Yogyakarta masih menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Tanah Air. Kota ini menawarkan begitu banyak warisan budaya, kelezatan kuliner, panorama alam memukau, dan atmosfer pendidikan yang istimewa.
Namun, ingat ya, selalu taati protokol kesehatan: harus memakai masker, wajib menjaga jarak dan menjauhi kerumunan, sering-sering mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer, serta usahakan membawa peralatan makan-minum pribadi. Selain itu, kamu harus dalam kondisi sehat. Tidak demam atau batuk-pilek.
Nah, Yogya bisa dicapai dari berbagai penjuru. Menggunakan pesawat terbang atau kereta api. Jauh hari sebelum pandemi, Yogya begitu banyak disinggahi wisatawan, baik yang murni jalan-jalan maupun sembari berbisnis atau dinas kantor. Banyak wisatawan yang memilih naik pesawat terbang mengingat harga tiketnya relatif bersaing dengan kereta api.
Itulah salah satu penyebab Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta (JOG) menjadi amat padat. Terlebih bandara ini operasionalnya berbagi antara penerbangan sipil dan aktivitas militer. Oleh sebab itu, pemerintah pun membangun bandara baru, yakni Yogyakarta International Airport (YIA) di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
YIA adalah bandara yang modern dan megah. Bandara ini pun mampu didarati pesawat berbadan lebar sejenis Airbus A330 dan bahkan Boeing B777. Setelah YIA beroperasi, pada Maret 2020, sebagian besar penerbangan sipil yang semula beraktivitas di JOG kemudian pindah ke YIA. JOG pun sekarang hanya melayani penerbangan sipil berjadwal yang menggunakan pesawat baling-baling (propeller) dan pesawat carter.
Nah, tentu saja perpindahan ini membawa perubahan. Yang semula bandara JOG relatif mudah dijangkau karena lokasinya termasuk di tengah kota, sekarang sebagian besar penumpang harus mengatur waktu untuk mencapai YIA yang posisinya di perbatasan bagian barat Yogya dan Jawa Tengah.
Klasika Kompas beberapa waktu lalu mencoba membuat perbandingan total waktu perjalanan yang diperlukan dari Yogya ke Jakarta (mulai dari perjalanan menuju dan dari bandara, menunggu di ruang tunggu, hingga sampai ke alamat akhir), dengan menggunakan pesawat yang terbang dari YIA dan kereta api yang berangkat dari Stasiun Tugu.
Rute yang Klasika Kompas pilih untuk pesawat terbang adalah Malioboro-YIA-Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK)-Palmerah Selatan. Sementara itu, rute kereta apinya adalah Malioboro-Stasiun Tugu-Stasiun Gambir-Palmerah Selatan. Kamu tentu tahu, Malioboro adalah salah satu kawasan legendaris dan ikonik di Yogya. Lokasinya pun di jantung Yogya.
Oh ya, Klasika Kompas juga menyempatkan diri menumpang pesawat terbang dengan mengambil rute Malioboro-JOG (Adisucipto)-Bandara Internasional Halim Perdanakusuma (HLP)-Palmerah Selatan. Nanti akan kita tengok bedanya.
Agar lebih fleksibel, Klasika Kompas menggunakan mobil untuk mencapai YIA, JOG, dan Stasiun Tugu hingga sampai di Menara Kompas di Palmerah Selatan. Yuk, kita mulai melihat rinciannya.
Rute 1: Malioboro-YIA-CGK-Palmerah Selatan
Waktu yang diperlukan dari Malioboro menuju YIA menggunakan mobil sekitar 1 jam 10 menit. Dengan catatan lalu lintas relatif lancar.
Dari area drop zone (lobi) YIA, kamu harus berjalan menuju konter validasi surat sehat atau persyaratan penerbangan. Setelah itu, kamu melakukan check-in di stan maskapai dan berjalan menuju ruang tunggu yang sebelumnya kamu harus melalui pemeriksaan keamanan oleh petugas. Waktu yang diperlukan untuk sampai ke ruang tunggu sekitar 35 menit.
Kamu akan sampai di ruang tunggu yang keren dan nyaman. Di sini, kamu disuguhi panorama laut selatan; sedangkan di bagian utara kamu akan melihat hijaunya perbukitan Menoreh. Di ruang tunggu ini, sesuai anjuran maskapai yang tertera pada tiket, Klasika Kompas menunggu sekitar 1 jam 30 menit hingga terdengar panggilan masuk ke pesawat (boarding). Pesawat kala itu tepat waktu.
Proses boarding pun dilakukan hingga penumpang dinyatakan lengkap dan terdengar aba-aba pilot kepada pramugari untuk menutup pintu pesawat, “Flight attendant close door, arm slide bar, and crosscheck.” Ini membutuhkan waktu sekitar 40 menit.
Setelah itu, pesawat didorong mundur dari gate untuk bersiap menuju landas pacu. Setelah menghadap ke arah menuju landas pacu, pesawat akan berhenti sejenak. Pilot akan menghidupkan mesin pesawat satu per satu, menyiapkan konfigurasi sayap untuk lepas landas, dan mengecek kontrol/kemudi penerbangan. Pesawat pun mulai bergerak ke landas pacu hingga di ujung landasan sebelah barat. Proses ini memakan waktu 40 menit.
Pesawat segera mengudara. Lama penerbangan dari YIA ke CGK sekitar 50 menit. Setelah itu pesawat pun mendarat lalu bergerak menuju gate/tempat parkir yang ditentukan. Ini membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Pesawat yang ditumpangi Klasika Kompas tampak berjalan cukup jauh untuk mencapai gate. Ini barangkali disebabkan karena area parkir pesawat dan gate di CGK cukup padat, mengingat banyak penerbangan yang ditangguhkan selama masa pandemi.
Setelah pesawat parkir dengan sempurna, awak kabin pun bersiap membuka pintu. Proses ini sekitar 10 menit. Untuk keluar dari pesawat, Klasika Kompas memerlukan waktu 15 menit. Saat itu, Klasika Kompas mendapat kursi di belakang sayap pesawat.
Klasika Kompas pun berjalan dari gate di Terminal 2 CGK menuju area parkir kendaraan. Sebelum sampai pintu keluar, seluruh penumpang wajib melalui antrean untuk memindai data kesehatan melalui aplikasi eHAC Indonesia yang harus diisi sebelum penerbangan saat berada di bandara asal. Pada proses ini, kami memerlukan waktu sekitar 25 menit.
Dari CGK menuju Menara Kompas di Palmerah Selatan, Klasika Kompas menggunakan mobil dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Perjalanan ini melalui ruas Tol Prof Dr Sedyatmo.
Jadi, total waktu yang dibutuhkan untuk rute ini adalah kurang lebih 8 jam. Untuk harga tiket termurah yang pernah diperoleh Klasika Kompas pada rute ini adalah Rp 282.200 (maskapai berbiaya hemat) dan yang paling mahal Rp 937.800 (maskapai layanan penuh).
Rute 2: Malioboro-Stasiun Tugu-Stasiun Gambir-Palmerah Selatan
Stasiun Tugu cukup dekat dengan Malioboro. Berjalan kaki langsung maupun memutar terlebih dulu dengan mobil, kira-kira hanya butuh waktu 10 menit.
Sampai di Stasiun Tugu, penumpang perlu melakukan check in dan pemeriksaan surat sehat/persyaratan naik kereta api. Kemudian penumpang bisa langsung masuk ke ruang tunggu. Proses ini cuma memerlukan waktu sekitar 10 menit.
Menurut pengalaman Klasika Kompas, di ruang tunggu kami hanya butuh waktu 30 menit untuk menanti kereta api tiba dari Solo. Kereta inilah yang mengantar Klasika Kompas menuju Jakarta.
Selanjutnya, perjalanan dari Stasiun Tugu menuju Stasiun Gambir adalah 7 jam 38 menit. Kebetulan kereta api yang kami tumpangi tidak terlambat.
Setelah sampai di Stasiun Gambir, Klasika Kompas berjalan ke luar dari gerbong menuju parkiran kendaraan memerlukan waktu kurang lebih 10 menit. Kemudian kami langsung menuju Palmerah Selatan menggunakan mobil yang waktu tempuhnya berkisar 30 menit.
Jadi, rute ini menghabiskan waktu total sekitar 9 jam 13 menit. Untuk tiketnya, Klasika Kompas menggunakan tiket kelas eksekutif seharga Rp 270.000.
Rute 3: Malioboro-JOG (Adisucipto)-HLP (Halim Perdanakusuma)-Palmerah Selatan
Naik mobil dari Malioboro menuju Terminal B Bandara Adisucipto, kira-kira memakan waktu 25 menit. Ini dengan catatan lalu lintas lancar.
Dari area penurunan penumpang Terminal B, penumpang langsung berjalan menuju pintu masuk area pelaporan untuk melakukan pemeriksaan surat sehat/persyaratan penerbangan. Setelah itu, kamu melakukan check-in di stan maskapai dan berjalan menuju ruang tunggu yang tentunya harus melalui pemeriksaan keamanan terlebih dulu. Waktu yang diperlukan untuk proses ini sekitar 15 menit.
Selanjutnya, di ruang tunggu, Klasika Kompas menunggu sekitar 1 jam hingga terdengar panggilan masuk ke pesawat (boarding). Ini kalau pesawatnya tepat waktu, ya.
Proses boarding hingga pramugari menutup pintu pesawat, membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Setelah itu, pesawat pun didorong mundur untuk bersiap menuju landas pacu. Persiapan pesawat hingga sampai di ujung landas pacu sebelah barat untuk ancang-ancang lepas landas, memakan waktu 30 menit.
Pesawat pun takeoff. Lama penerbangan dari JOG menuju HLP adalah 1 jam 15 menit. Penerbangan ini lebih lambat karena menggunakan pesawat baling-baling jenis ATR 72-600. Kapasitas pesawat ini juga hanya 70 penumpang.
Setelah mendarat di HLP, pesawat langsung bergerak menuju area parkir. Hingga pintu dibuka oleh pramugari, semua proses ini hanya memerlukan waktu 25 menit. Untuk keluar dari pesawat, Klasika Kompas perlu mengantre sekitar 10 menit. Sebab, kami mendapat kursi di bagian depan. Sementara itu, pesawat ATR 72-600 hanya menurunkan penumpang dari pintu belakang.
Klasika Kompas pun berjalan menuju terminal kedatangan dan melakukan pelaporan data kesehatan melalui aplikasi eHAC Indonesia. Pada bagian ini, kami memerlukan waktu sekitar 20 menit.
Kami pun segera menuju area parkiran mobil dan langsung bergerak ke Palmerah Selatan. Perjalanan ini menghabiskan waktu sekitar 45 menit.
Maka, lamanya waktu yang diperlukan untuk rute ini kurang lebih 5 jam 40 menit. Jauh lebih efisien dibanding rute pertama dan kedua. Namun, harga tiket rute ini tergolong mahal. Klasika Kompas sudah dua kali menggunakan rute ini dan mendapat tiket seharga Rp 1.248.000 dan Rp 1.252.000.
Lamanya waktu perjalanan dan harga tiket setiap rute tadi bukanlah patokan tetap. Semua bisa berubah, tergantung situasi hari per hari. Namun, setidaknya kamu sekarang bisa mulai merencanakan perjalanan sesuai kebutuhanmu. Klasika Kompas mengingatkan kembali untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.