke Bogor. Lamanya perjalanan +/- 1 jam. Setibanya di stasiun Kota pukul 06.00’an, kita berjalan keluar untuk menaiki angkot menuju Muara Angke. Untuk menuju Muara Angke kita menaiki bus metromini 02 dengan tarif Rp.3000/orang lalu turun di depan mall pluit village dilanjutkan naik angkot U11 dengan tarif Rp5.000/orang hingga sampai di dermaganya.
Sesampainya di dermaga sekitar pukul 07.00 kurang, lalu kita pun langsung naik ke kapal dan mencari tempat kosong untuk duduk. Alhasil karena ramai, akhirnya kita duduk di depan muka kapal bagian atas. Pemberangkatan kapal pukul 07.30 dan apabila sudah penuh sebelum waktunya maka dipercepat pemberangkatannya. Waktu tempuh untuk menuju Kepulauan Seribu yaitu sekitar 3 jam. Ada enak dan tidaknya duduk di muka kapal, enaknya bisa melihat laut lepas secara langsung tanpa lalu lalang orang dan tidak enaknya ketika matahari mulai berada di atas kepala. Siapkan jaket, kaos kaki, topi, dan kaca mata untuk melindungi diri dari sinar matahari. Harga tiket penyebrangan sebesar Rp35.000/orang. Kapal yang digunakan untuk menyebrang bukanlah kapal Ferry akan tetapi kapal kayu berukuran besar dengan volume 43 GT.
Akhirnya tibalah di Kepulauan Seribu pada pukul 10.30. Kita bergegas check in menuju homestay untuk beristirahat sejenak. Harga sewa homestay yaitu Rp.300.000/hari. Berhubung kita banyakan dalam 1 homestay maka tidak begitu berat untuk kantong mahasiswa. Fasilitas homestay yang didapat yaitu 2 kamar tidur (springbed), AC, tv, dapur, dan kamar mandi dalam. Berhubung kamarnya 2 dan banyakan wanita dibandingkan laki-laki, alhasil laki-laki tidur di ruang tamu beralaskan tikar. Tidak tega rasanya melihat mereka tidur di lantai. Tapi mereka tidak mempermasalahkan mau tidur dimana, namanya juga laki. Kita akan turun lapang usai makan siang dan shalat dzuhur. Pukul 13.00 kita bersiap-siap untuk menuju Pulau Panggang dengan menggunakan kapal nelayan setempat. Harga sewa kapal per hari yaitu sebesar Rp700.000. Perjalanan dimulai menuju daerah Pulau Panggang. Setibanya disana, sebelum turun ke laut kita gunakan perlengkapan snorkeling terlebih dahulu. Orang pertama yang turun yaitu Doni karena sesosok yang expert dalam hal selam menyelam, lalu disusul dengan Bayu dan Laurensius. Aufa teman saya yang hendak mengambil sampel awalnya dia tidak berani untuk menyelam jika tidak menggunakan life jacket. Life jacket yang kita bawa hanya 1 dan akhirnya Aufalah yang memakainya. Dia pun turun dengan dibantu oleh Doni. Selang beberapa menit, teman saya Zeta ikut turun ke laut. Melihat mereka asyik bersnorkeling sambil mencari rumput laut, saya pun turun untuk membantu mereka. Sejujurnya ini adalah pengalaman pertama saya snorkeling. Saya sedikit nervous ketika menuruni kapal. Maklum saya tidak begitu pandai berenang. Dengan dibantu Doni dan Zeta akhirnya saya berhasil turun. Saya menyesuaikan diri dengan laut. Hanya dengan waktu singkat saya bisa menyesuaikan dan menyeimbangkan diri. Saat turun dari kapal kedalaman air +/- 3 m. Lalu saya lekas membantu Aufa bersama teman-teman lain untuk mencari rumput laut Caulerpa sebanyak-banyaknya.
Terbatasnya alat snorkeling, membuat kita harus bergantian untuk mencoba merasakan snorkeling. Saya dan Zeta kembali ke kapal, digantikan oleh Mayang dan Nia. Nia sama halnya seperti saya perlu penyesuaian diri ketika turun ke laut. Maklum kita sama-sama tidak begitu pandai berenang. Beberapa menit membantu Aufa, Mayang kembali ke dalam kapal dan digantikan dengan Reni. Diantara kita yang tidak berani turun ke laut dan berenang hanyalah Reni. Kejadian lucu, saat itu Reni yang sudah menggunakan perlengkapan snorkeling hanya sebatas turun menyentuh air sambil berpegangan pada tangga di kapal. Sesekali dia mencoba berenang, alhasil dia meminum banyak air laut karena kurang bisa menggunakan selang snorkeling yang ada di mulutnya hahaha.
Pengambilan sampel rumput laut berlangsung hingga pukul 15.30. Usai dari Pulau Panggang, kita mengunjungi Pulau Semak Daun. Doni teman saya yang sudah sering kali pergi menyelam ke berbagai pulau yang ada di Kepulauan Seribu ini menyarankan kita untuk ke Pulau Semak Daun. Pulau tersebut adalah pulau yang memiliki pasir putih yang letaknya tidak begitu jauh dari Pulau Panggang. Setibanya disana, memang bagus pemandangannya terutama pasir putih yang membuat pulau indah. Kita habiskan waktu di pulau tersebut dengan berfoto ria, snorkeling di sekitaran pulau, bermain air, dan bermain lempar pasir. Seru seperti kembali ke masa anak-anak dulu haha. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00-an yang artinya kita sudah harus kembali ke penginapan sebelum maghrib tiba.
Selama perjalanan laut menuju penginapan, kapal kita sering terkena kendala. Kendala sampah yang menyangkut di baling-baling kapal. Saya dan diantara teman-teman lain yang expert dalam hal menyelam yaitu Doni, dan Doni pun turun tangan untuk mengatasi sampah yang menyangkut. Setiap kali kapal berhenti gara-gara sampah, hanya Doni yang siaga untuk menyelam haha. Jangan salahkan kami ya Don, lo kan yang jago selam menyelam haha “ejek kami.
Sesampainya di penginapan pas adzan maghrib berbunyi. Kita pun bergantian kamar mandi untuk membersihkan diri. Usai mandi dan shalat, kita makan malam bersama sambil menonton tv dan ngobrol. Tak lupa packing-packing untuk kepulangan besok. Keesokan harinya pukul 07.00 pagi kita begegas pergi ke dermaga menunggu kapal untuk kembali ke Bogor. Sembari menunggu kapal sesekali menyempatkan diri berfoto bersama. Selama di kapal perjalanan menuju pulang, kita tidur karena kecapean. Siang hari sampailah kita di kosan masing-masing.
Link blog : https://rahayuasih.wordpress.com/2014/09/07/kepulauan-seribu-panggang-and-semak-daun/