Honeymoon tentu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh pasangan yang baru menikah. Apalagi jika sama-sama bekerja, agenda liburan ini juga bisa menjadi kesempatan menyegarkan pikiran sejenak. Begitu juga dengank kami, setelah merasakan euforia resepsi pernikahan, kini saatnya mencicipi sejuknya pantai di Gili Trawangan.
Kenapa harus destinasi ini? Yang pasti saya dan suami belum pernah berlibur ke sana. Selain itu, nuansa yang tenang, private dan udara khas pantai di Timur dinilai cocok untuk agenda honeymoon kami.
Hari keberangkatan pun tiba. Hanya dengan berbekal satu koper dan tas tangan kecil, kami pun memulai perjalanan yang menyenangkan ini. Sengaja memilih transportasi udara untuk menyingkat waktu di perjalanan. Surabaya ke Lombok bisa ditempuh dengan 45 menit saja.
Pertama kali menginjakkan kaki di Lombok, kesannya adalah panas sekali. Maklum kami terbiasa tinggal di Malang yang udaranya dingin khas pegunungan. Meskipun bandaranya tergolong kecil, tapi selalu ada shuttle bus yang siap menjemput. Yang membuat terheran-heran adalah… bus bandara ini juga bisa dipakai ala-ala taksi. Dengan ramah pak supir bus menanyakan setiap tujuan penumpang. Bagi pengunjung pertama seperti kami, ternyata bisa mendapatkan advice gratis penginapan.
Bahkan, kami diantar langsung di depan penginapan yang ingin kami tuju. Sungguh, baru kali ini menemukan pelayanan shuttle bus yang sangat memuaskan seperti ini.
Kami memang berencana menginap di Lombok selama semalam, setelah itu baru melanjutkan perjalanan ke Gili Trawangan. Kebetulan hotel yang kami tempati memiliki fasilitas antar jemput menuju Pelabuhan Bangsal yang terletak di Lombok Utara. Tarifnya juga relatif sangat murah, hanya 65 ribu saja sudah termasuk tiket kapal menuju gili trawangan. Lama penyeberangan bisa memakan waktu 40 menit hingga 1 jam tergantung tinggi ombak dan cuaca.
Sesampainya di Gili Trawangan, kami tidak terburu-buru mencari penginapan. Kami lebih memilih berkeliling dahulu dengan berjalan kaki sambil mencari tempat menginap yang cocok. Tak butuh waktu lama, kami menemukan cottage yang kami inginkan dengan harga cukup fantastis murahnya, hanya 150 ribu per malam. Bangunan kamarnya benar-benar khas, dengan atap jerami namun tetap elegan. Yang membuat betah lagi tentu kamar mandinya yang begitu alami dengan dikelilingi tanaman hijau yang asri.
Setelah puas menikmati pemandangan dari kamar dan membongkar sedikit baju, kami memutuskan berjalan-jalan di pulau cantik ini. Yang pasti suasananya masih sangat asri dan bersih. Jarang sekali kami menemukan sampah berserakan di pantai. Bahkan tidak sedikit wisatawan yang snorkling di pinggir pantai karena airnya sangat jernih. Kalau ditanya di mana spot favorit untuk foto? Wah, dijamin hampir setiap sudut bisa dipakai foto-foto!
Jika lelah berjalan, ada banyak penyewaan sepeda single atau couple yang bisa digunakan dengan tarif 50 ribu saja. Nah, kebetulan saya tidak bisa naik sepeda, jadi lebih memilih menggunakan fasilitas cidomo dengan tarif 150 ribu untuk 1 kali mengelilingi pulau.
Pesona pulau Gili Trawangan ini juga makin menarik saat malam hari. Banyak sekali kafe dan beach resto yang tersedia sesuai selera. Yang paling menyenangkan tentu harga ikan laut yang cukup terjangkau dibandingkan di Jawa. Apalagi bagi penggemar ikan seperti saya, rasanya seperti berada di surga makanan.
Usai makan malam, tak lengkap rasanya jika tidak ikut menikmati suasana kafe pantai yang menyediakan live music diiringi deburan ombak. Jangan dikira harga makanan dan minuman di kafe seperti ini mahal lho. Ternyata cukup terjangkau dan tidak membuat kantong kempes kok.
Esok harinya, kami sudah berencana mengikuti snorkling yang dibandrol harga 120 ribu saja per orang. Murah sekali kan? Padahal rute wisata air ini bisa 6 sesi snorkling meliputi paket kunjungan ke Gili Air untuk istirahat dan makan siang. Mulai jam 9 pagi hingga 4 sore kami dimanjakan penuh dengan indahnya terumbu karang yang ukuran dan warnanya sangat mengagumkan.
Malam harinya kami habiskan dengan menonton film yang disiarkan oleh beach resto. Dengan hanya beralaskan bean bags dan pasir pantai, benar-benar membuat film ini menjadi lebih berkesan. Belum lagi debur ombak yang begitu akrab di telinga langsung membuat badan relaks setelah seharian snorkling.
Hari ketiga kami berada di Gili Trawangan lebih banyak dihabiskan untuk berkeliling dan mencoba pool side bar. Cuacanya yang cenderung panas membuat banyak wisatawan termasuk kami doyan beraktivitas di air. Salah satu spot cantik yang wajib dikunjungi adalah ayunan cinta yang terletak di salah satu hotel di Gili Trawangan. Ayunan ini dibangun mendekati bibir pantai, sehingga area kaki ayunan seakan mengambang di air laut.
Tiga hari berada di Gili Trawangan rasanya cukup singkat. Pagi hari esoknya kami menyeberang dengan kapal menuju pelabuhan Bangsal. Dari pelabuhan Bangsal, lalu menuju area senggigi kemudian berakhir di bandara Lombok.
Meski hanya tiga hari, tapi puas rasanya sudah mencicipi cantiknya Pulau Gili Trawangan. Jangan ditanya seberapa hitam kulit kami setelah berjam-jam berjemur, yang penting hati dan pikiran bahagia bukan?