Home Lomba Blog KTF 2015 Serunya Liburan Ramai-ramai ke Tabuhan Island, Banyuwangi

Serunya Liburan Ramai-ramai ke Tabuhan Island, Banyuwangi

oleh

Tabuhan Island, Banyuwngi

Malam itu pukul delapan malam ketika handphoneku berbunyi. Telepon dari CC yang tiba-tiba mengajakku pergi ke Banyuwangi.

Entah apa yang terpikir di benakku waktu itu. Sedang kami juga ngga sedang jadi buronan kota hingga harus runaway ke Banyuwangi. Apalagi jarak versi google maps Malang-Banyuwangi tak kurang dari 270 KM. Hal apa yang mendorong kami buat malam-malam mendadak berangkat ke Banyuwangi belum bisa kujelaskan dengan masuk akal.

Setelah berbelanja snack untuk persiapan, mobil kami mulai melaju di jalanan berkelok-kelok menuju Lumajang. Meninggalkan sejenak rutinitas kota yang menjemukan.

Tujuan?

Sebenernya kami belum bener-bener tahu. Berdasarkan rekomendasi temen, goal land trip kali ini adalah Tabuhan Island. Sebuah pantai kecil tak berpenghuni di Selat Bali. Lalu darimana dan dengan apa kami menuju kesana? Kamipun nggak tahu. Yang penting nyampe dulu di tempat yang paling dekat dengan Selat Bali, selanjutnya bertanya pada local society.

Aku tertidur lelap dan baru benar-benar bisa melek ketika teman-temanku membuat kegaduhan bahwa mereka melihat air laut, mulai bertanya-tanya bagaimana teknis untuk sampai ke Tabuhan. Akupun menelepon Shodiqin, temenku yang asli Banyuwangi dan sudah pernah ke Tabuhan.

Bisa dari Pantai Bangsring atau Watudodol, Ujarnya waktu itu.

Disini semua adalah pantai, karena ketika kami membuka jendela mobil dan menoleh ke arah kiri, kami sudah bisa merasakan bau khas air laut dibawa angin. Tapi untungnya, pantai Watudodol bukan tanpa tanda apa-apa, kami langsung bersorak ketika melihat sebuah patung bertuliskan PANTAI WATUDODOL. Teryata harga kapalnya cukup mahal.

Malas menawar, kami putar haluan untuk mencari pantai Bangsring, pilihan kedua setelah Watudodol. Singkat cerita, karena kesalahan lokasi dari GPS ujungnya kita terdampar di sebuah pantai. Bukan pantai Bangsring, tapi pantai Bengkak.

Pantai ini ada di tengah pemukiman warga. Karena ketika warga Bengkak membuka pintu belakang rumahnya, mereka bisa melihat Selat Bali lengkap dengan kapal-kapalnya. Seperti punya pekarangan yang luas lengkap dengan kolam air yang super besar.

Ngga nyangka, ternyata kapal disini murahhh. Akhirnya, setelah semua perlengkapan sudah kami kantongi, kami siap membunuh rasa penasaran kami, rasa haus kami akan bau pasir pantai, kami berangkat menuju sebuah pulau kecil bernama Tabuhan.

Aku nggak pernah menyangka, di sebuah pagi, aku bisa sarapan air laut, ombak, angin semilir khas pantai, langit membiru lebay dan pemandangan seindah ini. Siapa yang tidak jatuh cinta? Pagi yang begitu menyenangkan. Aku nggak bosan memandang ke belakang kapal untuk menikmati perpaduan warna air laut dan hijaunya Merapi Banyuwangi. Dan berapa kalipun aku menoleh, sepertinya aku memang nggak akan bosan. Kami belum sampai di pantainya, kami masih di jalan, tapi rasanya… aku sudah terpuaskan. Capek dan lelah akibat perjalanan semalam sudah terlempar jauh dari atas kapal, dan karam di dasar lautan.

Tiga puluh menit berada diatas kapal nelayan diterpa ombak kanan kiri, pemandangan menakjubkan kini hadir di depan mata kami. Tempatnya memang tidak terlihat besar, tapi gradasi warnanya sungguh menakjubkan. Pasir putihnya mengapung indah ditengah laut biru, sebuah mercusuar di tengah pepohonan seolah mengucapkan selamat datang pada kapal kami yang semakin mendekat. Ahh, Banyuwangi. Lagi-lagi, aku dikejutkan oleh sebuah surga kecil di ujung Jawa itu.

Akhirnya, kaki kami menapaki pasir putih nan lembut itu. Tidak ada satupun manusia kecuali kami berempat, dan dua awak kapal. Tak cukup banyak kata yang dapat mewakili perasaanku waktu itu. Mungkin perlu mencari kosa kata baru untuk mengungkapkannya, perlu mencari bahasa baru untuk melukiskan keindahannya. Perlu mencari cara yang tidak biasa untuk mensyukurin nikmat alam yang sudah Allah ciptakan.

Setelah sedikit pemanasan, kami mulai memasang rompi dan perlengkapan snorkeling. Memang harus sedikit ke tengah untuk mendapat point view yang benar-benar ‘nendang’. Tak peduli berapa kali kebawa ombak, kami terus mencoba. Tak peduli berapa kali disengat ubur-ubur, toh kami tetap suka berenang diantaranya. Dan tak peduli berapa kali kacamata kami bocor dan mata perih kena air laut, toh kami tetap terus menyelam untuk memuaskan rasa haus kami akan kehidupan bawah laut.

Aku nggak menghitung berapa jam sudah kami bermain air, rasanya wajah sudah mulai panas. Kaki mulai agak-agak kaku kram. Kuambil jam tangan yang sengaja aku tinggal di tas dibawah sebuah pohon. Pukul 11 siang. Lalu kami beristirahat sejenak sebelum memulai tracking mengelilingi pulau.

Sepuluh duapuluh langkah, kami akhirnya bertemu dengan sisi laut yang menghadap ke pulau Menjangan dan pulau Bali, berdiri dengan kokoh layaknya benteng perang. Sepuluh dua puluh langkah lagi ke arah timut pantai, masalah klasik di alam Indonesia mulai kami temui. Bukan satu, bukan dua, tapi ratusan bahkan ribuan sampah berserakan sepanjang garis pantai. Ahh, kenapa di Pulau seindah ini masih ada kata sampah? Siapa yang tega?

 

Ah, kita.

“Saya bawa ke tengah ya, di tengah karangnya lebih bagus”

Bapak-bapak navigator kapal berkata demikian pada kami menuruti permintaan cc yang ingin snorkeling agak ke tengah laut.

Karena air di tengah laut cukup deras, kami harus selalu berpegangan pada tali yang terlilit di badan kapal. Tenggelam sih engga, tapi kebawa sampe ke Pulau Bali, mungkin aja. Hehe

Satu satu dari kami, kecuali Mbak Wiwil yang mabuk laut, segera keluar dari kapal dan mulai masuk ke air. Setelah kulilitkan tali di kaki, kupasang kacamataku yang tanpa snorkel karena memang dari awal aku nggak begitu suka pakai snorkel sewaan. Segera ku tenggelamkan separo wajahku ke balik permukaan laut. Dan WOW!!!

Warna warni karang di tempat ini sangat menakjubkan. Aku seperti sedang berada di dunia lain. Bukan di bumi. Bisa kulihat beberapa ikan berenang teratur melewati sebagian kakiku. Rumput laut bergoyang-goyang karena beberapa ikan kecil berkejaran didalam rimbunannya. Dan banyak bulu babi dari ukuran kecil sampai besar terlihat sedang bersembunyi dibawah karang

 

Kalau nggak akhirnya berasa sesak napas karena kehabisan oksigen, aku belum mau menyembulkan kepalaku keluar air. Walupun begitu, aku langsung menangkap sesuatu yang luar biasa indahnya dari tengah laut ini. Tabuhan terlihat seperti kapas mengapung disana.

Apa yang membuatku bisa melupakan tempat ini? Bermain di jernihnya air laut, terumbu karang yang berwarna-warni, langit membiru indah diatas sana, Merapi Banyuwangi yang berdiri dengan angkuhnya, dan pantai yang mengapung indah dibelakangku.

Dan yang lebih seru, di lepas pantai itu, tidak ada manusia lain selain kita. Dan setiap jengkal keindahan yang tertangkap mata saat itu, rasanya hanya jadi milik kita.

Tabuhan Island

kata untuk melukiskan keindahannya, belum aku temukan

Note:

Pernah di publish di blog: http://dunia-bermainku.blogspot.com/2015/07/tabuhan-island-masih-di-banyuwangi.html

Penulis

Isma Roisatun Nahdliyah

Twitter: @ismapenguinz

Artikel yang mungkin kamu suka