Situasi dunia yang mulai normal memungkinkan kita untuk kembali menikmati indahnya berlibur. Kini pilihan berwisata juga kian inklusif dengan adanya wisata halal atau wisata ramah Muslim.
Konsep pariwisata ramah Muslim kian mendapat perhatian secara global. Gagasannya, produk pariwisata selaiknya mengakomodasi layanan tambahan (extended services) untuk memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim, yang dalam beberapa hal lebih spesifik.
Dengan gagasan tersebut, alih-alih menjadi eksklusif, pariwisata ramah Muslim justru memberi ruang yang lebih inklusif untuk konsumen. Berdasarkan data yang diolah dari Kementerian Pariwisata RI, konsep pengembangan pariwisata ramah Muslim ini mencakup beberapa indikator, antara lain layanan makanan dan minuman halal, fasilitas ibadah berkualitas (masjid atau mushala), toilet bersih dengan air memadai, dan bebas dari fobia Islam.
Selain itu, indikator yang juga dinilai penting adalah destinasi tersebut dapat memberi nilai manfaat sosial, memiliki program Ramadan, memberikan pengalaman unik bagi wisatawan Muslim, bebas dari aktivitas nonhalal, dan menyediakan area rekreasi dengan privasi.
Dalam suatu kesempatan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Uno mengatakan, wisata ramah Muslim bukan berarti islamisasi atraksi wisata, melainkan memberikan layanan tambahan yang terkait dengan fasilitas dan aksesibilitas untuk memenuhi pengalaman dan kebutuhan pariwisata ramah Muslim. Layanan tambahan tersebut mulai dari penyediaan makanan halal hingga layanan keuangan syariah.
Indonesia terbaik kedua di dunia
Dari sekian banyak destinasi wisata halal dunia, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki potensi wisata halal. Dengan besarnya potensi wisata halal di Tanah Air, tidak mengherankan jika Indonesia kembali menorehkan prestasinya di level internasional.
Dalam pemeringkatan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022 yang dikeluarkan Mastercard dan CrescentRating, destinasi wisata halal Indonesia berhasil meraih peringkat kedua dari 138 negara. Posisi ini naik dari 2021 yang berada di urutan keempat dunia.
Pada GMTI 2022, peringkat pertama tetap diraih oleh Malaysia dengan skor 74 poin. Lalu disusul Turki dan Arab Saudi bersama Indonesia menempati peringkat kedua dengan total poin yang sama, yaitu 70.
Penilaian GMTI 2022 ini memiliki empat indikator utama sebagai tolok ukur yang memungkinkan sebuah negara menjadi destinasi menarik lebih banyak wisatawan Muslim. Indikator tersebut adalah kemudahan akses ke tempat tujuan, komunikasi, lingkungan, dan layanan yang disediakan di destinasi.
Kemudahan akses dalam hal ini meliputi persyaratan visa, konektivitas udara, dan akses darat ke tujuan. Infrastruktur transportasi dalam hal kualitas jalan, kereta api, dan layanan transportasi udara juga menjadi metrik penting dalam menentukan kemudahan akses di destinasi wisata.
Penilaian dari sisi komunikasi meliputi kemampuan bahasa di tempat tujuan. Sedangkan dari segi lingkungan, akan dinilai apakah wisatawan Muslim memiliki tempat yang aman untuk menikmati masa inap mereka.
Adapun pelayanan kepada wisatawan Muslim adalah kriteria paling penting. Pelayanan dalam hal ini meliputi fasilitas yang harus memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim, termasuk makanan halal, tempat shalat, dan fasilitas Muslim lainnya.
Nah, sebelum melangkah jauh ke luar negeri, tidak ada salahnya Anda menyusuri lima destinasi wisata halal terbaik versi Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) pada 2019, yaitu Lombok, Aceh, Riau dan Kepulauan Riau, Jakarta, serta Sumatera Barat. Tunggu apa lagi? Segera agendakan liburan bersama keluarga. [AYA]