Kejadiannya saat itu saya sedang melakukan trip backpackeran ke Teluk Kiluan dengan tiga orang teman saya dari kantor yaitu Nova, Shari dan Dayu. Kami di jemput oleh bapak Dirhamsyah beliau adalah polisi pariwisata di Kiluan, beliau membawa sebuah mobil APV dengan seorang supir bernama Tony. Setelah selesai sarapan bubur, kami mulai melakukan perjalanan ini. Kami melewati pantai Klara dan singgah sebentar, supir kami mengingatkan untuk tidak berlama-lama di pantai ini karena akan di tarik uang retribusi. Di sini pengunjung hanya kami berempat dan segerombolan perempuan yang sedang sibuk berselfie tanpa menghiraukan motor yang mereka parkir sembrawut dengan tas berceceran di pasir dalam keadaan terbuka. Kami bertiga sempat ngedumel berkata ceroboh sekali mereka tapi kami langsung tak hiraukan lagi karena terpesona dengan pantainya. Kami bermain-main air sebentar dan mengabadikan pantai ini. Di jalanan sekitar pantai saya sempat melihat sebuah sepeda motor dengan dua orang berkeliling seperti sedang mengamati aktivitas kami. Lima belas menit berlalu saatnya kami meneruskan perjalanan. Di tengah-tengah perjalanan, kami di hadang oleh dua orang pria mengendarai sepeda motor menggunakan kaos hitam membawa pistol bak polisi dan meminta supir untuk turun. Saya melihat kejadian itu dengan jelas sekali, supir kami di perlakukan seperti di film-film disuruh berbalik badan sambil mengangkat kedua tangan lalu di geledah. Pria satu lagi meminta kami semua untuk turun sambil menodong pistol ke dalam mobil kami, saya pucat pasi. Lalu pria itu berkata, kami menerima laporan dari seorang anak jenderal bahwa ia kehilangan handphone dan dompetnya di pantai Klara dan menuduh kami pelakunya, karena menurut dia tak ada pengunjung lain selain rombongan kami, alah mak. Setelah di geledah, dua orang tersebut tidak menemukan barang yang mereka cari ada di mobil kami tapi kami tidak di lepaskan begitu saja, kami di minta untuk ke Polsek Padang Cermin dahulu untuk membuat berkas berita, kami pun langsung syok. Tiba di Polsek, kami duduk berdampingan dengan segerombolan perempuan yang kami temui di Pantai Klara. Saya yang sedang kesal saat itu, rasanya mau mencakar muka perempuan-perempuan itu karena mengganggu perjalanan liburan kami. Kami mulai di interogasi satu per satu sampai debat kusir dan berjalan alot. Akhirnya mobil kami di geledah kembali karena segerombolan perempuan itu tidak percaya bahwa barang yang mereka cari tidak ada di mobil kami. Tetap saja mereka tidak menemukannya, atas saran kepala Polsek segerombolan perempuan itu meminta maaf kepada kami karena telah menuduh, lalu mereka mencium tangan kami, saya merasa lucu seketika. Kepala Polsek beserta staf juga meminta maaf kepada kami karena telah mengganggu perjalanan kami, oh ya kami juga sempat foto bersama dengan kepala Polsek tsb, case closed. Kami tersadar waktu menunjukkan jam 2 siang, kami harus segera bergegas sebelum gelap sampai di Kiluan. Makan siang kami pun serba singkat tetapi kami makan dengan lahap sekali melampiaskan kekesalan beberapa jam lalu. Perjalanan ke Kiluan medannya sangat berat, jalanan tak beraspal, berbatu dan sempit, di kiri atau kanan kami sering kami temukan jurang, jika supir salah sedikit membelokkan ban mobil tamat sudah riwayat kami. Jam empat sore kami tiba di gerbang Kiluan, kami melewati desa Bali dimana penduduknya kebanyakan berasal dari Bali. Akhirnya kami sampai di pulau Kelapa, untuk mencapai homestay pak Dirham kami harus naik Jukung untuk menyebrang karena disana spot untuk snorkeling lumayan bagus. Kami baru pertama kali naik Jukung, Jukung adalah perahu bermotor bentuknya ramping dan panjang namun hanya bisa di isi maksimal 4 penumpang. Sesampainya di homestay, kami di sambut indahnya Pulau Kelapa dan serbuan lontaran pertanyaan dari pak Dirham. Ternyata beliau khawatir sekali, dia pikir kami jatuh ke jurang karena tidak sedikit pengunjung kesini dengan kesialan jatuh ke jurang, namun syukurlah kami sampai dengan selamat. Selesai kami bercerita dengan pak Dirham, kami langsung bergegas untuk snorkeling sebelum maghrib menjemput. Hari mulai gelap, kami pun mandi lalu makan malam dengan ikan laut dan lalapan serta sambal tak ketinggalan. Nikmatnya sungguh terasa, dan kami tidur nyenyak di Kiluan. Esok hari pagi-pagi sekali kami hunting dolphin, butuh kesabaran ekstra menunggu lumba-lumba liar ini untuk keluar dari air dan melompat menari-nari indah. Dua jam kami di tengah-tengah lautan tak kunjung muncul gerombolan lumba-lumba dan tiba-tiba saya dikagetkan oleh cipratan air saat lumba-lumba melompat, kami kegirangan di jukung dan mulai sibuk memotret untuk tidak kehilangan moment ini. Wooowwww sungguh sebuah sensasi yang luar biasa berburu lumba-lumba liar. Kami semua terlena oleh pesona Kiluan hingga kami males untuk kembali ke Jakarta, but Life must go on. Siang hari setelah kami selesai bersantap siang, kami mulai bersiap untuk kembali ke Jakarta. Sungguh liburan yang sangat tak terduga sampai harus berurusan dengan Polisi, berjuang melewati jalanan yang tak landai namun itu semua di bayar lunas oleh keindahan Teluk Kiluan. Saya sangat setuju dengan tulisan-tulisan di blog bahwa Kiluan adalah Surga yang tercecer dan tersembunyi di ujung Pulau Sumatera. Akhir kata, Surga itu memang indah namun tiada jalan yang mudah menuju Surga. http://clarariristheresia.blogspot.com/
Surga itu memang indah namun tiada jalan yang mudah menuju Surga
768
previous post