Home Lomba Blog KTF 2017 Mencari Jejak Mata Hari, Spionase Dari Ujung Utara Belanda

Mencari Jejak Mata Hari, Spionase Dari Ujung Utara Belanda

oleh

Leeuwarden adalah ibukota propinsi Friesland di Belanda bagian utara yang namanya tentu terdengar asing di telinga. Namun setiap berkunjung ke Belanda, saya bersama keluarga selalu tak lupa untuk mampir ke Leeuwarden sekedar untuk napak tilas dan mengulang memori saat saya dan suami tinggal di sana. Ternyata masih saja ada saja kisah yang terlewat dan belum saya ketahui tentang kota yang berada jauh di ujung utara Belanda. Leeuwarden yang menjadi European Capital Culture tahun 2018 ini banyak menyimpan kisah dan sejarah menarik yang tak jarang juga erat kaitannya dengan Indonesia.

Salah satu kisah menarik itu adalah tentang Mata Hari, seorang spionase wanita paling terkenal di dunia lahir di Leeuwarden. Sejak lama kisah hidup Mata hari telah banyak menjadi inspirasi karya sastra dan film. Matahari memiliki kisah yang sangat menarik sehingga tahun 2016 penulis terkenal Paul Coelho pun turut membuat sebuah karya novel tentangnya berjudul, The Spy. Coelho menyebut Mata Hari sebagai salah satu feminis pertama yang memilih untuk independen dan menjalani hidup di luar kebiasaan masyarakat pada zamannya.

Kisah Mata Hari sangat kontroversial dan hingga kini masih terus ditelusuri kebenaran fakta-fakta yang mengaitkannya dengan dunia spionase. Selama 20 tahun terakhir dokumen-dokumen tentang hal ini mulai dibuka oleh MI5 di Inggris, Jerman dan Belanda. Terlahir dengan nama Margaretha Geertruida Zelle pada 7 Agustus 1876 dan disebut-sebut memiliki darah keturunan Jawa. Terlepas dari benar atau tidaknya hal tersebut, Margaretha adalah wanita yang sangat menarik dengan rambutnya yang hitam tebal, matanya yang hitam dan kulitnya yang sedikit kecoklatan; sangat berbeda dengan ciri-ciri fisik orang Friesland atau Belanda pada umumnya yang berambut pirang dan berkulit putih.

Ia pernah tinggal di Jawa dan Sumatra untuk menemani suaminya yang dua puluh tahun lebih tua; seorang tentara Belanda masa kolonial yang bertugas di Hindia Belanda (Indonesia) pada masa itu. Margaretha memiliki ketertarikan yang besar terhadap tradisi lokal dan sempat belajar menari. Mata Hari merupakan nama yang erat dengan Indonesia yang kemudian dipilih Margaretha untuk aksi panggungnya sebagai penari eksotis dan mulai terkenal di Paris tahun 1905. Kesuksesan membuatnya dekat dengan banyak orang penting dimana pada akhirnya mengaitkan Mata Hari dengan dunia spionase yang kemudian membuat hidupnya terpaksa berakhir.

Saat berkunjung ke Leeuwarden saya mencoba untuk menelusuri sepenggal kisah masa lalu Mata Hari di kota kelahirannya ini. Sebuah patung wanita berukuran kecil yang seolah sedang menari dibuat untuk mengenang kisahnya. Sekilas tidak ada yang istimewa dengan patung berukuran kecil itu, sampai saya membaca nama “Mata Hari” yang tertera di tiang yang menjadi penyangganya. Patung itu berdiri tepat bersebelahan dengan kanal di depan rumah tempat Mata Hari lahir,  beralamat di Kelders 33 di pusat kota Leeuwarden. Rumah yang pernah menjadi saksi bisu kehidupannya di masa kecil itu sekarang sudah beralih fungsi menjadi tempat usaha seperti bangunan-bangunan lain di sekitarnya.

Selain patung tersebut yang menjadi tanda bahwa ia memang merupakan salah satu orang yang sejarahnya penting untuk kota ini dapat dilihat di Fries Museum yang terletak di pusat kota. Di museum tersebut terdapat sebuah ruangan khusus yang didedikasikan untuk Mata Hari, koleksi yang dapat dilihat adalah pakaian yang pernah digunakan Mata Hari saat menari dan catatan hariannya. Saya pernah melihat catatan harian tersebut saat masih berada di Historisch Centrum Leeuwarden dan masih dalam proses konservasi. Hari itu saya beruntung karena bisa melihat lagi koleksi museum dengan lebih jelas.

Saya menyempatkan diri untuk mampir ke Fries Museum untuk melihat ruangan tersebut. Saat memasuki ruangan, saya juga dapat melihat slide foto-foto Mata Hari berukuran besar diiringi suara gending gamelan Jawa yang memecah kesunyian dan membuat saya sedikit terhanyut dalam lamunan. Semua koleksi museum yang ada membuat saya dapat membayangkan suasana pertunjukkan Mata Hari di masa lampau yang pasti sungguh menarik bagi yang menyaksikan secara langsung. Tak lama pengunjung lain bergantian memasuki ruangan, saya pun segera mengakhiri lamunan melanjutkan untuk melihat-lihat koleksi museum yang lain. Semoga lain waktu saya bersama suami dan anak-anak bisa kembali lagi melakukan napak tilas ke Leeuwarden dan menggali kisah-kisah lainnya yang terkait dengan Indonesia di kota ini.

(repost karena paragraf ada tulisan sebelumnya tidak sesuai urutan)

Oleh : Ratih Janis

[gravityform id=”40″ title=”true” description=”false”]