Satu-satunya orangtua suami saya yang masih hidup adalah ayahandanya. Beliau tinggal di Medan. Saya dan anak saya belum pernah mengunjungi Medan.
Nach, apa salahnya jika kami sekeluarga mengunjungi ayah mertua sambil berlibur. Anak saya mengusulkan untuk berlibur akhir tahun saja. Saya menyetujuinya. Lalu, saya coba mencari informasi mengenai paket liburan ke Danau Toba. Tawaran dari berbagai travel biro sangat membingungkan bagi saya untuk mempelajarinya. Mulai dari segi harga, sampai dari segi service/pelayanan serta jadwal perjalanan. Belum ada Kompas Travel Fair yang memudahkan pencarian akomodasi, travel biro, paket wisata.
Akhirnya, dengan bantuan seorang saudara yang berada di Medan, saya berhasil “booking” liburan ke Medan selama 2 hari 3 malam, serta ditambah 2 malam di Medan.
Waktu berangkat pun tiba. Pagi-pagi kami telah siap untuk ke bandara. Tiba di Bandara Polonia, kami berpikir bandara itu besar, tetapi ternyata tidak. Bahkan kami mengganggap seperti pasar. Kecil dan tidak teratur dan penuh dengan orang-orang yang berlalu lalang dan berjubel di tempat penjemputan.
Wah, rasa kecewa ini ternyata dapat terobati ketika kami berjumpa dengan “guide” yang telah stand-by. Bapak, ibu, adik (anak saya), “selamat datang di Medan”, ayo kita mulai wisata kita . Lalu kami diantar ke mobilnya.
Guide ini sangat membuat kami takjub. Bercerita panjang lebar sepanjang perjalanan tanpa lelah, apa yang diketahuinya tentang suatu tempat yang dilalui. Enaknya lagi dia juga tahu tempat roti yang laris di Parapat, kami diajak untuk turun , mencicipi dan beli untuk dibawa.
Sepanjang perjalanan mulai dari Parapat menuju Danau Toba, jalannya berkelok-kelok. Empat jam perjalanan dari Medan, kelihatanlah suatu danau yang sangat besar. Itulah danau Toba. Kami mulai merasakan dinginnya udara, menusuk ketulang tulang kami. Tetapi mata kami terus memandang indahnya danau itu. Supir sangat handal mengendarai sempitnya jalan. Kami kagum supir sangat handal menyetirnya, licin karena hujan lebat, sempitnya jalanan bukan halangan. Kami segera menuju ke hotel Niagara.
Hotel Niagara terletak di perbukitan dan harus melewati jalan yang cukup sempit untuk menuju ke hotel ini. Tetapi ketika sudah sampai di lokasi hotel, terlihatlah betapa luasnya lapangan parkir, indahnya sekeliling hotel Niagara yang dipenuhi dengan tempat-tempat rekreasi untuk anak-anak, kebun berwarna kehijauan dan dari kejauhan sangat menyenangkan untuk dilihat.
Dari Lobby Hotel pun kita bisa melihat bagaimana indahnya kota Parapat dan danaunya. Terlebih ketika kami mendapat kamar di lantai tiga, begitu kami membuka jendala kamar Hotel mempunyai pemandangan luar biasa indahnya, tempat renang, nun jauh kelihatanlah danau yang sangat tenang, di kiri kanan, kebun yang sangat luas terhampar kehijauan. Sungguh pemandangan keindahannya menakjubkan dan menimbulkan decak kekaguman.
Besok harinya guide kami yang sangat fasih dalam 3 bahasa, batak, mandarin, Indonesia menjemput kami untuk menyeberangi danau Toba . Wah , tambah seru lagi, guide kami bernyanyi lagu “Sing-sing-so”, lagu batak. Bukan hanya dia sendiri, diajaknya anak-anak yang mencari uang di atas boat bernyanyi sambil menari. Seru sekali!
Ferry boat membawa kami ke Tomok village, dan Ambarita. Di sinilah kami belajar sejarah tentang nenek moyang suku batak, pengembangannya, budayanya. Beberapa makam raja suku Batak juga kami kunjungi.
Kembali ke hotel Niagara. Kami beristirahat sebentar. Sore itu kembali guide datang menjemput. Kami untuk melihat “Festival Toba 2011”. Panggung besar di depan kami. Tampak sekali semuanya telah ditata rapi. Setelah dibuka oleh Bupati setempat, acara pun mulai. Dari tari-tarian, dagelan, hingga nyanyian. Kami sangat menyukai dan menggagumi tarian batak untuk penyambutan tamu, penarinya sangat luwes, cantik dan anggun.
Hari terakhir, kami meninggalkan Toba, menuju Brastagi. Tempat yang sejuk, perkebunan dan pertanian tampak di sana-sini. Ketika kami sedang melihat suvenir yang dijual di lapak-lapak, salah seorang ibu mengenal guide kami. Ibu yang sangat kurus kering, dan wajahnya tampak tua. Guide kami dan sang ibu berbicara dalam logat batak yang fasih.
Setelah pertemuan mereka selesai, kami bertanya apa yang terjadi dengan ibu itu. Ibu itu terkena sakit kanker payudara stadium 4. Semua hartanya habis untuk berobat. Dia hanya bisa bertahan berjualan karena dibantu oleh saudara-saudara. Hanya dengan semangatnya untuk hidup, dia dimampukan untuk terus berjualan.
Wah, kami sangat terenyuh bertemu sesaat tapi telah melihat kehidupan pahit dan semangat hidup.
Melihat dari kejauhan jeram Sigura-Gura, sangat indah . Tapi kami tidak turun hingga ke bawah.
Akhirnya, kami tiba di Medan di hotel Asthon. Dan berakhirlah perjalanan ke Danau Toba yang sangat mempersona pemandangannya, penuh dengan kenangan budaya, kehidupan keras, petani , penjual serta tak lupa Guide yang sangat ramah, handal dan siap untuk menjelaskan.