Home Lomba Blog KTF 2015 Hanyut Dalam Lautan Kata di Rumah Puisi

Hanyut Dalam Lautan Kata di Rumah Puisi

oleh

Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang Keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk Nafas zaman yang busuk
Dengan pusi aku berdoa Perkenankanlah kiranya
(Taufiq Ismail – 1965)
Puisi berjudul Dengan Puisi, Aku… itu hanyalah satu dari ratusan puisi yang ada di tempat ini, Rumah Puisi Taufiq Ismail. Rumah yang penuh dengan puisi dan ribuan buku ini berada di jalan raya Padang Panjang – Bukittinggi km 6, tepatnya berada di daerah Aie Angek.
Rumah Puisi yang berdiri pada 19 Desember 2008 ini merupakan gagasan dari sang penyair kenamaan, Taufiq Ismail yang dibangun dengan uang sebesar US$ 25.000 yang merupakan hadiah satra Habibie Award 2007. Taufiq Ismail adalah seorang penyair dan sastrawan Indonesia yang lahir di Bukittinggi pada 25 Juni 1935.
Karena masih cukup waktu, sepulang dari Danau Singkarak kami putuskan untuk singgah di Rumah Puisi ini. Meski lokasinya di pinggir jalan raya, tapi kalo gak merhatiin jalan, bisa-bisa kelewat nih. Soalnya letak Rumah Puisi-nya ada di atas bukit yang untuk menuju ke sana harus melewati jalan setapak yang menanjak curam. Biar gak kelewatan, ancer-ancernya adalah rumah makan Aie Badarun yang ada di sebelah kanan jalan (kalo datang dari arah Padang), siap-siap deh nengok ke sebelah kiri, nanti bakal keliatan plang-nya Rumah Puisi. Naik aja lewat jalan setapak yang terlihat curam itu, nanti bakal langsung sampai di depan Rumah Puisi.
Sampai di depan Rumah Puisi, saya langsung takjub. Bukan hanya karena langsung disambut oleh puluhan poster berisi nukilan puisi karya penyair-penyair Indonesia yang terpasang rapi di halaman depan Rumah Puisi, tapi juga karena pemandangan di sekitar Rumah Puisi ini luar biasa cakep! Bayangin aja, ada sebuah rumah dengan jendela kaca berukuran besar, yang halamannya dipenuhi bunga-bunga aneka warna, ditambah penampakan Gunung Singgalang di bagian belakang dan Gunung Marapi di sisi lainnya. Pasti bakal bikin siapa pun merasa betah berada di sini.
Di depan Rumah Puisi, ada bangunan lain yang diberi nama Rumah Gurindam dan Rumah Pantun. Menurut seorang bapak yang saya temui, Rumah Pantun dan Rumah Gurindam itu bisa digunakan sebagai penginapan bagi tamu. Sayang si bapak tidak bisa memberi kepastian berapa harga sewa per malamnya.
Masih di depan Rumah Puisi, ada juga penginapan yang bernama Aie Angek Cottage. Tapi penginapan yang ini pemiliknya bukan bapak Taufiq Ismail. Saya sempat mengintip sekilas ke penginapan Aie Angek Cottage ini. Keliatannya nyaman banget, dan cocok banget buat refreshing.
Itu baru halamannya. Dan begitu masuk ke dalam Rumah Puisi, buat yang punya hobi baca, siap-siap aja ngiler ngeliat ribuan buku yang tersusun rapi dalam lemari-lemari besar yang ada di setiap sudut rumah ini. Saya langsung merasa betah!
Lantai 2 Rumah Puisi ini memang difungsikan sebagai perpustakaan umum. Siapa pun boleh datang dan membaca buku di situ. Gratis! Ada satu set sofa yang nyaman untuk membaca buku, ada juga karpet tebal dengan alas duduk berupa bantal-bantal besar yang nyaman. Huaaaa… rasanya pengen langsung gelesoran di situ sambil baca buku.
Di bagian lain, ada sebuah ruangan luas yang di salah satu sudutnya berjajar manis penghargaan-penghargaan yang telah diperoleh oleh bapak Taufiq Ismail juga tanda mata dari sekolah maupun universitas yang melakukan study tour ke Rumah Puisi . Di ruangan ini juga ada meja bulat dengan tiga kursi, juga karpet lengkap dengan bantal besar yang nyaman. Rumah Puisi ini merupakan tempat yang nyaman dan cocok untuk diskusi dan bertukar pikiran.
Poster-poster berisi puisi tidak hanya memenuhi halaman luar Rumah Puisi, tapi juga seluruh dinding dan setiap sudut rumah ini. Siapa pun yang berada di sini, pasti akan merasa hanyut dalam lautan kata yang tersusun indah menjadi larik-larik puisi… Suka!

http://www.adventurose.com/2015/08/hanyut-dalam-lautan-kata-di-rumah-puisi.html

Penulis

Rosdiana

Twitter: @dieend18