Home Lomba Blog KTF 2014 Sehari Menjelajah Venesia

Sehari Menjelajah Venesia

oleh

Ke Italia, tanpa mengunjungi Venesia itu sama juga bohong. Begitu kata, seorang teman, yang akhirnya membuat saya di luar rencana pergi ke Venesia. Padahal agenda saya hanya mengunjungi Milan dan Bologna di Italia.   Setelah 1,5 jam perjalanan dari Bologna, akhirnya tiba juga di stasiun kereta Venezia,  Santa Lucia.

Begitu melewati pintu gerbang selatan stasiun kereta. Taraaaa!  Sebuah kanal besar  yang disebut Canal Grande membentang. Di seberangnya, laguna Venesia berdiri dengan sejuta pesona.  Terletak di pantai Adrian, saya nggak nyangka  keseluruhan bangunan di kota ini berdiri di atas beribu-ribu kayu yang ditancapkan di dalam air.

Karena ingin irit, saya langsung naik bus air dengan tiket seharga 6 euro.  Seandainya banyak duit  bisa naik taxi air yang harganya 40-70 euro, tergantung tujuan. Bus air melaju dengan kecepatan sedang dan beberapa kali singgah di halte di sisi kanal. Asyiknya, bisa menikmati lingkar luar Venesia sambil menghirup udara pantai, serta menikmati pemandangan di sisi pantai yang dihiasi bermacam bangunan tua.

Hampir 30 menit di bus air, sampailah di halte San Marco. Kali ini saya benar-benar berdiri di atas kota terapung yang  merupakan salah satu situs warisan dunia  UNESCO. Terletak di pantai Adrian, saya nggak nyangka  keseluruhan bangunan di kota ini berdiri di atas beribu-ribu kayu yang ditancapkan di dalam air.

Saya langsung disambut monumen Victor Emmanuel II yang tampak heroik dengan singa di bagian bawah monument. Jangan kaget jika melihat banyak monument Victor Emmanuel II  di Italia karena dialah raja pertama yang menyatukan seluruh kerajaan Italia.

Setelah berjalan beberapa puluh meter, saya  berhenti sebentar di dekat Ponte dei Sospiri atau Jembatan rintihan. Pada masa lampau, jembatan ini berfungsi sebagai penghubung penjara lama ke ruang interogasi di bangunan bernama Doge Palace. Sebelum dibawa ke sel, para tahanan yang melalui jembatan ini biasanya menghela napas dan merintih saat melihat keindahan laut Venesia. Pemandangan dari jembatan rintihan adalah pemandangan terakhir sebelum para tahanan merasakan hukuman penjara. Nama jembatan ini sendiri diberikan oleh Lord Byron di abad ke-19.

 

 

Mitos yang beredar kini malah jauh dari rintihan yang memilukan. Masyarakat setempat mengatakan bahwa para pecinta akan dikarunia  keabadian cinta  jika berciuman di atas gondola tepat di bawah jembatan rintihan pada saat matahari terbenam.

 

Keagungan di Piaza San Marco

Bahagia  rasanya ketika akhirnya tiba  di alun-alun San Marco yang sering jadi setting film-film Hollywood terkenal. San Marco atau Santo Markus sendiri adalah seorang pelindung pertama Venezia. Tubuh Santo Markus yang dimakamkan di Alexandria, Mesir, dibawa kembali ke Venezia olah seorang pedagang dari Venezia dan dimakamkan di sana.

Karena sebelumnya pernah melihat di film, saya juga penasaran masuk ke sebuah gereja dengan empat kubah besar itu. Saya memasuki Basilica Cattedrale Patriachale dengan arsitektur byzantine-nya yang indah.  Interior gereja benar-benar membuat saya takjub karena lapisan emas di sana-sini. Belum lagi lukisan langit-langitnya yang luar biasa, membuat saya ingin berada di dalamnya berjam-jam.

Gereja ini dibangun pada  828, termasuk Campanile, menara lonceng yang juga berfungsi sebagai mercusuar. Gereja ini dbakar dalam pemberontakan tahun 976 dan dibangun kembali tahun 978 serta menjadi Basilika pada 1063. Sementara itu, struktur dasar bangunan telah banyak diubah, didekorasi dari waktu ke waktu dan  dekorasinya selalu bertambah.

Basilica sering dikunjungi para wisatawan karena bentuknya yang cantik dengan mozaik yang membentang. Basilica disajikan sebagai simbol status kekayaan dan kekuasaan Venesia dari abad ke-11. Bangunan ini dikenal dengan julukan Chiesa d’Oro atau gereja emas. Pengunjung boleh naik ke menara gereja untuk melihat pemandangan sekitar asal membayar tiket masuk 5 euro.

Di pelataran gereja, penulis menemukan sejumlah pedagang kaki lima yang menjual souvenir. Mulai dari gantungan kunci, stiker kulkas, hingga kartu pos. Para PKL ini berjualan dengan tertib dan tidak memaksa pembeli.

Di sekitar alun-alun San Marco kita bisa mengagumi keindahan bangunan lain seperti Palazzo Ducale, Bell Tower, Clock Tower dan Procuratie. Menurut saya, setiap sudut di Venesia ini sangat romantis dan cocok untuk berfoto-foto. Apalagi di sepanjang Grand Canal.

Untuk mengelilingi setiap sudut kota Venezia, membutuhkan waktu berjam-jam karena luasnya mencapai 414.57 km2.  Saya pikir nggak mungkin juga mendatangi semuanya. Jadi mulailah saya blusukan ke gang-gang kecil di Venesia. Jangan heran jika melihat hotel-hotel berbintang lima berderet di gang. Asyiknya, kita nggak perlu khawatir berpapasan dengan sepeda motor.

Saya juga berhasil menemukan kedai kecil dengan harga murah karena bukan berada di kawasan turis. Akhirnya, saya bisa memakan hidangan khas lokal yang halal karena berbahan dasar ikan. Santapan saya adalah  creamy venetian cod fish “Baccala” on bruschetta yakni ikan cod baccala khas venesia di atas roti kering.

 

Menawar Gondola

Jauh-jauh ke Venesia nggak naik gondola, bagi sebagian besar orang tentunya nggak lengkap. Tapi kalau tidak menganggap itu sebagai atraksi penting, cukuplah memotret mereka. Apalagi bila harus menghemat kocek. Untuk naik gondola  40 menit kita harus menyiapkan uang 80 euro. Terkadang, bila sedang bukan musim turis bisa saja tawar menawar dengan gondolier (supir gondola). Tapi, biasanya mereka tidak akan membawa ke tempat-tempat yang pemandangannya indah.

Harga Gondola mulai sore hingga malam akan melonjak hingga 100 euro. Bahkan, di musim turis atau akhir pekan bisa lebih. Apalagi jika kita minta disediakan pemain musik dan makan-minum. Banyak paket-paket untuk turis yang ditawarkan untuk bergondola di malam hari.

Tingginya tiket gondola ini harap dimaklumi. Investasi mereka untuk membuat gondola sekitar 22.000 euroyang harus balik dalam waktu kurang dari setahun. Para gondolier juga harus melewati kursus khusus mengemudikan gondola. Belum lagi mengurus perijinan. Jadi mereka benar-benar professional. Bahkan mereka harus menggunakan seragam garis hitam putih.

Turis yang naik gondola akan merasa nyaman, apalagi para gondolier secara penampilan terlihat bersih, enak dilihat, santun bercerita dan siap membantu. Pokoknya, kalau datang ke Venesia bareng pasangan, jangan sampai tidak naik gondola.

Sekadar catatan, bagi wisatawan yang ingin berhemat. Jika ingin menginap agar bisa berkeliling Venesia sampai puas, dapat menghemat dengan mencari hotel di kawasan Mestre. Hotel-hotel di Venesia nyaris semahal di kota metropolitan, padahal dengan fasilitas yang minim. Dijamin akan sulit mencari kamar di bawah 50 euro. Begitu juga makan berat.

Dari Mestre yang hanya 10 menit dengan bus menuju Venesia, saya menemukan hotel seharga 40 euro semalam dengan fasilitas prima.

Penulis

Benny Rhamdani

Twitter: @bennyrhamdani_