Lebih dari dua bulan sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan di Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia. Sejak itu pula, sebagian besar masyarakat menunda traveling.
Berdasarkan riset yang dilakukan situs perjalanan daring, Pegipegi, sebanyak 67 persen orang Indonesia tertarik untuk bepergian pada era new normal, sementara 33 persen sisanya belum merencanakan bepergian. Riset ini dilakukan pada lebih dari 900 responden yang tersebar di seluruh Indonesia pada 8–12 Juni 2020.
“Kami memahami masyarakat sejauh ini telah berusaha semaksimal mungkin untuk tetap di rumah dan menunda bepergian demi keamanan dan kesehatan bersama. Pada masa transisi ini, kami melihat keinginan untuk bepergian mulai meningkat,” kata Chief Marketing Officer Pegipegi Serlina Wijaya, seperti termuat dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.
Setelah situasi new normal diberlakukan, sebanyak 73 persen orang berencana untuk bepergian dalam kurun waktu 2 bulan ke depan. Sebagian besar responden memilih bepergian karena keperluan keluarga (33 persen), disusul dengan traveling sebagai sarana refreshing (26 persen). Alasan lain yang disebutkan sebagai tujuan traveling adalah untuk urusan bisnis dan pendidikan.
Responden yang berencana traveling, sebanyak masing-masing 31 persen ingin bepergian bersama pasangan dan solo traveling, bersama keluarga besar (28 persen), dan bersama teman (9 persen).
Dalam riset tersebut, diketahui juga bahwa sebanyak 47 persen orang Indonesia menjadikan harga atau biaya sebagai faktor terpenting untuk mendukung rencana bepergian pada era new normal. Faktor kebersihan (29 persen) dan kemudahan untuk reschedule dan refund (18 persen) menjadi faktor penting lainnya.
Beberapa responden juga menyebutkan bahwa keamanan dan protokol terkait Covid-19 di area publik juga menjadi faktor penting bagi mereka. Ini bisa dimaknai bahwa masyarakat peduli dengan protokol kesehatan yang harus diperhatikan pada saat bepergian pada situasi new normal. Hal ini karena situasi ini bukan berarti mengendurkan proteksi diri terhadap kemungkinan terpapar atau memaparkan virus korona. [*]
Artikel ini telah tayang di Kompas.com [Editor: Ni Luh Made Pertiwi F.]