Jalan-jalan di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Bali, bisa menjadi pilihan wisata di Pulau Dewata jika nanti pandemi telah usai. Pada saat musim panas, sebaiknya datang ke tahura ini sebelum pukul 10 pagi. Sebab, jika sudah tengah hari, sinar matahari terasa sangat sengit mematuki kulit. Jika menyusuri kawasan hutan bakau ini pada pagi hari antara pukul 6 hingga 9, suasananya akan lebih ringan.
Luas kawasan Tahura Ngurah Rai mencapai 1.375 hektar. Selain untuk mereduksi hantaman gelombang dari lautan, hutan bakau ini berfungsi sebagai laboratorium alam untuk penelitian dan lahan konservasi bagi beberapa jenis burung dan hewan langka. Biasanya, murid sekolah atau mahasiswa yang gemar melakukan penelitian di sini.
Tahura Ngurah Rai menjadi rumah bagi beberapa jenis satwa, seperti biawak dan burung bangau. Secara umum, menurut data yang dirilis Dinas Kehutanan, Tahura Ngurah Rai memiliki konfigurasi medan berupa daratan yang dipengaruhi pasang surut air laut dan kemiringan tanah ke arah timur, dengan ketinggian antara 0-3 meter di atas permukaan laut.
Potensi biotik yang terperam dalam tahura ini, antara lain jenis tumbuhan perepat (Sonneratia alba), benuang laki (Duabanga moluccana), mangrove hitam (Aegiceras corniiculatum), bakau kurap (Rhizophora mucronata), serta tumbuhan bawah semisal tuba laut (Derris heterophylla), bakau suci (Acanthus ilicifolius), dan api-api putih (Avicennia maria).
Adapun burung yang hidup dalam kawasan ini adalah burung jenis cikalang besar (Fregeta minor), angsa batu cokelat (Sula leucgaster), dara laut (Sterna hirundo), cekakak sungai (Halcyon chloris), perkutut (Geopelia striata), dan tekukur (Streptopelia chinensis). Ada juga penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan teripang (Echinodermata).
Untuk menikmati keindahan tahura ini, kita bisa berjalan kaki menyusuri titian yang terbuat dari kayu. Di kanan-kirinya, kita bisa melihat tanaman bakau yang tumbuh menjulang. Namun, kita perlu ekstra hati-hati sebab titian kayu ini ada sebagian yang sudah rusak atau lapuk.
Terdapat juga gardu pandang yang teduh untuk menikmati tahura ini dari ketinggian. Sayang, di bangku dan meja kayu yang sebenarnya mendukung kenyamanan gardu, sering terdapat coretan-coretan yang mengotori fasilitas umum ini. Tangan-tangan perusak itu juga sering mengotori papan informasi yang menyajikan data jenis-jenis satwa yang bersarang di hutan ini.
Sebagai kawasan ekowisata, Tahura Ngurah Rai belum terbebas dari sampah, khususnya plastik. Sampah-sampah ini dibawa gelombang pasang dari laut atau sungai yang kemudian menyangkut di akar-akar mangrove.
Setiap pengunjung yang ingin masuk dalam kawasan mangrove ini hanya perlu membayar retribusi sebesar Rp 10 ribu untuk orang dewasa dan Rp 5.000 untuk anak-anak. Saat sinar matahari memapar dari arah samping, pada pagi atau sore hari, hutan ini bagus sebagai latar belakang pemotretan pranikah. Tak heran calon pengantin dari dalam dan luar negeri banyak memilih lokasi ini untuk mempersiapkan hari bahagia mereka.