Liburan dari kampus selama dua bulan jika tidak benar-benar dinikmati memang sangat membosankan. Untuk mengisi hari-hari dalam dua bulan yang tentunya membosankan ini, ada baiknya digunakan untuk jalan-jalan. Kebetulan teman-teman sekolah dulu juga pulang dari perantauan. Saya dan keempat teman-teman saya berencana untuk pergi ke sebuah desa bernama Binangalom yang berada di Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Untuk mencapainya tidak ada angkutan khusus atau apapun. Jadi kami menggunakan kendaraan pribadi yaitu motor.
“Apa bagusnya tempat itu?.”
Sebuah pertanyaan yang membuat raut muka salah satu teman berubah. Dia menjelaskan panjang lebar bahwa tempat itu adalah tempat paling bagus dari bagian Danau Toba. Bagian yang belum terjamah dan bagian yang masyarakatnya masih terikat kuat pada budaya setempat.
Jika menggunakan motor, maka kami akan mencapai tempat itu dalam waktu 30 menit. Jalan menuju kesana bukanlah jalan aspal tetapi jalan yang penuh dengan bebatuan. Seorang pengendara motor harus melaju dengan hati-hati agar tidak terjatuh.
Sialnya, belum tercapai setengah perjalanan motor salah satu teman sudah kehabisan bensin. Tentunya teman yang satu ini akan diomelin teman yang lain karena mengganggu perjalanan. Kami bingung harus mencari bensin kemana. Kamipun berhenti sejenak untuk memikirkan apa yang harus dilakukan. Dua orang ibu-ibu dengan menggunakan sarung dan pemungkus kepala dan seorang anak laki-laki yang masih kecil berjalan ke arah kami. Sepertinya mereka ingin pergi ke ladang. Mereka menyapa dan menanyakan kenapa kami berhenti di tengah jalan. Kami menceritakan apa yang terjadi. Salah satu ibu akhirnya memberitahukan lokasi penjualan bensin yang dekat dengan tempat kami berada.
Yah, akhirnya bensinnya kami dapatkan. Setelah mengucapkan terimakasih, ibu itu pergi dan melanjutkan perjalanannya. Kamipun segera melanjutkan perjalanan. Perjalanan yang memang melelahkan. Disepanjang jalan kadang ada rumah, terkadang ada jurang yang membuat saya ketakutan, kadang hanya ada persawahan yang luas.
Setelah beberapa lama, akhirnya kami sampai di Desa Binangalom. Disana ada beberapa rumah. Dari satu rumah ke rumah yang lain jaraknya cukup jauh. Sudah terlihat jelas darisana bagian Danau Toba yang dikelilingi oleh perbukitan. Indah.
Ternyata perjalanan itu tidak hanya sampai disitu. Kami harus membawa motor kami ke salah satu perbukitan sebelah kanan yang jalannya tidak kalah buruk. Pemandangan indah yang kami lihat di pinggiran desa ini katanya tidak lebih bagus dari pemandangan dari arah perbukitan di sebelah kanannya. Kami harus menempuh perjalanan kesana salama 10 menit. Bukan karena jauhnya, tetapi karena buruknya jalan. Kami sempat berencana untuk meninggalkan motor di pedesaan itu, tetapi niat itu kami urungkan karena takut nanti motor itu hilang.
Setibanya kami di perbukitan itu, wajah kami berbinar cerah. Suatu karya Tuhan karena masih ada pemandangan luar biasa dengan air yang jernih dari Danau Toba. Seperti yang diketahui bahwa perairan Danau Toba di jaman sekarang ini sudah jauh dari kata bersih. Masyarakat setempat masih mencemari danau yang dititipkan oleh Yang Maha Kuasa. Mereka membuang sampah disana, bagaikan Danau Toba adalah tempat sampah. Bahkan rumah sakit setempat menjadikan Danau Toba tempat pembuangan limbah. Bersyukur karena masih ada bagian Danau Toba yang airnya jernih, pemandangannya memukau dan sungguh manis jika dijadikan ajang untuk berfoto.
Disana ada bebatuan besar yang dipenuhi lumut hijau. Airnya dingin dan menusuk ke kulit. Darisana terlihat kapal-kapal kecil melintas. Mereka berteriak seraya menggoda kami. Mungkin karena kami semua adalah perempuan. Jadi sangat cocok untuk digoda. Dengan keangkuhan kami berusaha untuk tidak meladeni. Meskipun ada seorang teman yang membalas teriakan mereka dan kami hanya tertawa.
Kami berjalan ketepi seberangnya. Katanya disana ada rumput bagaikan bunga yang cantik. Kami melewati batu besar yang bertengger disisi Danau Toba. Betul, disana ada rumput-rumput yang cantik dan warnanya kekuning-kuningan. Semuanya berebut untuk berfoto dengan gaya masing-masing. Setiap orang berlomba untuk mendapatkan angel terbaik.
Wah, ditepi Danau Toba ternyata banyak masyarakat setempat yang memancing. Mereka memancing tidak menggunakan jaring melainkan dengan menggunakan alat pancingan sederhana. Seorang bapak duduk diatas salah satu batu besar dengan peralatan pancingnya. Dia tersenyum kearah kami dengan ramah.
Ribuan foto berhasil kami hasilkan. Diantara foto-foto itu ada foto pemandangan, foto sendiri, dan bahkan foto bapak yang asyik memancing. Belum puas kami berfoto, rintik-rintik hujan terasa dikulit. Awan terlihat mendung. Bapak yang memancing tadi menyuruh kami untuk segera pulang karena jika hujan deras air Danau Toba akan meluap ke daratan. Kamipun mematuhi ucapannya. Kami segera beranjak dan melaju dengan kecepatan sedang dan penuh hati-hati.
Perjalanan singkat yang menyimpan sejuta arti. Suatu perjalanan yang penuh dengan ilmu pengetahuan baru. Ternyata masih ada sisi lain Danau Toba yang masih asri dan tentunya harus tetap dilestarikan. Tempat yang menjadi mata pencarian masyarakat setempat tetapi masih tetap dilestarikan. Keindahan ini seharusnya bisa dibandingkan dengan sisi Danau Toba yang sudah tercemar. Hal ini menjadi perjalanan memukau dengan pelajaran berharga. Menikmati liburan wisata alam yang indah tidak harus mahal dan jauh. Tempat terdekat jauh lebih nikmat karena dengan budget murah bisa mencapai kepuasan tersendiri.