Kenapa disebut Liburan Nekat? Karena saya dan Bidari teman kuliah saya, sama-sama belum pernah menyambangi Thailand. Kami hanya pergi berdua, berbekal info dan tips liburan ke Thailand dari berbagai blog, kami tak hanya mengunjungi Bangkok tapi mampir juga ke Krabi.
Berawal dari tawaran promo tiket pesawat low cost carrier menggiurkan dari seorang teman, akhirnya kami memutuskan untuk liburan demi melepas penat ke Thailand. Harga tiketnya cukup fantastis, yaitu Rp 625.000 saja untuk perjalanan pulang-pergi (belum termasuk bagasi). Karena khawatir berlebihan, akhirnya kami mencari segala informasi yang dibutuhkan selama di Thailand. Poin utama yang tak boleh ketinggalan adalah daftar alamat lengkap semua tujuan wisata dalam huruf Thailand. Karena mayoritas warga Thailand tak bisa Bahasa Inggris, jadi metode ini sangat ampuh untuk menghindari yang namanya kesasar.
Semua persiapan siap, tibalah hari keberangkatan. Hari pertama kami tiba di Bangkok malam hari di bandara Don Mueang. Karena hari sudah gelap, kami memutuskan naik taksi untuk sampai ke Nasa Vegas Hotel. Tak perlu tergiur taksi liar, ikut saja antrian taksi khusus bandara. Walaupun antrian tampak mengular, tapi para petugas sangat sigap membagi antrian jadi beberapa barisan. Tak sampai tiga puluh menit, kami pun langsung dapat taksi. Setelah menunjukkan alamat hotel pada supir taksi, kami pun masuk.
Di tengah perjalanan, supir taksi bertanya apa kami bisa bicara bahasa Thailand. Sontak kami menjawab “No!” Entah kenapa supir taksi ini terus saja bicara dengan bahasa Thailand. Curiga dia menanyakan arah jalan, akhirnya saya perlihatkan lagi tulisan alamat hotel. Dia pun mengangguk-angguk seolah mengerti sedangkan kami hanya bisa saling berpandangan sambil berdoa dalam hati semoga selamat sampai tujuan. Rasanya tidak lucu kalau kami hilang di negeri orang diculik supir taksi. Ya, itu khayalan ketakutan berlebihan saya.
Setelah hampir empat puluh lima menit perjalanan, akhirnya kami sampai di Nasa Vegas Hotel. Setelah check-in, kami beristirahat sambil merapikan barang-barang di koper. Kamar Junior Suite yang kami pesan cukup luas. Ada dua tempat tidur, kamar mandi di dalam dengan bath tub dan shower, lemari, meja rias , AC serta TV layar datar. Di dalam kamar disediakan beberapa cemilan. Kalau tidak mau kena bayaran tambahan, sebaiknya tidak usah diambil karena itu tidak gratis. Kemudian kami keluar melihat suasana sekitar hotel. Tepat di seberang hotel ada penjual banana pancake, jajanan khas Thailand idaman saya. Sempatkan jajan sebentar lalu mampir ke Family Mart untuk beli makanan siap saji.
Di hari kedua, kami mulai menjelajahi Bangkok. Tujuan pertama adalah Wat Pho. Kami sepakat memilih Wat Pho karena harga tiket yang lebih murah dibandingkan Golden Palace. Lagipula, yang saya idamkan adalah foto bersama patung Buddha raksasa di dalam Wat Pho. Setelah kenyang sarapan di 711 dekat hotel, kami menanyakan transportasi ke Wat Pho pada polisi. Dengan Bahasa Inggris singkat dan bahasa tubuh, kami dapat info untuk naik bis nomor 60. Bis ini semacam metromini di Jakarta. Bis tampak agak kumuh, hanya saja memiliki pintu tengah mirip dengan bis Jepang. Ternyata lokasi hotel kami ke Wat Pho cukup jauh. Kami baru sampai setelah perjalanan selama satu jam. Kami turun di halte setelah belokan di seberang komplek Wat Pho karena bis ini tak lewat persis di depan area komplek.
Selesai foto-foto narsis di Wat Pho, kami melanjutkan perjalanan ke Pasar Jatujak naik bis nomor 1 dari area komplek Golden Palace sampai stasiun terdekat, yaitu Hua Lampong. Perjalanan dilanjutkan naik kereta sampai stasiun Kamphang Paet. Stasiun ini langsung terhubung dengan pintu masuk Jatujak, jadi tak perlu capek jalan jauh lagi. Di Jatujak bertebaran kios jajanan unik, cinderamata, tas, pakaian, hingga aksesoris murah. Setelah kalap belanja, waktunya makan siang. Di warung terdekat, saya pesan nasi dengan tom yum. Tom Yum ini rasanya segar sekali. Rasa jeruk nipisnya terasa betul asamnya tapi segarnya menimbulkan efek ketagihan. Dengan harga terjangkau, saya bisa puas menikmati semangkok besar tom yum seafood. Setelah lelah belanja, kami kembali ke hotel untuk istirahat sejenak.
Malam harinya, kami pergi menuju Asiatique. Kami naik kereta sampai stasiun Saphan Taksin kemudian menuju Pier (pelabuhan kecil) untuk naik kapal gratis menyusuri sungai menuju Asiatique. Sampai di Asiatique, kami langsung cari berbagai tempat menarik untuk foto. Maklum, kami ini memang banci selfie. Liburan tanpa foto-foto rasanya tak berkesan sama sekali. Puas foto-foto dan mencicipi banana pancake, kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Waktu saat itu menunjukkan pukul 22.00 saat kami menunggu kapal yang tak kunjung datang. Saat turun dari kapal, kami buru-buru mengejar kereta untuk pulang. Di tengah transit, kami dihalang oleh petugas yang mengatakan stasiun sudah ditutup. Agak panik karena sudah malam dan tak tahu ada di daerah mana, kami memutuskan untuk naik taksi saja. Saya memberhentikan taksi dengan tulisan “Meter”. Sebelum masuk, setengah berteriak karena buru-buru dan panik, saya bilang “Meter!” untuk memastikan supir taksi mengaktifkan argonya. Setelah argo dinyalakan, kami pun naik menuju hotel.
Di hari ketiga, perjalanan panjang dimulai. Destinasi pertama hari itu adalah Madame Tussaud di Siam Discovery Mall. Mall ini mudah dijangkau dengan naik kereta sampai stasiun Siam yang persis terletak di depan area mall. Di Madame Tussaud, cita-cita saya foto bersama Soekarno, Presiden pertama RI tercapai. Setelah puas pose bersama artis-artis mancanegara, kami melanjutkan perjalanan. Sekedar info, di area luar mall Siam ini terdapat tempat-tempat dengan latar unik untuk kamu yang hobi bernarsis ria dengan kamera. Jangan lewatkan kesempatan untuk foto-foto demi display picture super keren di social media.
Perjalanan berikutnya adalah MBK. Saatnya beli oleh-oleh makanan untuk keluarga dan teman-teman kantor. Tak banyak waktu yang kami habiskan untuk belanja oleh-oleh di supermarket. Setelah belanja, kami makan siang di sebuah restoran timur tengah karena agak sulit menemukan makanan halal di Bangkok. Yang buat saya makin cinta pada MBK adalah adanya mushola di mall ini. Mushola ini ada di area parkir, kalau tidak salah di lantai lima. Walaupun tidak luas, tapi musholanya bersih dan rapi.
Hari semakin sore, kami bergegas kembali ke hotel bersiap ke terminal bis menuju Krabi. Kami naik taksi menuju Sai Tai Mai. Di tengah perjalanan, drama dialog antar bahasa terjadi lagi. Saya sibuk menunjukkan tulisan nama tempat tujuan dalam bahasa Thailand ke supir taksi. Dengan secercah harapan saya tegaskan ke supir taksi “Sai Tai Mai! Bus! Bus to Krabi!”
Setelah mendengar kata ‘bus’ dan ‘krabi’, barulah supir tersebut bereaksi bahwa ia sudah mengerti tujuan kami. Sekali lagi, kami hanya bisa bertukar pandangan sambil harap-harap cemas. Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, kami lega karena sampai dengan selamat di tempat tujuan. Entah kenapa, supir taksi di Bangkok selalu sukses buat kami deg-degan. Kami langsung masuk menuju lantai dua tempat loket tiket berada. Loket tiket tersusun rapi. Para petugas dengan ramah langsung menanyakan tujuan kami. Setelah tiga puluh menit menunggu, kami digiring beberapa petugas armada menuju bis.
Sesampainya di bis. entah kenapa lantai dua sudah terisi penuh penumpang yang entah naik kapan dan darimana. Akhirnya kami dan seorang bule dialokasikan ke area eksekutif di lantai bawah. Walaupun kecewa tak bisa menikmati pemandangan dari lantai atas bis double decker, tapi fasilitas selimut dan layar TV mungil di tiap kursi eksekutif begitu menggiurkan. Perjalanan dua belas jam Bangkok-Krabi kami isi dengan nonton berbagai film, mendengarkan lagu-lagu penyanyi Thailand hingga tertidur.
Keesokan paginya, sampailah kami di terminal Krabi. Kami lanjutkan perjalanan naik Song Taew, angkot khas Thailand. Di lampu merah perempatan Krabi Town, kami diturunkan oleh supir karena ternyata angkot ini tak lewat penginapan kami. Karena bingung, terpaksa kami ambil tawaran para abang ojek. Dengan 30 baht saja, kami diantar hingga Bun Punmanus Guest House yang ternyata tak sampai 5 menit perjalanan.
Selesai beberes, mandi dan meluruskan kaki sejenak, kami menyewa motor untuk keliling Krabi Town sambil mencari makan siang. Sekilas info, Bun Punmanus Guest House ini menyediakan jasa peminjaman kendaraan, makanan, serta tur wisata Krabi. Setelah menyerahkan paspor sebagai jaminan peminjaman motor, kami pun siap berpetualang. Di dekat perempatan lampu merah, ada pasar dengan aneka jajanan ringan dan makanan berat. Karena belum makan pad thai sama sekali selama di Bangkok, kami pun memesan dua porsi Pad Thai. Di Krabi, saya merasa aman jajan ini itu. Mayoritas penduduk muslim di Krabi membuat mereka menyediakan aneka jajanan halal.
Setelah kenyang makan siang, tujuan wajib berikutnya adalah patung kepiting besar yang merupakan simbol Krabi Town. Untuk makan malam, kami menemukan pasar malam dengan jajanan yang lebih beragam dan sukses bikin lupa diri. Kami pesan sup seafood untuk dibagi berdua karena porsinya yang banyak. Sebagai penutup, saya beli beberapa aneka gorengan, banana nutella pancake dan thai green tea. Perut kenyang, hati senang, waktunya pulang.
Esok paginya, pukul 08.00 kami sudah dijemput oleh tur yang siap membawa kami wisata ke empat pulau di Krabi. Rombongan dalam mobil van dibawa ke Ao Nang untuk kemudian berkumpul dengan para turis lainnya sesuai paket wisata yang telah dipilih. Di setiap pulau pemberhentian, kami dibebaskan berenang dan snorkeling di area pinggir laut dangkal yang aman. Karena tak pandai berenang, berbekal pelampung saya pun mengambang telentang di laut. Rasanya seperti ada di surga. Terik matahari tak pernah terasa begitu nikmat, menolak niat untuk kembali ke rutinitas kerja di Jakarta. Setelah tiga puluh menit, tour guide memanggil rombongan untuk melanjutkan perjalanan.
Di pulau terakhir, kami makan siang prasmanan yang sudah disiapkan pihak tur. Menu makannya nasi putih, ayam goreng, capcay dan kerupuk. Walaupun sederhana, rasanya nikmat apalagi jika dimakan saat lelah dan lapar karena berenang di laut seharian.
Tur berakhir, saatnya pulang ke penginapan. Ternyata, kami tak diantar menggunakan mobil van seperti di pagi hari. Semua rombongan dari berbagai tour agent dikumpulkan sesuai lokasi penginapan yang searah. Harus diakui, pelayanan saat itu sungguh jauh dari memuaskan. Untuk rombongan Krabi Town, kami harus menunggu hampir dua jam di tengah turunnya hujan untuk akhirnya pulang naik tronton mini.
Setelah memberi alamat tujuan ke supir, kami menikmati perjalanan sambil menggigil karena tak sempat berganti pakaian, ditambah angin dingin dan hujan. Untungnya, walaupun terakhir diantar kami diturunkan persis di depan penginapan. Karena sudah check-out, kami meminjam kamar mandi di lantai bawah untuk bilas. Setelah itu kami pamit menuju bandara Krabi menggunakan taksi. Sebelum ke bandara, kami sempatkan mampir ke pasar malam untuk terakhir kalinya demi jajan sepuas-puasnya. Malam itu kami terbang ke bandara Don Mueang kemudian menginap di sana menanti penerbangan ke Jakarta esok siang.
Selesai sudah liburan kami. Bagi saya, Bangkok adalah istana dan Krabi adalah surga. Saya tak akan ragu kembali ke Thailand untuk kembali berjelajah. Nuansa homey Bangkok dan khususnya Krabi membuat saya betah dan merasa tidak asing. Terasa aman bagaikan di rumah sendiri.