Ketika masih bertugas di Jawa Timur, saya berusaha mengunjungi dan mengamati sejumlah kabupaten atau kotamadya di Jawa Timur dan Indonesia bagian timur. Untuk destinasi di Indonesia bagian timur, salah satu kota yang menjadi prioritas untuk saya kunjungi adalah Manado di Sulawesi Utara (Sulut).
Manado, selain menarik dari sisi kehidupan sosial dan ekonominya, juga menawarkan rasa ingin tahu tentang kegiatan pariwisatanya. Dan, hal terakhir tadi seolah menjadi tulang punggung yang menegakkan pundi-pundi ekonomi Manado.
Saat masih memimpin Sulut, Gubernur SH Sarundajang sempat mengatakan bahwa provinsi yang dipimpinnya terletak jauh di bagian utara Indonesia. Hal ini mendorong Pemerintah Provinsi (Pemrov) Sulut harus menyusun strategi agar wisatawan domestik dan mancanegara mau datang dan mengenal Sulut.
“Kita harus membuat acara yang ‘murah’ tapi dampaknya luas yang mampu mendatangkan ribuan warga mancanegara,” kata Sarundajang saat saya temui kala itu, sekitar 6 tahun silam.
Nah, bagian dari pariwisata Manado yang mengundang rasa penasaran adalah keragaman kulinernya yang sebagian besar berbasis hasil laut. Di kota ini, kita dapat dengan mudah menjumpai penjual ikan cakalang fufu, nama lain ikan cakalang asap yang amat khas.
Cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan ikan berukuran sedang dari familia Scombridae (tuna). Cakalang dan tuna menjadi komoditi laut yang diandalkan Pemprov Sulut. Selain karena amat banyak tersedia di perairan Sulut, nelayan Sulut pun dikenal cakap dalam menangkap kedua jenis ikan yang sering hidup bergerombol ini.
Para pengasap ikan cakalang, memanfaatkan tempurung dan daun kelapa sebagai bahan bara untuk mengasapi ikan cakalang. Setelah diasapi, ikan cakalang dapat bertahan hingga beberapa hari. Tempurung dan daun kelapa memberikan aroma dan rasa yang khas pada daging ikan.
Saat diasapi, seekor ikan cakalang dibelah menjadi dua bagian dan digabungkan kembali dengan sebilah bambu. Setelah diasap, bentuk ikan cakalang akan melengkung.
Ikan cakalang fufu dapat dinikmati dengan cara digoreng kering, ditumis bersama kangkung, dicincang dan ditaburkan di atas mi kuah, atau dicincang dan dipendam dalam nasi goreng. Di Manado, ikan cakalang fufu biasa disantap dengan semangkuk bubur khas Manado (tinutuan) panas.
Cakalang asap ini biasa menjadi buah tangan khas Manado. Saat ini, harga per jepit cakalang asap antara Rp 50 ribu hingga Rp 75 ribu, tergantung besar kecilnya ikan. Salah satu destinasi yang banyak menjajakan cakalang asap berada di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Sario.
Turis juga bisa membawa oleh-oleh lainnya, yaitu olahan ikan roa. Hasil laut ini biasa dijual dalam rupa sambal, abon, atau roa fillet. Untuk sambal roa, biasanya pedagang menawarkan harga Rp 50 ribu per botol.
Jika nanti pandemi Covid-19 sudah teratasi, bolehlah kita jalan-jalan lagi di Manado. Mengecap sedap cakalang asap atau mencolek pedas sambal roa sambil menyeruput bubur panas Manado, pasti enak sekali.
Ingat, tetap taati protokol kesehatan. Gunakan masker, sering-sering cuci tangan, dan membawa peralatan makan sendiri. Tetap sehat, tetap senang, tetap jalan-jalan.