Sore itu saya menuju salah satu hiper market di kawasan Lebak Bulus untuk bertemu teman-teman seperjalanan menuju Gunung Gede. Akhir pekan kali ini kami akan mendaki salah satu gunung yang paling sering didaki oleh warga Jakarta. Sesampainya disana tampaknya saya yang lebih dahulu sampai, sedangkan teman saya yang lain masih bergulat dengan pekerjaan kantor maupun sedang bertarung dengan lalulintas ibukota yang saat itu sedang macet-macetnya ditambah dengan hujan gerimis. Bagi para PNS akhir pekan kemarin itu mereka mendapat kabar bahagia dikarenakan “harpitnas” sebelum hari raya Waisak diumumkan secara mendadak sebagai hari cuti bersama.
Berhubung kita juga belum membeli logistik untuk pendakian, saya pun mengisi waktu menunggu teman-teman yang lain dengan belanja logistik yang diperlukan. Bagi saya saat mendaki merupakan saat berkreasi untuk memasak di alam bebas selain untuk mengisi perut juga untuk membuat iri pendaki lain dengan membuat menu makanan yang lebih menarik daripada sekedar makanan siap saji yang biasa diolah para pendaki…:D
Pukul 7 malam semua teman-teman sudah berkumpul di hipermarket tersebut setelah bercengkerama dan packing logistik kami pun menuju terminal Lebak Bulus mencari bis menuju Bogor. Kebetulan rekan-rekan dari GMC-UI sebagai tim besar yang kita tumpangi dalam pendakian ini akan berkumpul dan mencarter kendaraan dari Bogor menuju Gunung Putri sebagai entrance ke jalur pendakian menuju Gunung Gede. Pukul 8.30 malam bis mulai meninggalkan terminal Lebak Bulus, malam itu jalanan Jakarta benar-benar kejam jarak tempuk Lebak Bulus yang bisa ditempuh hanya 1,5 jam akhirnya harus dilalui selama 2,5 jam, memang kesesakan ibukota metropolutan ini perlu dilegakan dengan menghirup udara pegunungan.
Dari Bogor, rekan-rekan dari GMC-UI sudah mencarter kendaraan untuk menuju Gunung Putri, perjalanan menuju kesana sebenarnya tidak menghadapi kemacetan namun kondisi kendaraan yang dicarter kurang mumpuni sehingga beberapa kali berhenti untuk mengatasi masalah yang terjadi. Perjalanan Bogor menuju Gunung Putri akhirnya diselesaikan dalam waktu 2,5 jam, sebenarnya cukup lama untuk kondisi jalan raya Puncak yang sangat lengang di malam itu. Lewat tengah malam kita semua sudah berada di entrance Gunung Putri, setelah melapor ke petugas kita memilih untuk berkemah dan akan melanjutkan pendakian di pagi harinya. Terdapat camping ground yang bisa digunakan sebelum melanjutkan pendakian.
Setelah beristirahat beberapa jam, kami pun mempersiapkan diri untuk pendakian dimulai dengan mempersiapkan sarapan juga makan siang yang dibungkus untuk dimakan dijalan. Kebutuhan energi akan banyak diperlukan untuk melewati tanjakan-tanjakan menuju ke Suryakencana sebagai basecamp kita sebelum menuju Puncak Gede.
Pagi itu sudah banyak pendaki yang mulai merangkak di jalur pendakian Gunung Putri – Suryakencana, dari rombongan karyawan kantor yang sedang melakukan kegiatan CSR-nya dengan penanaman pohon juga ada rombongan murid-murid SMP yang sedang outbound. Mungkin jumlah pendaki akan terus bertambah dikarenakan saat itu telah menjadi longweekend setelah pemerintah menetapkan hari Senin sebagai cuti bersama sebelum hari raya Waisak di hari Selasa. Rombongan besar kami yang setelah ditotalkan ada sebanyak 58 orang mulai terpecah di jalur pendakian. Dari anggota-anggota GMC dikarenakan menetapkan target waktu maka mereka mesti menyesuaikan kecepatan mereka, sedangkan kita para alumni menganggap ini sebagai rekreasi maka kita berjalan sesuai dengan tuntutan napas dan otot kaki. Sehingga dalam pendakian ini terlihat siapa saja yang berada di posisi ekor rombongan atau tim “sweeper”.
Selepas makan siang pukul 1.30 cuaca mulai berubah menjadi mendung, kabut menyelimuti jalur pendakian dan udara dingin menembus tubuh-tubuh yang basah oleh keringat makin menurunkan stamina. Terkadang gerimis menambah basahnya tubuh ini menambah dingin suhu yang ada efeknya membuat tubuh mudah lapar. Makan siang yang beberapa saat lalu kita nikmati tanpa terasa menguap begitu saja dan kita pun kembali merasa lapar. Beberapa kali kita mesti berhenti untuk sekedar mengudap makanan yang kita bawa, untuk pendakian kali ini logistik kita cukup memadai bahkan bisa dibilang berlebih sehingga tidak perlu khawatir kekurangan makan. Untuk makanan sendiri di Gunung Gede Pangrango pada hari ramai pendakian kita bisa menemukan pedagang nasi uduk yang berjualan di pagi hari, harganya cukup murah untuk ukuran pedagang yang berjualan di ketinggian seperti ini. Dengan uang 5 ribu rupiah kita sudah bisa menikmati sebungkus nasi uduk, bagi saya rasa sudah di urutan sekian tapi penghargaan kepada sang pedagang yang naik gunung pukul 2 pagi dan sampai di alun-alun Suryakencana atau bahkan puncak pukul 5 pagi itu yang patut dibayarkan walau nilai tersebut tidak sebanding.
Akhirnya rombongan terakhir alias para “sweeper” tiba di alun-alun Suryakencana pada pukul 5 sore diiringi gerimis yang terus turun. Nampak tenda sudah berdiri namun belum tersedia minuman hangat dikarenkan kompor-kompor dibawa oleh para “sweeper”. Setelah bongkar “carrier” dan menata kembali tenda dari terpaan hujan yang mulai menderas, kita pun memulai kegiatan masak-memasak. Kegiatan ini salah satu yang paling menyenangkan bagi saya, selain bisa berkreasi menciptakan menu makanan yang menyenangkan bagi kita semua juga membuat badan hangat karena radiasi kalor dari kompor yang menyala. Minuman hangat yang tersaji dan makanan istimewa mulai tersedia. Bagi saya untuk makanan saat pendakian atau pun kemping biasanya saya meminimalisir menu-menu instan, selain mencegah kebosanan juga dapat meningkatkan nafsu makan dan selain itu bisa menciptakan kecemburuan kuliner dengan tenda-tenda lainnya yang hanya mengolah makanan instant yang standar…:D
Malam itu setelah makan kita pun mulai mencoba beristirahat merenggangkan otot-otot yang menegang selama perjalanan tadi. Pukul 8 malam kalau di Jakarta masih terlalu dini untuk beristirahat malah masih berkutat di macetnya lalu lintas ibukota, justru kita mulai meringkuk didalam tenda dalam bungkusan sleeping bag karena udara malam itu benar-benar dingin menusuk tulang. Keluar dari tenda sama seperti masuk ke dalam kulkas, untuk sekedar buang air kecil seperti masuk toilet yang ada di ruang penyimpanan daging beku. Kami lebih baik menunda buang air kalau belum mendesak, dan mengurangi minum daripada kandung kemih cepat penuh yang membuat kita untuk buang air.
Rencananya subuh nanti kita akan menuju Puncak Gunung Gede sambil melihat Sunrise. Sesuai rencana kita pun mulai terbangun di dini hari yang dingin itu, ada yang sudah menyiapkan minuman hangat untuk menyiapkan tubuh menghadapi udara dingin di perjalanan menuju puncak nanti. Pukul 5 kurang kita pun berjalan di alu-alun Suryakencana yang luas ini, suasananya masih gelap untungnya angin tidak berhembus dengan kencang sehingga kita bisa melewati alun-alun ini tanpa diterpa tiupan udara dingin. Ketika memulai memasuki jalur pendakian menuju puncak Gede terlihat di ujung cakrawala matahari mulai muncul tampaknya saya akan terlambat sampai di puncak dan melewati Sunrise. Sepertinya dugaan saya benar karena saya sampai puncak sudah pukul 6.30 dan matahari sudah meninggi, sayang sekali padahal saat itu cuaca cerah pasti hasil foto sebelum matahari setinggi ini cukup ciamik dengan biru di langit di saat matahari belum setinggi ini akan lebih pekat. Ya sudahlah, kita pun mulai menikmati kondisi di puncak sambil mengambil beberapa jepret foto baik foto pemandangan maupun foto narsis…:p
Ketika matahari makin meninggi dan perut mulai meminta untuk diisi, kita pun mulai beranjak dari puncak Gede. Sebelum sampai ke tenda, saya mencari lapak untuk membuang hajat yang sudah memenuhi perut lebih nyaman nanti turun gunung tanpa beban yang mengganjal :p.
Di tenda beberapa teman yang tidak ikut ke puncak sudah menyiapkan makanan, wah senangnya setelah buang hajat sudah tersedia makanan untuk mengisi gudang makanan di perut ini yang baru saja cuci gudang. Menu pagi ini luar biasa banyak berhubung kita akan turun maka semua logistik kita olah untuk mengurangi beban kita ketika akan turun nanti. Makanan yang tidak habis kita bungkus untuk bekal perjalanan pulang nanti.
Setelah menyelesaikan kegiatan makan, kita pun mulai membongkar tenda, packing, dan membersihkan sekitar camping ground. Kita tidak mau kegiatan mendaki gunung justru mengotori alam. Beberapa pendaki yang ada di sekitar Suryakencana memang ada yang meninggalkan sampah di sekitar tendanya, tapi kita tidak mau seperti mereka. Lebih baik membawa beban sedikit saat turun daripada mengotori alam ini. Sehabis bersih-bersih, saya berkeliling sekitar Suryakencana yang dikenal memiliki padang edelweis untuk mengambil beberapa gambar yang dilanjutkan foto bersama dengan seluruh tim, saking banyaknya peserta yang ikut sehingga tidak cukup dalam satu frame…:D
Perjalanan turun dari Suryakencana ke Gunung Putri cukup cepat hanya perlu 3 jam itupun diselingi dengan makan siang. Sesampai di Gunung Putri kita lapor ke pos sekalian menaruh sampah-sampah yang kita bawa. Untuk diperhatikan ada beberapa barang yang dilarang dibawa masuk ke jalur Pendakian Gede Pangrango seperti golok, sabun/odol, pemutar MP3 untuk itu barang-barang tersebut perlu dititip di pos. Jika diselundupkan masuk dan saat turun diperiksa diketahui membawa barang tersebut, maka akan dikenai denda dan bisa saja barang tersebut disita. Peraturan ini ada sebagian yang agak aneh, tapi untuk menghindari dari masalah lebih baik dituruti.
Akhirnya semua peserta sampai ke pos dalam keadaan sehat, walau ada sebagian mengalami cedera ringan tp mereka masih sanggup berjalan. Dalam perjalanan ini ada sosok yang menarik, yaitu seorang pendaki wanita yang memiliki kekurangan fisik namun masih sanggup untuk mendaki gunung. Ini membuktikan bahwa mendaki gunung bukan hanya untuk yang memiliki fisik sempurna, orang yang kurang secara fisik pun sanggup. Alangkah lemahnya mental seseorang yang memiliki fisik sempurna menganggap dirinya tidak sanggup untuk melakukannya.