Home Mau ke Mana?DestinasiMancanegara Mengintip Keunikan Tradisi Minum Teh di Jepang

Mengintip Keunikan Tradisi Minum Teh di Jepang

oleh Mahansa Sinulingga
tradisi teh di Jepang

Tradisi Minum Teh di Jepang

Siapa yang tak suka minum secangkir teh hangat sambil menikmati biskuit atau sepotong kue. Apalagi jika dinikmati pada sore hari yang cerah, nikmatnya tak terkatakan. Anda yang pencinta teh hijau pastinya memiliki sedikit rasa ingin tahu cara masyarakat Jepang menikmatinya.

Boleh dibilang, upacara minum teh telah menjadi bagian penting bagi kebudayaan Jepang. Di Jepang sendiri, upacara minum teh dikenal sebagai chado yang berkembang karena pengaruh dari Buddhisme Zen.

Berawal dari kebiasaaan

Awalnya upacara minum teh ini bermula dari kebiasaan minum matcha (teh hijau bubuk). Walaupun “sekadar” minum teh, upacara ini bisa berlangsung beberapa jam. Gaya penyajiannya pun berbeda, tergantung pada waktu dan musim. Penyajian yang dilakukan pada musim panas, biasanya menggunakan ketel besi (kama), sementara pada musim dingin teh akan disajikan dalam perapian cekung (ro).

Dalam sebuah upacara resmi, para tamu akan diminta untuk “menyucikan” diri dengan cara mencuci tangan dan membilas mulut dengan air dari baskom yang terbuat dari batu. Baru setelah itu, tamu melepas sepatu dan memasuki ruangan untuk melihat peralatan minum teh.

Peralatan minum teh

Peralatan minum teh biasanya diatur dalam tata letak tertentu. Setiap alat, mulai dari mangkuk teh (chawan), pengocok (chasen), dan teh sendok (chashaku) dibersihkan dengan ritual di hadapan para tamu dengan urutan yang tepat dan gerakan yang telah ditentukan. Saat ritual pembersihan selesai dan peralatan diletakkan di tempat yang sesuai, tuan rumah mulai menaruh bubuk matcha ke dalam mangkuk, kemudian menyeduhkan air panas sesuai takaran lalu mengaduknya dengan peralatan tadi.

Mangkuk kemudian disajikan pada tamu kehormatan sambil membungkuk sebagai tanda penghormatan. Mangkuk tersebut diputar untuk menghindari meminum dari bagian depan mangkuk. Kemudian mangkuk diputar kembali ke posisi awal dan diserahkan pada tamu kedua dengan membungkuk. Proses ini dilakukan terus-menerus hingga posisi mangkuk kembali ke tuan rumah. Setelah upacara selesai, peralatan dibersihkan dan para tamu secara ritual memeriksanya sebelum pergi. Tertarik mencobanya? [AYA]

Artikel yang mungkin kamu suka