Home Lomba Blog KTF 2014 Tersesat di Pusaran Ha Long Bay

Tersesat di Pusaran Ha Long Bay

oleh Mahansa Sinulingga

Rasanya mata ini tak bisa lepas memandangi gugusan pulau-pulau hijau berkabut di Ha Long Bay, Vietnam. Ada daya tarik magis yang membuat seluruh badan mematung. Secara visual terisap masuk ke pusarannya. Efek visualnya terasa tersesat di tempat sang naga bersemayam.

Ha Long Bay atau dalam bahasa Indonesia berarti Teluk Naga merupakan kawasan perairan dengan air tenang yang tersohor. Dalam cerita sejarahnya, kawasan ini merupakan tempat bersemayamnya para naga pelindung bangsa Vietnam.

Secara geografis kawasan ini terletak di Provinsi Quang Ninh, sebelah timur laut Hanoi. Untuk mencapai teluk yang diakui UNESCO sebagai warisan dunia itu, dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan.

Awal Februari, Teluk Naga menyambut para pengunjungnya dengan udara berkabut dan dingin bersuhu 14 derajat celcius. Itu cukup dingin bagi orang dari negara tropis, seperti saya. Selain disambut udara dingin, saya juga melihat rombongan wisatawan dari China yang bersemangat mengarungi Ha Long Bay.

Saat libut “Tet” (sebutan untuk Tahun Baru Imlek di Vietnam), teluk ini ramai diserbu wisatawan dari China. Hal itu karena secara geografis letak dua negara tersebut berdekatan dan bisa diakses lewat jalan darat.

Teluk Naga menjadi kekayaan visual yang berhasil saya miliki sembari bertugas sebagai penerjemah rombongan Sekar Jagad, sebuah paguyuban pecinta batik Indonesia.

Kapal coklat kecil yang lazim disebut junk oleh warga setempat sudah menunggu di bibir dermaga Bay Cay. Kapal ini akan mengantar kami bertualang di teluk para naga.

Pemandangan kerumunan kapal segera sirna setelah kami masuk lebih dalam ke teluk ini. Mata mulai dimanjakan gugusan pulau dari batuan kapur berjumlah 1.969 buah yang terhampar di teluk seluas 1.553 kilometer persegi.

 

Hang Sung Sot

Meski banyak pulau di Teluk Naga yang bisa dikunjungi, ada satu pulau yang dapat dinikmati keindahannya. Namanya Hang Sung Sot, salah satu goa alam berjuluk “Cave of Surprises” yang terdapat di Pulau Bo Hon.

Goa yang ditemukan orang Perancis pada tahun 1901 ini memiliki banyak kejuatan, bahkan sejak awal menjejakkan kaki kita di sini. Kejutan pertama adalah 400 anak tangga yang harus ditapaki untuk masuk dan keluar dari Hang Sung Sot. Hal ini tak begitu terasa karena banyaknya wisatawan yang senasib harus menapakinya.

Ketika rasa capek mulai menggelayuti betis, alihkan sejenak pandangan kita ke arah teluk. Di sana tersaji kompisisi kapal, gugusan pulau kapur, serta pepohonan menawan yang siap jadi mood booster selama mendaki.

Hang Sung Sot memiliki tiga ruang berbeda (chambers). Setiap ruang dibedakan berdasarkan ukurannya. Memasuki ruang pertama suasana terkesan padat dan ramai. Ukuran ruang pertama paling kecil dibandingkan dua ruang lainnya, serta bentuknya sedikit kotak. Di sini wisatawan disediakan spot foto menarik, diset detail dengan sorot lampu, sehingga terlihat latar belakang permukaan dinding goa dengan lekuknya.

Puas berfoto di ruang petama, saya menyelusup ke satu celah sempit yang hanya bisa dilalui satu orang. Celah ini mengantarkan saya menuju ruang kedua yang jauh lebih besar dan luas. Ini terlihar dari tingginya langit-langit goa di ruang kedua. Langit-langit ruang kedua yang dijuluki “Serena Castle” ini dihiasi banyak stalaktit dengan ukuran dan bentuk beragam.

Di ruang kedua, pandangan saya terpaku pada langit-langit goa yang penuh stalaktit. Namun, ada hal lain yang juga menyinta perhatian saya, yakni coretan di dinding goa. Banyak tulisan berbau vandalisme di dinding goa ini. Banyak di antaranya bertuliskan nama orang-orang dan tahun kedatangan mereka ke Hang Sung Sot. Vandalisme tertua yang saya lihat bertuliskan tahun 1929.

Saat beranjak ke ruang terbesar di Hang Sung Sot, saya bertemu John Bozonat dan Lise, suami-istri asal Quebec, Kanada. “Sebenarnya sudah menjadi mimpi kami sejak lama untuk ke Ha Long Bay,” kata Lise.

Namun, John menimpali dengan alasan yang personal, “Ha Long Bay mengingatkan pada saudara saya (tentara Perancis) yang dulu terlibat dalam perang Vietnam,” katanya.

Setelah 200 anak tangga pertama terselesaikan, tiba saatnya 200 anak tangga menuju jalan pulang menunggu untuk ditapaki. Semakin dalam kita tersesat masuk pusaran Teluk Naga.

 

Penulis

Anggertimur Lanang Tinarbuko

Twitter: @anggertimur

Artikel yang mungkin kamu suka