Pemerintah Provinsi Bali berencana akan membuka pariwisata pada Juli 2020. Namun saat dibuka kembali, tempat wisata di Bali hanya bisa dikunjungi oleh wisatawan lokal terlebih dahulu.
Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Bali Ida Ayu Indah Yustikarini menyampaikan hal tersebut dalam live streaming “Sosialisasi Kenormalan Baru Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif”, Minggu (21/6/2020).
“Rencana Bapak Gubernur, bulan Juli dibuka tapi untuk masyarakat lokal saja di Bali,” kata Ida. Bulan selanjutnya yakni Agustus, wisatawan nusantara (wisnus) mulai bisa mengunjungi Bali. Sementara itu pada September, wisatawan mancanegara (wisman) diharapkan sudah bisa berkunjung ke Bali.
Namun, Ida menekankan, hal ini masih berupa rencana. Pemprov Bali, sebut dia, masih terus melihat perkembangan kasus Covid-19 di Bali. “Kami harus melihat kurva pasien Covid-19 yang ada di Bali. Seandainya melandai, rencana berjalan seperti yang dicanangkan Gubernur, tapi kalau tidak, tentu saja rencana itu bisa berubah,” jelasnya.
Ia juga mengatakan, saat ini Bali sudah selesai menyusun standar operasional prosedural cleanliness, health, and safety (SOP CHS) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ia melaporkan, ada enam poin langkah strategis Pemprov Bali dalam menerapkan protokol CHS dari Kemenparekraf.
Salah satu langkah strategisnya yaitu mengikutsertakan pemerintah desa adat dalam penerapan CHS. Pemerintah desa adat dan pecalang, bertugas mengingatkan masyarakat sekitar ataupun wisatawan yang melanggar protokol kesehatan Covid-19.
“Tugasnya, pecalang itu mengingatkan masyarakat sekitar daerahnya untuk mengenakan masker, physical distancing. Kemudian kalau misalnya ada pengendara sepeda motor melintas di jalan tanpa mengenakan masker, mereka tidak akan segan untuk menyetop dan mengingatkan, serta memberikan masker gratis,” ungkapnya.
Bali kini tengah menunggu tanda tangan Gubernur untuk pengesahan protokol tersebut. Sikap Bali yang berhati-hati dalam membuka pariwisatanya, juga ditanggapi moderator acara sosialisasi, Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I Kemenparekraf Vinsensius Jemadu.
Ia menyebut, Bali merupakan ibu kota pariwisata Indonesia. Oleh karena itu, ia setuju bahwa pariwisata Bali tidak buru-buru memutuskan kapan membuka pariwisatanya.
“Bali betul-betul menjaga, jangan sampai image-nya rusak. Mengapa? Karena tourism is all about image. Ini yang dijaga oleh Bali dan memang Bali adalah magnet bagi wisnus ataupun wisman,” katanya. [*]
Artikel ini telah tayang di Kompas.com [Penulis: Nicholas Ryan Aditya, Editor: Ni Luh Made Pertiwi F]