Home Lomba Blog KTF 2015 Labengki, Pulau Sepi Namun Menginspirasi

Labengki, Pulau Sepi Namun Menginspirasi

oleh

Setelah sekian lama direncanakan kami memutuskan untuk pergi ke pulau seberang. Penasaran dan membuktikan kekagumman banyak orang di media sosial tentang pulau Labengki. Labengki merupakan pulau yang berada di provinsi Sulawesi Tenggara, kabupaten Konawe Utara. Jam 7 pagi di sabtu seru kami berkumpul di base camp biasa. Bernegosiasi dengan nelayan yang kami sewa kapalnya dan berakhir diangka 375 ribu. Selain bernegosiasi, kami sibuk menyediakan logistik, memasak mie andalan Indonesia serta kebutuhan perut lainnya. Dari media sosial ada postingan yang menyarankan membawa persediaan logistik yang cukup. Mengingat letaknya yang jauh dari daratan, harga barang pun mengikuti yaitu jauh dari harga normal. Tepat jam 9 kami berangkat, ada 5 orang di kapal bermesin kecil. Saya, 3 sahabat, dan nahkoda kapal. Banyak sekali bicaranya celetuk seorang sahabat kepada saya. Sebenarnya itu adalah cara mengurangi ketakutan naik kapal. But, life must go on, it’s time to happy, happy and happy. Di atas kapal banyak berdoa dan banyak tertawa itu resep menghilangkan perasaan takut. Menertawakan kejadian-kejadian yang pernah kami lalui bersama. Kami mengenal satu sama lain sejak September 2014, kami bertemu dalam sebuah proyek kerja di kabupaten Konawe Utara. Dan taraaaaa kami sampai setelah menempuh perjalanan selama 2 jam. Perjalanan ini membawa saya pada teori Christoper Colombus yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. Pulau yang terlihat dari rumah hanya ada satu pulau, yaitu Labengki namun ketika berada di sana ada lebih dari 3 pulau yang saling berdekatan. Anak-anak pesisir pantai mulai menyapa kami, halo kakak halo kakak bersahut-sahutan seperti artis dipanggil para fans. Mereka sedang asyik bermain di pinggir dermaga. Benar saja airnya jernih dan pasirnya putih bersih.

Latar belakang tumbuh kembang mereka adalah alam, daerah pesisir pantai. Sangat menyenangkan dan begitu tulus persahabatan mereka. Anak-anak itu seperti menyindir kami, bahwa persahabatan bukan sekedar berapa sering berkomunikasi lewat gadget namun berapa banyak waktu yang dihabiskan bersama dengan sahabat tercinta. Setiap kali berkumpul kami masih saja sibuk dengan gadget masing-masing. Hamparan pasir putih di sisi lain memaksa kapal kami berhenti, melewati anak-anak ceria itu. Pulau Labengki termasuk dalam no signal area, karena letaknya di tengah laut serta penduduknya terhitung sedikit dalam rasio keuntungan provider seluler. Handphone akhirnya disibukkan dengan mengambil potret diri dan landscape sekitar. Puas dengan berselfie ria kami lapar dan kemudian menyiapkan makan siang dan perlengkapannya. Selesai makan mari bermain, lupakan kerjaan dan lepaskan mantan. Sekitar jam 13.00 kami berpindah untuk menelusuri sekeliling pulau Labengki dan memutuskan menuju tempat pertama yaitu berenang bersama anak-anak. Kali ini mereka meminta kami untuk mengambil gambar mereka. Dengan sigap kamera on and action mengambil potret keceriaan di tengah panasnya siang itu.

 

Lompat, menyelam lalu berenang sungguh membuat jiwa dan raga kami terisi dengan semangat baru. Mulai lelah dan hari akan menuju sore. Kami memutuskan pulang dan memberikan satu bungkusan permen aneka rasa untuk mereka. Menandai betapa manisnya kenangan di pulau Labengki. Perjalanan ini seru, kami berempat namun makna liburan ini berarti untuk banyak orang. Belajar dari anak-anak yang bermain bebas di alam tanpa takut kehabisan baterai gadget atau sinyal yang unavailable. Keceriaan selalu mengikuti selama kita mampu bersyukur. Bersyukurlah dapat berkumpul dengan sahabat-sahabat terbaik tanpa harus repot dengan gadget. Sebagian orang merasa sedih karena tidak memiliki siapa-siapa di dunia ini. Selepas perjalanan ini saya sedikit demi sedikit mengurangi bermain handphone ketika sedang berkumpul dengan siapa saja. Hargailah orang lain yang menyisipkan waktunya untuk kita dan fokus dengan orang yang ada di hadapan. Dan kapal kami berhenti di tepi pantai rumah kami, selamat berpisah dengan laut dan semoga persahabatan kami tidak akan terpisah.

 

Penulis

Rina Ayu Panca Rini

Twitter: @rinaayupanca