Home Lomba Blog KTF 2014 Kota Sisa Prang Saudara: Magisme Jaffna

Kota Sisa Prang Saudara: Magisme Jaffna

oleh

Sri Lanka adalah destinasi pariwisata yang sedang naik daun, tetapi gaungnya tidak terdengar di Indonesia. Selain karena topografi dan geografi mirip dengan wilayah alam di Indonesia, Sri Lanka masih terdengar asing dan berbahaya oleh gerakan pemberontak Macan Tamil. Namun, pemberontak Macan Tamil telah ditumpas oleh pemerintah sejak tahun 2009.

 

Kota yang menjadis sentra macan tamil dulu beroperasi adalah Jaffna, kota terbesar di utara Sri Lanka. Daerah Jaffna masih dalam tahap perkembangan dan pembangunan karena sisa perangs audara. Karena disini lebih dari 90% adalah orang tamil (sedangkan daerah lainnya adalah orang Sinhala), kita akan disuguhi suasana yang berbeda ketika memasuki kawasan ini. Suku Tamil ini dahulunya berasal dari daratan India selatan. Secara budaya, orang tamil dan Sinhala berbeda. Orang tamil sebagian besar memeluk agama Hindu, sedangkan orang Sinhala memeluk agama Budha.

 

Sisa-sisa perang saudara masih sangat terasa di Jaffna. Banyak bangunan di sekitar kota yang dbiarkan begitu saja dengan lubang-lubang sisa tembakan peluru yang menjadi saksi hidup kerasnya hidup di Jaffna beberapa tahun lalu. Bangunan-bangunan ini dibiarkan dan dilabeli beberaa kata yang intinya adalah untuk menghentikan perang saudara. Hal ini yang membuat wilayah Jaffna jauh dari hingar-bingar turisme dan kehidupan kota.

 

Karena menjadi pusat kebudayaan Tamil di Sri Lanka, kita bakal disuguhkan dengan berbagai Kuil Hindu khas Tamil (Dravida). Kuil Hindu besar masyarakat Tamil adalah Nallur Kandaswamy yang terletak dekat dengan pusat kota. Kuil berwarna emas ini sangat ramai saat upacara Pooja pada jam-jam tertentu. Memasuki Kuil ini puntidak dipungut biaya, tidak seperti di tempat Sri Lanka lain yang memungut biaya masuk untuk orang asing, dan semua orang bias masuk ke dalam kuil. Kesucian sangat dijaga dalam kuil ini dan perempuan sirankan memakai pakaian yang sopan. Hal yang unik adalah, para pria harus bertelanjang dada untuk masuk kuil ini karena memakai baju sangat dilarang untuk pria untuk masuk ke dalam kuil. Kita akan disuguhi patung-patng dewa yangs angat bagus serta arsitektur bangunan yang sangat detail serta jika beruntung kita bias mengikuti upacara pooja.

 

Jaffna, seperti daerah Sri Lanka lain, dikarunia kawasan pantai yang memukai pengunjungnya. Dan pasti panta-pantai di sini sangat jauhd ari gemerlap turisme walaupun keindahannya tidak kalah dengan kawasan negombo atau galle di Sri Lanka bagian selatan. Salah satu pantai yang sangat luar biasa adalah panta casuarina di bagian utara sekali. Kita harus melewati causeway bay untuk menuju ke patai yang dimiliki oleh militer Sri Lanka ini. Jarak tempuh sekitar 45 menit dari kota Jaffna menggunakan bus kota akan dihadapkan dengan keindahan dan keaslian kehidupan warga Tamil di Sri Lanka. Pantai ini sangat dipenuhi warga local ketika akhir pekan, dan jangan heran kalau Anda pergi kesini menjadi satu-satunya orang asing dan menjadi pusta perhatian layaknya yang saya dapati di sana.pantai dengan pasir putih dan birunya laut disertai debur ombak yang cukup besar membuat pantai ini menjadi terkenal terutama untuk mandi, karena budaya berjemur tidak dikenal di Sri Lanka.

 

Orang-orang tamil sangat dikenal dengan keramah-tamahannnya. Anda tidak akan tersesat selama anda di Kota Jaffna dan sekitarnya dan orang-orang akan senang sekali membatu, terutama orang asing. Tak lengkap kalau ke kota Jaffna tidak menyicipi makanan yang khas warga tamil, Idli. Idli sangat digemari di kawasan India selatan, begitu pula di Jaffna ini. Disertai dengan kuah kari dan dal, anda akan dihadapkan apda makanan vegertarian di sini, kalaupun Anda beruntung, anda akan mendapati sea food yang sangat enak, terutama fish curry-nya yang diambil langsung dari ikan segar.

 

Yang paling mengesankan ketika saya sedang makan di Rumah makan di sekitaran Jaffna, saya mencoba mengajak berbicara dengan Orang local, dan sebagian besar orang di sini mengerti bahasa Inggris.

 

“Apakah Anda dari Tiongkok? Jepang? Korea?” Tanya si Bapak

 

ille, bukan, Saya orang Indonesia.” Jawabku

 

“Oh Indonesia, saya tahun Negara itu.” Jawab beliau

 

Stuthi, terima kasih!” Aku pun senang ada yang mengrti Negara Indonesia.

 

Dan kami pun melanjutkan menyantap makanan kami. Tiba-tiba si Bapak paruh baya memulai percakapan lagi,

 

“Jaffna dulu sangat berbahaya, perang ada dimana-mana. Kami semua dalam ketakutan. Suarah bedil terus kami dengar tiap hari, seperti bukan tempat yang tenang.” Curahan hati beliau.

 

Saya pun hanya mengangguk-angguk saja

 

“tetapi sekarang lihatlah, tidak ada apupun di sini, aman terkendali. Harus lebih banyak turis asing masuk kesini.” Tambah beliau

 

“Iya benar!” Saya menanggapi bersemangat.

 

“Hmmm.. Mungkin sekarang hidupmu lebih susah disbanding kami. Pasti Indonesia sangat berbahaya ya? Banyak Bom dan serangan berdarah sampai sekarang aku dengar. Semoga Indonesia segera menjadi baik lagi dan tidak ada perang saudara lagi.” Keluh beliau

 

“ha? Anda tahu dimana letak Indonesia?” Tanya terheran dengan apa yang dikatakan beliau

 

“tentu saja, Indonesia yang dekat dengan India dan Bangladesh kan? “

 

“?????” aku pun bingung dan saya tahu yang dimaksud Bapak Ini adalah Myanmar (Burma dahulu).

 

Sebelum aku mengonfirmasi jawabanku, si Bapak keburu meninggalkan Rumah makan dan mengucapkan selamat tinggal padaku. Tanpa dinyana, saya pun dibayarin oleh Bapak ini. Saya mengetahu setelah mau membayar. Ya memang Jaffna sudah sangat berkembang sekarang dan keamanan sangat baik, sangat cocok untuk pelancong yang ingin melihat kehidupan asli warga sebelum turisme datang ke kawasan ini. Sekaligus, sebagai Warga Negara Indonesia, saya juga tidak lupa melakukan promosi bahwa Indonesia itu ada dan aman.

 

Oh ya, jangan lupa selalu membawa paspor Anda karena security check point ada dimana-mana yang siap mengecek identitas Anda. Jaffna pun semakin malam semakin sepi karena orang kembali ke Rumah dan cenderung tidak keluar rumah setelah jam 7 malam karena masih efek perang saudara.

Penulis

Suko Adi Prastiyo

Twitter: @zhukolicious