Home Lomba Blog KTF 2017 Gemercik Air Curug Cibeureum

Gemercik Air Curug Cibeureum

oleh

Tepat hari Rabu, 17 Agustus 2016, aku bersama teman-teman kuliah memutuskan untuk refreshing lagi, ini yang ke sekian kalinya hehe.. Kali ini kami touring dengan motor dari Jakarta menuju kawasan Cibodas, Puncak. Kami ingin mengunjungi Curug Cibeureum tepatnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Cibodas.

Pukul 07.00 WIB kami on the way dari Jakarta, saat itu personil yang ikut hanya 10 orang dengan saling berbonceng 5 motor. Kami sengaja berangkat pagi, karena mengingat jalur puncak yang macet dan juga ini hari libur nasional (tepatnya HUT RI ke 71). Meskipun di beberapa tempat banyak yang melakukan upacara bendera, tak heran banyak juga yang liburan ke beberapa tempat wisata.

Apalagi warga ibukota, cukup banyak juga yang memanfaatkan liburan mereka untuk berkunjung ke Puncak. Entah apa yang membuat mereka tertarik dengan puncak, tapi yang jelas banyak sekali alasan yang mengharuskan mereka untuk sesekali mengunjungi puncak. Adapun salah satu alasannya untuk refreshing, sama seperti kami.

Benar saja, kami sudah sampai jalur masuk puncak, situasi jalan sudah mulai macet. Kali ini sedikit berbeda, banyak warga sekitar puncak melakukan parade di jalanan, dalam rangka HUT Kemerdekaan RI. Banyak mobil dan motor di hias seperti jaman penjajahan dulu, orang-orang pun memakai kostum seperti pejuang dan para pahlawan kemerdekaan. Banyak pula warga yang jalan kaki serta yang antusias menonton dipinggiran jalan.

Karena kami naik motor, beberapa dari kami terpencar, dan kami kembali bertemu di Rindu Alam, “pokoknya kalau sudah sampai Rindu alam atau Masjid At-Ta’awun, berarti kalian sudah benar-benar sampai puncak, hehe”. Pukul 11.30 WIB kami tiba di Cibodas. Kami parkir motor di depan warung-warung sekitar cibodas. Cukup siang juga kami sampai.

Kami memutuskan untuk makan siang dan sholat zuhur terlebih dahulu disini, sebelum nantinya menjajak ke curug. Beberapa dari kami ada yang bawa bekal sendiri, selebihnya makan disini. Ada indomie, nasi warteg, kopi, teh, dsb. Adapun di setiap warung menyediakan tempat duduk/lesehan untuk makan, toilet, dan tempat bermalam jika ada yang mau nanjak sampai puncak Gunung Gede Pangrango.

Suasana siang ini cukup terik, matahari siang menyapa kami dengan porosnya sempurna, serta udara puncak dengan kadar dinginnya yang khas, membuat rasa lelah selama beberapa jam naik motor hilang. Apalagi lengkap dibalut dengan makan siang yang sederhana, serta do’a yang dipanjatkan seusai sholat zuhur, serasa kami siap memulai petualangan kali ini.

Kami pun langsung menuju pintu masuk pendakian, terpampang nama Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Saat masuk ke dalam tersentak kami disuguhi oleh pemandangan hutan lebat, dengan jalan setapaknya yang di design dengan tumpukan batu besar untuk memudahkan para pengunjung saat mendaki.

Kami membeli tiket masuk terlebih dahulu. Setelah tiket berhasil kami dapatkan, mulailah kami nanjak. Sebelum itu juga berdo’a terlebih dahulu dan ingat tidak boleh berjalan dulu-duluan, tidak boleh melamun, tidak boleh bersuara yang aneh-aneh, dan kita harus tetap sama-sama, saling tunggu, juga istirahat saat beberapa dari kita mulai lelah “seru salah satu teman kami”.

“Sebelumnya aku pribadi sudah pernah mengunjungi tempat ini sekali, saat pendakian ke Gunung Gede 2 tahun lalu (sebelumnya pernah aku tulis di blog juga). Tapi saat itu jalur cibodas ini hanya menjadi jalur turun pendakianku saja, sedangkan jalur awal mendaki dari Gunung Putri.”

Tak terasa sudah beberapa menit kita mendaki, di sebelah kiri jalur pendakian terdapat sebuah Telaga Biru, posisi telaga yang tersorot sinar matahari yang membuat tegala itu berwarna biru. Saat ini air telaga biru sudah tidak jernih, mungkin kurang terawat.

Setengah jam berlalu kami mendaki, lelah sudah mulai terasa. Kami beristirahat di dekat pendopo, duduk di atas batang pohon besar yang membentuk seperti kursi yang bisa diduduki. Persediaan air minum kami pun sudah mulai menipis, betis ini juga sudah mulai pegal. Ayo kawan, perjalanan kita masih panjang ini baru separuh perjalanan saja, semangat ayo nanjak lagi “saut salah satu teman kami “ hihihi

“Jarak menuju curug cibeureum sekitar 2,6 KM, kata orang sana bisa ditempuh 1 jam mendaki, ini untuk yang sudah sering atau sudah pernah mendaki kesini. Tapi kalau yang baru sekali mencoba, bisa 1,5 sampai 2 jam pendakian yang harus di tempuh”.

Tak terasa pukul 14.00 kami sudah hampir sampai curug, suara gemercik airnya sudah terdengar melalui aliran-aliran sungai yang kami temui di tempat ini, disini adalah sebuah jembatan kayu yang cukup panjang, berlatar pemandangan Gunung Gede Pangrango. Kali ini kami berfoto-foto ria, mengabadikan moment kebersamaan kami. Sepintas melupakan rasa lelah selama 1 jam mendaki.

Ternyata dari jembatan ini kami masih harus menempuh waktu 30 menit untuk sampai Curug Cibeureum. Akhirnya, kita sampai juga di curug pukul 14.30 WIB. Setelah persediaan air kami habis, disana ternyata ada yang menjual air mineral, atau juga bisa mengambil air yang mengalir dari atas curug langsung kalau mau. He hehe

“Cibeureum berasal dari bahasa sunda, sama seperti tempat ini sudah masuk daerah Jawa Barat. Ini memiliki sebuah arti, “Ci” berarti Air dan “Beureum” berarti Merah. Jadi Cibeureum ini adalah Air Curug yang awalnya berwarna merah. Warna merah ini berasal dari dinding tebing curug yang ditumbuhi lumut merah. Jika terkena sinar matahati, warna air pun terlihat berubah menjadi merah. Begitulah kurang lebih asal muasal Curug Cibeureum.”

Setelah puas bermain air dan foto-foto bersama, kami pun memutuskan untuk turun pukul 15.00 WIB. Kali ini perjalanan turun cukup licin, sepertinya tadi sempat hujan namun tidak deras. Bebatuan yang menjadi jalur pendakian cukup rawan membuat kaki tersepelet. Aku sampai beberapa kali terpeleset, padahal sudah cukup hati-hati dan pelan-pelan. Semangat kawan, jangan sampai terjatuh seperti ku yah, hati-hati melangkah turunnya. Kita pun saling berpegangan tangan beriringan berdua-berdua, untuk jaga-jaga agar tidak ada yang terjatuh.

Tak terasa, pukul 16.00 WIB kami sudah sampai dibawah, pintu keluar yang sama dengan pintu masuk kami tadi. Kami beristirahat sejenak sambil makan cemilan yang  tersisa, yah kali ini yang tersisa hanya Chiki, kami juga lanjutkan dengan sholat ashar.

Setelah selesai kami jalan ke tempat parkiran motor, melihat-lihat beberapa cinderamata dan oleh-oleh khas puncak. Sehabis puas belanja oleh-oleh. Kami on the way turun puncak, kami kembali berkumpul di Masjid At-Taawun untuk sholat magrib dan makan malam bersama.

Pukul 06.30 kami on the way Jakarta, kabut yang cukup tebal, angin yang dingin dan langit yang sudah gelap menemani perjalanan pulang kami. Kelok jalan lumayan terjal yang dituntun dengan lampu jalan serta lampu kendaraan, membawa kami menyudahi petualangan hari ini. kami berpencar arah saat tiba di bogor. Alhamdulillah pukul 23.00 WIB kami sampai Jakarta dengan sehat tanpa kekurangan apapun.

Satu hari yang menyenangkan bersama kalian, kekompakan dan kebersamaan yang terbalut hari ini cukup mengesankan. Terima kasih buat kalian yang sudah join dalam petualangan kali ini.

Masih tetap bersama Pria Hebat “Safara,  Irfan, Riyo, Ruli”

Dan,

Wanita Tangguh “Desy (saya), Annisa, Rina, Siska, Wulan, dan Imah.”, walaupun dengan personil yang sedikit berbeda.

 

Sekali lagi terima kasih banyak, teruntuk kalian kawan yang sangat amat luar biasa. . .

Oleh : Desy Epriana

[gravityform id=”40″ title=”true” description=”false”]