Home Lomba Blog KTF 2014 Indah dan Teduh Pulau Injil Mansinam

Indah dan Teduh Pulau Injil Mansinam

oleh

Dalam rangkaian Sail Raja Ampat 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi Pulau Mansinam. Pulau seluas 410,97 hektar ini berada di Teluk Doreri, Kota Manokwari, Papua Barat. Pulau yang berada di samping Pulau Lemon, di teluk yang sama, ini tidak jauh dari Manokwari. Bila kita berada di kota ini, Mansinam jelas dipandang mata. Untuk menuju ke Mansinam banyak titik yang bisa dilalui, bisa lewat Pelabuhan Manokwari, Kwawi, dan titik-titik penyeberangan perahu tradisional lainnya.
Kunjungan Presiden asal Pacitan, Jawa Timur, ke Mansinam adalah meresmikan Situs Pekabaran Injil. Dalam situs itu terdapat bangunan Patung Yesus Kristus (Patung Kristus Raja) setinggi 30 meter, gereja, musium, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Pulau itu penting dan bersejarah bagi Ummat Kristen di Papua sebab pada 5 Februari 1855, dua misionaris dari Jerman, C.W. Ottow dan Johann Gottlob Geissler, menginjakkan kaki di Papua. Dari sinilah mereka menyebarkan agama Kristen. Dan terbukti misi yang diemban Ottow dan Geissler sukses di mana mayoritas orang Papua menganut agama yang disebarkan Ottow dan Geissler itu.
Suatu ketika saya mengunjung Manokwari. Kesempatan ini saya gunakan untuk mengunjungi Mansinam dan melihat Patung Kristus Raja. Untuk mengunjung Mansinam tidak susah bila kita sudah berada di Manokwari. Bila seorang backpacker, untuk menuju ke pulau itu terbilang murah. Dari kota bisa naik ojek ke tempat penyeberangan Kwawi dengan ongkos Rp5.000 atau Rp10.000, berlagak saja seperti orang Manokwari, bila tidak akan ditarik lebih mahal. Ongkos segitu sebab Kwawi tidak jauh dari jantung kota bahkan masih bagian dari kota itu sendiri.
Setiba di Kwawi, untuk menuju Mansinam, kita akan menaiki kapal tradisional. Kapal yang dikemudikan oleh orang asli Manokwari itu merupakan ‘ojek laut’ yang mengantar dan menjemput penumpang dari dan hendak ke Mansinam. Ongkosnya murah Rp5.000 atau Rp10.000. Diharapkan jangan bertanya biaya menyeberang tapi kasih saja uang segitu pada tukang perahunya.
Menyeberang ke Mansinam bisa dikatakan susah-sudah mudah, sebab perahu ini bergerak bila penumpangnya minimal 5 orang. Bisa dua orang bergerak namun harus bayar lebih. Saya ketika hendak ke Mansinam menunggu waktu sekitar 30 menitan. Menunggu sampai ada 5 orang. Kebetulan waktu itu ada juga calon penumpang yang hendak ke Lemon dan meminta tukang perahu sudi ke Lemon dulu. Hal demikian tidak menjadi problem bagi penumpang lain sebab antara Mansinam dan Lemon jaraknya sama-sama dekatnya.
Setelah perahu terisi sekitar 7 orang, tukang perahu menyalakan mesin motornya dan perlahan-lahan meninggalkan Kwawi. Seperti diceritakan di atas, ada 2 orang yang hendak ke Lemon. Maka perahu pun lebih dulu menuju pulau yang lebih kecil dari Mansinam. Menuju Lemon sangat mengasyikkan sebab pulau ini sama indahnya dengan Mansinam. Air laut yang jernih dan pohon kelapa tumbuh menjulang tinggi mengundang orang untuk pergi ke Lemon.
Selepas menurunkan penumpang di Lemon, perahu selanjutnya meneruskan perjalanan. Tak lama untuk menuju Mansinam, antara 10 menitan. Hingga akhirnya tibalah di Pulau Injil itu.
Saat itu hari Minggu, orang-orang Manokwari yang beragama Kristen pada pergi ke Gereja. Biasanya pada hari Minggu, kota ini dan pulau-pulau yang berpenghuni sepi termasuk Mansinam. Ketika saya tiba di pulau itu, saya melihat banyak orang yang pergi ke Gereja sehingga jalan ke Patung Kristus Raja sepi dan senyap.
Sebelum pergi ke tempat itu saya bertanya kepada masyarakat di sana dan mereka menjawab dengan ramah, “Ke arah sana, nanti ada tikungan belok kiri,” ujarnya. Ada lagi yang menjawab, “Jauh dan jalannya menanjak.” Sebenarnya disarankan naik ojek namun ojek tak ada. Saya dengan terpaksa jalan untuk bisa ke lokasi patung. Dan memang benar jalan cukup jauh dan menanjak ke arah bukit. Akibatnya nafas ngos-ngosan.
Sebelum tiba di lokasi patung, saya melihat sebuah bangunan Gereja yang baru. Sepertinya Gereja itu belum digunakan sebab pada hari Minggu terlihat sepi. Menurut orang di pulau itu Gereja belum diresmikan oleh Pendeta sehingga belum digunakan. Selepas mengambil gambar bangunan itu, saya melanjutkan langkah dan rasa ngos-ngosan hilang setelah melihat patung itu. Patung setinggi 30 meter itu mempesona. Dibangun dengan biaya Rp22.266.900.000, patung itu berdiri dengan ada unsur tradisional Papua dalam bangunan. Patung itu berdiri tegak di area setengah lapangan bola, kanan-kiri lokasi masih alami, tidak ada perumahan penduduk.
Di tempat ini saya tidak menemukan satu orang pun, mungkin semuanya pergi ke Gereja. Maunya minta tolong untuk diambilkan gambar namun tidak ada orang maka saya selfi. Di samping patung itu ada baliho-baliho proyek pembangunan satu paket dengan Sail Raja Ampat yang merupakan keterangan denah, rencana, dan biaya masing-masing proyek.
Setelah merasa cukup di lokasi itu, saya kembali ke tempat ojek perahu bersandar. Rasa capek tadi hilang. Perjalanan kembali lebih mudah sebab jalan menurun. Setelah saya berjalan 50 meter, saya bertemu dengan tukang ojek dan saya suruh mengantar ke tempat perahu bersandar. Perjalanan pun menjadi lebih singkat. Begitu di dekat perahu ditambatkan, tukang ojek itu saya beri uang Rp5.000 dan menerima uang segitu, ia tidak protes.
Sebelum meninggalkan pulau ini, saya lebih dahulu melihat situs Ottow dan Geissler. Di situs ini ada patung kedua misionaris itu dan kisah perjalanannya serta ada Patung Yesus. Tempat ini disebut lebih dahulu dibangun sebelum Patung Kristus Raja.
Setelah puas menikmati Mansinam, saya hendak kembali ke Kwawi. Dan di sinilah seperti paparan di atas, untuk naik ojek laut adalah susah-susah mudah. Dari Mansinam ke Kwawi, saya menunggu waktu yang agak lama, menunggu perahu tiba. Biasanya tukang perahu tahu jam berapa ada penumpang, biasanya ada penumpang saat orang hendak atau pulang dari Gereja. Dan memang benar, begitu acara Gereja usai, perahu datang. Saya pun akhirnya bisa kembali ke Kwawi dengan masyarakat Manokwari selepas dari acara di Gereja di Mansinam.
Pulau Mansinam dan Lemon indah dan menarik untuk dikunjungi, sayangnya di Pantai Pasir Putih Manokwari dan perairan Teluk Doreri ini banyak sampah. Inilah tantangan masyarakat setempat untuk menciptakan suasana yang lebih bagus dan bersih.

Tautan:
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2014/09/12/indah-dan-teduh-pulau-injil-mansinam-687362.html

Penulis

ardi winangun

Twitter : @winangunardi