Aku gadis berusia 21 tahun, aku dibesarkan dari kasih sayang seorang ibu yang selalu mengajariku berapa indahnya hidup ini ketika kita pandai bersyukur. Aku memang bukan dilahirkan dari kalangan kolongmerat tetapi aku jauh lebih bahagia ketika memiliki seorang ibu yang senantiasa membuka lebar tangannya kapanpun untuk menyambut pelukanku. Kebahagiaanku sesederhana itu. Sesederhana ketika anak anak lain seusiaku asik bermain dengan barang yang diberikan orangtuanya tetapi aku asik menikmati ibuku bercerita ditemani secangkir teh hangat menjelang senja.
Suatu hari, ibu memintaku untuk menemaninya pergi melihat bunga. Tanpa berfikir panjang aku tersenyum dan berkata “baik bu, akan ku temani”. Kami mengunjungi Green Hill Resort di Bogor, terlihat jelas senyum sumringah dari wajah ibu. Aku bahagia menikmati pagi hari dengan ibu bersama bunga-bunga. Ibu sangat suka sekali dengan bunga dan aku selalu menggambarkan bahwa ibu adalah bunga yang tumbuh dihatiku. Bunga itu selalu mekar, aku tak ingin bunga itu layu. Kami bercerita tentang apapun ditaman, aku melihat ibu seperti sahabatku.
Di Green Hill Resort kami disajikan oleh ribuan bunga, kami diajarkan menanam bunga dan merawat bunga oleh pemandu. Kami datang tepat waktu, disaat udara Bogor pagi hari masih sangat sejuk. Disela-sela saat kami berjalan melihat bunga, ibu berkata “nak, dihidup ini kita harus memiliki sifat seperti bunga. Wangi, indah, dicintai banyak orang. Jangan lupa untuk mencintai alam agar alam pun memberikan cintanya untukmu” . Kemudian aku memeluk ibu, aku berkata “bu, terimakasih sudah menjadi ibu yang terbaik dalam hidup aku. Kelak jika aku besar nanti, aku akan menjadi seperti ibu”.
Saat kami sudah cukup puas menikmati keindahaan alam yang diberikan Tuhan, kami menyambangi Istana Kepresidenan di Cipanas. Wajah ibu belum menunjukkan bahwa ia lelah, aku pun sama. Aku masih bersemangat. Ini kunjungan keduaku ke Istana, lalu aku bertanya pada ibu “bu, kenapa ibu ajak aku kesini? Aku kan sudah pernah kesini bu waktu sd” kemudian ibu menjawab “agar kau tak lupa sejarah, nak”.
Itulah ibu, ibu selalu memberikan pelajaran disetiap halnya. Mungkin memang karena profesi ibu itu adalah guru jadi aku masih selalu menjadi murid setianya ibu. Ibuku guru BP/BK yang selalu jadi tempat curhatnya anak murid. Dan ibu adalah tempat curhatku paling rahasia.
Di Istana bagian belakang ada tempat tanaman hias dan ibu bergembira sekali melihatnya. Aku suka sekali pemandangan di Istana, sejuk dan asri. Kemudian kami beristirahat dan sholat sejenak. Setelah itu kami langsung pulang.
Perjalanan kami hari itu memang sangat sederhana, tetapi banyak manfaat yang aku dapatkan. Ibu yang selalu mengajariku tentang apapun. Dan itu adalah perjalanan terakhir kami, aku bisa menghabiskan waktu bersama ibu. Aku bisa melihat senyum ibu. Aku tak perduli sejauh apapun aku menikmati perjalanan, jika itu berdua ibu aku merasa itu adalah perjalanan luar biasa dalam hidupku. Disaat teman-teman sebayaku berpergian dengan teman-temannya, tetapi aku lebih suka melewati hari-hari bersama ibu. Aku mencintai ibu seperti aku mencintai diriku sendiri. Aku tidak memiliki banyak uang untuk menikmati liburan ditempat mahal tetapi aku punya kebahagiaan ketika dekat ibu. Kelak jika aku sukses nanti akan aku ajak ibu ketempat yang sangat indah. Aku janji, bu. I love you, ibu.
Seorang gadis yang menjelma menjadi bunga
819
previous post