Berpetualang menyusuri Indonesia merupakan kegiatan yang lagi happening saat ini, mengeksplore keindahan alam mulai menjadi hobby masyarakat Indonesia. Saat itu saya mendapat kesempatan untuk berlibur di Nusa Tenggara Timur yaitu Labuan Bajo. Mulai mencari – cari informasi mengenai Labuan Bajo agar saat tiba disana dapat mengerti sedikit keadaan di Labuan Bajo. Saya berlibur selama 4 hari 3 malam. Labuan Bajo merupakan kota yang kecil untuk daratannya namun lautnya sangat luas. Saya berangkat naik pesawat dari SUB dan transit di DPS kemudian lanjut ke LBJ.
Setiba disana sangat senang sekali bandara sudah mulai modern dan dekat sekali dengan rumah warga, langsung dijemput oleh travel menuju pelabuhan, baru pertama kali juga naik kapal dan Puji Tuhan kapal yang saya naiki kapal besar jadi saya dan rombongan yang lain bermalam di dalam kapal selama 2 hari.
Pengalaman pertama yang luar biasa melihat pemandangan yang sungguh indah sampai saat ini saya tidak percaya pernah berada di tempat yang sungguh luar biasa.
Di Labuan Bajo terdapat 20 Pulau dan masih 5 Pulau saya yang berpenghuni dan yang sangat terkenal adalah Pulau Komodo. Perjalanan pertama setiba di pelabuhan saya tidak sempat kemana – mana karena hari sudah larut malam sehingga kami berdiam di Pulau Gili Lawa untuk bermalam, keesokkan harinya saya tracking di atas Pulau Gili Lawa cukup curam untuk naik ke atas tetapi rasa capek terbalas dengan pemadangan matahari terbit dan lautan yang luas ingin rasanya tak ingin pulang dan berkemah disana, sedikit info di Pulai Gili Lawa ini tidak ada seorang pun yang tinggal disana.
Selesai tracking saya dan rombongan kembali turun dan melanjutkan breakfast dan berlanjut di Pulau Manta, nah ini kegiatan snorkeling pertama dimulai, sedikit curcol saya tidak bisa berenang dan saya akan merasa rugi jika tidak ikut snorkeling karena tujuan liburan ke Labuan Bajo adalah untuk melihat – lihat keindahan bawah air yang masih jernih dan tidak tereksploitasi, saya meyakinkan diri bahwa saya bisa memakai semua peralatan mulai dari kacamata, pelampung, hingga fish, menggunakan kapal kecil untuk turun ditengah – tengah dengan ketinggihan 60 m, berdoa dan meyakinkan diri kunci utama untuk dapat berani. Saya akhirnya turun dan byuuuurrrrrr.. tetap masih tidak yakin namun saya dapat mengambang.. hingga akhirnya saya diturunkan di tengah laut dan yang lainnya menggunakan kapal untuk menuju ke Pasir Putih untuk beristirahat.
Setelah bermain – main saatnya kami kembali ke kapal dan berlabuh ke tempat selanjutnya yaitu Pulau Kalong, di Pulau Kalong ini banyak sekali kekelawar yang tinggal di pulau ini kami tidak turun untuk snorkeling kami hanya bermalam di Pulau tersebut. Keesokkan harinya mulailah kami berlabuh kembali dan destinasi selanjutnya ke Pink Beach. Why disebuh Pink Beach? Karena warna pasir yang berada diperbatasan pasir dengan air berwana putih dan pink sehingga nampak dari kejauhan berwarna pink. Suasana di Pink Beach cukup ramai banyak wisatawan asing berpesta dan berjemur di pink beach. Di Pink Beach kami dapat tracking untuk melihat dari atas keindahan pantai, untuk kali ini tracking yang dilalui tidak curam, saat turun dari Pink Beach jika kita menengok ke kiri maka akan melihat pulau kosong lagi karena dibalik pulau masih ada pulau lagi dan itu semua pulau tanpa nama dan tidak berpenghuni.
Hari sudah siang saatnya kami kembali kekapal untuk melanjutkan perjalanan kembali sore harinya saya mengunjungi Pulau Padar ini pulau cukup terkenal dengan keindanhan 1 pulau 3 pantai sungguh luar biasa ciptaan Tuhan ini saya berulang kali kagum dan mengucap syukur. Woow its amazing!! Tracking di Pulau Padar ini cukup curam sekali dan banyak pasir – pasir yang kami lalui sehingga kami sering terpeleset, “memang terkadang untuk mendapatkan sesuatu yang indah harus melewati rintangan yang berat”. Hingga akhirnya sampailah kami di puncak Pulau Padar, seringkali kami medokumentasikan dan bernarsis ria, namun salah satu dari rombongan kami masih ada yang harus sampai ditengah jalan karena mengalami cidera dan tidak dapat melanjutkan. Perjalanan turun pun kami harus hati – hati agar tidak terpeleset jauh. “ Jika anda ke Pulau Padar jangan sekali – kalinya anda tidak naik sampai puncak karena anda akan menyesal kemudian”.
Setiba di kapal kami pun beristirahat, membersihkan diri, makan malam dan melanjutkan perjalanan semalam tidak berhenti kami terus berlayar hingga keesokan harinya kami tiba di Pulau Komodo, ini merupakan destinasi yang sangat khas di Labuan Bajo yang sebenarnya masih banyak wisata lainnya yang tidak kalah menarik. Untuk masuk ke Pulau Komodo ini wisatawan lokal dikenakan tarif Rp. 12.500 sedangkan wisatawan asing Rp. 150.000 kami berkeliling untuk melihat Komodo ada sedikit info jika seorang wanita sedang datang bulan tidak diperkenankan untuk masuk ke area Komodo karena dari jarak 1 meter pun Komodo sudah akan mengincar karena Komodo sangat sensitif dan memiliki insting yang kuat terhadap darah. Taman Nasional Komodo terdapat hampir 2000 komodo dan binatang lainnya seperti kerbau, monyet, ular sebagai makanan komodo. Setiap bulan Juni – Juli merupakan masa bagi Komodo untuk bertelur komodo Jantan berebut komodo betina, karena jumlah komodo jantan lebih banyak komodo betina pada musim ini benar – benar seperti ratu. Siapa yang menang akan berhasil menikahi komodo betina.
8 bulan betina akan mengandung dan akan melahirkan pada bulan Maret, telur yang dihasilkan 1 komodo 10 – 15 telur kemudian komodo betina akan membuat lubang – lubang untuk menyimpan telur tersebut dan akan menjaga selama 3 bulan setelah itu musim dingin komodo jantan dan betina naik ke atas bukit untuk berlindung setelah itu anak komodo akan ditinggalkan dan hidup mandiri dari kecil. Namun selama proses bertumbuh tidak semua telur komodo berhasil bertahan hidup mulai dari telur karena cuaca alam juga menentukan hanya 35% yang dapat bertahan hidup.
Setelah berkeliling kami kembali ke kapal dan melanjutkan perjalanan hingga sampai di Pelabuan Bajo. Akhirnya kami sampai di daratan, suasana kapal, goyangan kapal masih saja terasa di kepala sampai tidur pun masih terngiang di atas kapal, kami segera ke Hotel untuk meletakan semua barang dan kami mencoba makan malam didekat pelabuhan banyak sekali pedagang penjual ikan bakar, Suasana kota Labuan Bajo hampir seperti suasana Bali dan Gili Trawangan wisatawan asing lebih banyak dibandingkan wisatawan lokalnya, tak lupa kami membeli oleh – oleh khas dari Labuan Bajo yaitu mutiara. Tepat hari keempat kami kembali, sungguh sangat sedih meninggalkan Labuan Bajo masih ingin berdiam lebih lama lagi untuk mengeksplore keindahan lainnya.