Marilah kita pergi nun jauh di utara dari Negara Wales. Mungkin negara ini kalah tenar dibanding sekutu lainnya dalam group British Isle, Inggris, Skotlandia, dan Irlandia. Tapi begitu mendengar nama Ryan Giggs (salah satu pemain bola terkenal yang bergabung di klub Manchester United sampai masa pensiun dan menjadi asisten pelatih) dan Catherine Zeta-Jones (artis Holywood yang terkenal dengan film, The Mask of Zorro, America’s Sweetheart dan The Terminal), aku yakin pembaca akan mangut-mangut seraya mengatakan O…. Dua tokoh ini merupakan warga asli yang berasal dari negara Wales. Lumayan untuk menyegarkan pikiran, bukan?
Llangollen merupakan kota yang terletak di sebelah utara Negara Wales (atau lebih dikenal dengan sebutan North Wales). Kota ini sebenarnya tidak termasuk dalam itinerary tour aku, melainkan pilihan opsional. Saat itu, aku tidak berniat membeli paket opsional ini karena kota itu terdengar asing dan tidak membuat aku berminat. Namun, apalah daya tatkala hampir semua peserta dalam bis setuju memilih menambahkan destinasi ke kota itu. Rachel, sang tour leader aku kebetulan berasal dari Wales (tepatnya di kota Swansea). Dia memberikan garansi setelah melihat Llangollen, rombongan akan diajak naik ke puncak bukit di utara Wales. Dengan berbekal kepasrahan disertai harapan jadilah aku ikut serta mengintip kota Llangollen.
Llangollen adalah sebuah kota kecil yang terasa tua dan dingin. Aku kesini pada akhir bulan Maret, dimana musim dingin masih menyisakan kebekuannya untukku. Ada yang menarik dari Wales. Mereka masih menjunjung tinggi bahasa asli Wales. Pada saat anak-anak di rumah, mereka menggunakan bahasa Wales untuk berkomunikasi. Sedangkan saat sekolah mereka menggunakan bahasa Inggris. Kebiasaan penggunaan bahasa ini berlangsung sampai sekarang. Di kota-kota Wales sangat mudah membedakan penduduk asli dengan pendatang. Penduduk asli jika bertemu di jalan dan bertegur sapa, mereka otomatis menggunakan bahasa Wales. Sebaliknya kalau mereka menggunakan bahasa Inggris kemungkinan besar salah satu dari kedua orang itu bukan penduduk asli Wales. Jangan heran kalau di setiap sudut kota di Negara Wales, banyak informasi yang menggunakan dua bahasa. Biasanya kalimat atas adalah Bahasa Wales, kalimat di bawahnya Bahasa Inggris. Aku sempat membeli kartu pos Llangollen yang berisi lirik lagu kebangsaan Wales berjudul Land of My Fathers atau Hen Wlad Fy Nhadau dalam Bahasa Wales. Kalau diucapkan terdengar seperti Bahasa Middle-earth dalam film The Lord of the Rings, bukan? Hehehe…. Mirip dengan apa yang terjadi di desa-desa di sini, bukan? Dimana para penduduknya masih menggunakan Bahasa Daerah untuk berkomunikasi. Hanya di sekolah penggunaan Bahasa Indonesia dilakukan.
Siang itu, hujan mengguyur dengan lebatnya. Saat itu aku merasa bahwa kunjungan kali ini bukan waktu yang tepat. Pilihan saat itu adalah nekad berhujan-hujanan atau berteduh. Aku putuskan berteduh di sebuah toko wol, sambil menunggu hujan reda. Puji Tuhan untuk segala kebaikanNya padaku. Tidak lama kemudian, hujan deras telah berhenti, bergegas aku berjalan menyusuri jalan menuju stasiun untuk melihat kereta uap tersebut. Stasiun ini terkenal dengan nama The Victorian Railway Station. Aku beruntung, pada saat aku sampai di ujung jembatan, kereta baru saja berangkat. Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku memotret kepergian kereta itu. Perhatikan asap putih yang keluar dari kepala kereta. Historical! Mengingatku akan masa yang telah lalu. Kereta uap, pelan namun terasa meyakinkan, seolah saksi produk tradisional. Di kota ini, kereta uap masih memakai batu bara sebagai bahan bakarnya.
Tut…tut…tut… terasa indah didengar, melemparkanku ke masa jauh sebelum ada internet. Sangat berbeda dengan masa sekarang dimana media massa sedang ramai memberitakan kereta cepat. Semuanya serba harus cepat cepat cepat dan terburu-buru. Aku merindukan rasa lambat, santai dan tenang untuk menyegarkan pikiran dan me-recharge kembali memory.
Setelah puas memotret stasiun, aku berjalan menuju ke ujung jalan dimana aku menemukan bunga Daffodil yang sedang mekar dalam sebuah pot. Serta bangunan The Royal dengan keunikan warna bangunannya. Hanya nampak warna hitam dan putih mendominasi. Bayangkan, udara dingin sekitar 5ºC dihiasi awan mendung kelabu menjadi latar dari bangunan hitam dan putih. Semakin menambah rasa dingin pada gambar tersebut.
Setelah waktu yang diberikan habis, aku berjalan kembali untuk berkumpul di bis. Oh iya di tengah jalan, aku masuk dalam sebuah toko buku charity (dimana hasil penjualan buku untuk kegiatan sosial). Toko buku ini menjual buku bekas namun masih bagus dan layak dibaca. Aku mengubek-ubek rak buku anak-anak dan menemukan buku In the Night Garden. In the Night Garden adalah salah satu cerita di stasiun Cbeebies (BBC Kids) yang menjadi favorit anakku saat masih bayi. Aku beruntung sekali karena harga buku tersebut hanya 1 £. Mungkin karena buku ini bekas dan untuk charity sehingga dijual murah.
Meski hanya sebentar namun Llangollen menyisakan pesan untukku bahwa semaju-majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jangan pernah melupakan budaya dari mana kita berasal karena budaya itulah identitas kita sebagai suatu bangsa. Sebuah pekerjaan rumah sendiri untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dan itu aku mulai dari diriku sendiri dan keluarga. Semoga berasal dari sebuah keluarga, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar bisa menular ke lingkungan sekitar.
Oleh : Maria Santi Mawanti
Silakan login/daftar akun kompas.id untuk dapat melakukan voting