Home Lomba Blog KTF 2017 Keistimewaan Gravitasi Bumi di Selondo, Ngawi

Keistimewaan Gravitasi Bumi di Selondo, Ngawi

oleh

Selo Ondo atau lebih dikenal Selondo, nama sebuah tempat wisata di Desa Ngrayudan, Jogorogo, Ngawi yang baru saya dengar beberapa tahun belakangan ini melalui dunia maya. Gravitasi bumi membuat tempat ini mulai terkenal sampai wisatawan asing pun turut berkunjung ke Selondo. Setiap tahun sejak 2016 di sana diadakan Festival Gravitasi Bumi yang merupakan rangkaian seni kejadian berdampak yang bertujuan menguatkan nilai-nilai lokal di wilayah ini. Sebuah kegiatan positif yang diprakarsai oleh warga setempat sebagai bentuk kepedulian terhadap alam dan budaya.

Hari itu saya beruntung dapat hadir dalam hari terakhir Festival Gravitasi Bumi yang dihadiri oleh ribuan orang. Sebenarnya saya sempat was-was karena akan membawa anak-anak ke tempat wisata yang terbilang baru ini. Bukannya saya bermaksud meremehkan tempat wisata lokal di negeri sendiri. Namun berdasarkan pengalaman saya pergi ke tempat-tempat wisata lokal terutama wisata alam memberikan kesan yang kurang baik. Umumnya tempat wisata yang mayoritas dikujungi oleh wisatawan lokal sangat tidak terjaga kebersihannya dan memiliki fasilitas seadanya yang jauh dari kondisi layak pakai.

Tapi ternyata hal itu tidak terjadi saat saya berkunjung ke Selondo. Fasilitas kolam renang yang bersih, warung makan yang berderet rapih, MCK sederhana pun tersedia dan cukup terawat walaupun suasana sedang ramai. Soal sampah, saya memang masih menemukan sampah tapi dengan jumlah wajar yang tidak menganggu kenyamanan selama saya dan keluarga berada di sana. Maklumlah hari itu festival membuat pengunjung yang datang jauh lebih ramai dari hari-hari biasanya. Banyak tempat sampah disediakan di sana dan berulang kali terdengar pengumuman agar para pengunjung menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya. Para pasukan semut yang terdiri dari anak-anak usia sekolah pun siaga mengingatkan pengunjung untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Hal ini mengingatkan saya akan pengalaman saat pergi ke tempat wisata Curug Bajing di Petungkriyono, Pekalongan. Seperti halnya Selondo, tempat itu juga dikelola dengan baik secara swadaya oleh masyarakatnya mulai dari masalah parkir sampai kebersihan. Memang kesadaran pengunjung perlu terus dibangun karena banyak dari pengunjung baik berasal dari masyarakat lokal ataupun bukan, kurang memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan tempat wisata. Perlu kita ingat bersama bahwa alam bukanlah sebuah tempat sampah besar, alam perlu terus dijaga agar tetap dapat dinikmati keindahannya. Semisal tidak menemukan tempat sampah yang dekat kita bisa membawa sampah tersebut sampai menemukan tempat sampah.

Saya menghabiskan waktu beberapa jam bersama keluarga untuk menikmati alam Selondo. Matahari bersinar cerah namun tak terasa panas karena bayang-bayang pohon besar meneduhkan ditambah hembusan angin sejuk yang membuat suasana semakin nyaman. Ternyata pengunjung juga bisa berkemah di tempat ini, terlihat beberapa tenda yang berdiri di area perkemahan. Anak-anak saya sempat bermain air namun tidak di sungai melainkan di semacam selokan yang tentunya dialiri air bersih. Sungai hari itu sangat ramai dipadati mereka yang menjadi peserta lomba menumpuk batu. Berulang kali terlihat banyak orang melakukan swafoto di area jembatan kuning yang ada di atas sungai dan spot foto tulisan SELOONDO di bagian depan tempat wisata.

Hari itu banyak sekali pertunjukan seni yang ditampilkan oleh seniman-seniman ternama. Semua pertunjukan itu dilakukan di panggung yang terbuka dan menyatu dengan alam. Akhirnya setelah sekian lama saya bisa menyaksikan lagi Tari Bondan secara langsung. Alunan musik dari para musisi ternama lokal sampai ibukota meneduhkan hati pendengarnya dan menyemarakkan suasana tempat ini. Hal yang seru ada arak-arakan seratus tumpeng dan dilanjutkan dengan bancakan bersama semua pengunjung. Istimewanya mereka yang hadir dalam festival ini dapat menikmati makan nasi dengan aneka lauk bersama-sama. Hari itu saya dan keluarga belajar lagi untuk menghargai alam. Ternyata tak perlu susah-susah, hanya diawali dengan menjaga kebersihan seperti yang telah dicontohkan oleh masyarakat lokal melalui budaya yang terwujud dalam Festival Gravitasi Bumi yang inspiratif.

Oleh : Ratih Janis

[gravityform id=”40″ title=”true” description=”false”]