Salam Damai! Salam Cappucino!
Salam untuk semua.
Pulau Bali, Pulau Dewata, Pulau Seribu Pura, Surga Dunia, dan entah apalah sebutannya. Merupakan pulau yang sudah umum buat dikunjungi baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Dan kali ini saya akan menceritakan “My first time trip in Bali”. Setelah sekian lama akhirnya pun kesampaian juga menginjakkan kaki di Pulau Seribu Pura tersebut.
Awal kisah, saya adalah produk original salah satu kabupaten di Jawa Timur yang kurang lebih jarak tempuhnya 2 jam dari Surabaya, Jombang tepatnya. Perjalanan dimulai pada tanggal 10 Agustus 2014, saya berangkat menggunaka bus “eksekutif” Kediri-Denpasar dengan harga yang “lumayan” menyita uang “Rp. 250K” dan itu adalah kesalahan karena saya membelinya di agen “tiket murah” dan saya pesannya pun malam sebelum berangkat. Perjalanan di mulai pada pukul 15.00 WIB, molor sejam dari jam yang dijadwalkan dan setelah 5,5 jam perjalanan bus berhenti di daerah Situbondo dan penumpang turun untuk makan malam. Perjalanan dilanjutkan kembali pada pukul 21.00 WIB (kurang lebih segitu). Dan pada pukul 23.00 WIB Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi siap melepas semua yang akan meninggalkan Pulau Jawa. Pukul 01.30 WITA saya sudah berada di tanah Bali (*siapkan KTP/identitas) dan pada pukul 05.00 WITA saya sudah berada di Terminal Ubung, Denpasar dan jujur saja saya kebingungan hendak kemana kemudian karena ini adalah perjalanan ke Bali pertama kali dan sendirian, dan untungnya sebelum saya ke Bali saya sudah menghubungi teman saya yang berada di Bali dan 15 menit kemudian dia datang dan mebawa saya ke rumah keluarganya. (*untung dan hemat).
Setelah kurang lebih 4 jam istirahat, saya dan teman saya pun keluar dan tujuan pertama adalah ke rumah salah satu teman kita ynag juga berdomisili di Denpasar (*ceritanya kami alumni sari salah satu PonPes yang sama di Pacet, Mojokerto). Sejam, dua jam kami bersantai ria dan berdiskusi akhirnya tujuan pertama kita adalah Tanah Lot, Tabanan. Perjalanan dari rumah teman saya (*daerah Terminal Ubung) ke TKP kurang lebih membutuhkan 1-2 jam perjalanan dan kami menggunakan motor. Dan Subhanallah, that’s so amazing, dude! Super sekali, memang indah karunia Tuhan di bumi pertiwi ini. Kami menghabisakn waktu kurang lebih dua jam di lokasi, take some picture adalah salah satu cara untuk menikmati keindahan dan merekam sebuah perjalanan hidup dan keluar dari sana menjelang Sunset, jujur sekali agak kecewa tapi berhasil mengabadikan momen detik-detik sebelum sunset yang sebenarnya. Dan malamnya sepulang dari Tanah Lot, saya hanya berdiam di rumah teman saya dan di malam itupun ada teman kami datang dari Banyuwangi.
Hari kedua di Bali, awalnya kami merencanakan perjalanan ke bagian selatan Pulau Bali namun, ada beberapa hal yang membuat kami tak jadi ke sana pada hari itu. Sebagai gantinya kami pergi ke salah satu tempat bersejarah di Bali, lapangan puputan, lebih tepatnya di Museum Perjuangan Bali, sejujurnya tempatnya sepi, bisa dibilang agak sangat sepi sekali, yang meramaikannya adalah beberapa pengunjumg yang melakukan pra-wedding photo dan satu dua gelintir pengunjug lokal. ). Museum tersebut layaknya monumen yang juga museum adanya bangunan tersebut adalah untuk mengenang perjuangan rakyat Bali pada saat Perang Puputan terjadi, perang melawan penjajah. Di dalamnya ada galeri foto-foto bersejarah tentang perjuangan Bali untuk melawan penjajah dan juga terdapat di diorama perjuangan rakyat Bali. Harga masuk untuk mengunjungi tempat berseni tersebut cukup murah. Menjelang sore kami mampir di rumah teman kami yang lainnya, si kembar tiga, di daerah simpang enam Denpasar, Jalan Nusa Kambangan. Dan sejam kemudian kami meluncur ke Kuta. Di sana ramai. Suasananya indah, pemandangannya indah. Dan tepat sebelum sunset, ternyata mendung di Selat Bali, tapi ya sudahlah dan setelah itu saya dan tean saya dari Banyuwangi ditinggalkan teman-teman kami karena mereka ada urusan penting yang tidak boleh ditinggalkan dan kami berdua pun sok-sok an melancong di kawasan jalanan Pantai Kuta.
Pandawa Beach adalah sasaran utama kita, menu utama di hari ketiga aku berada di Pulau Seribu Pura. Perjalanan cukup jauh dari tempat singgah selama di Bali, hampir dua jam perjalanan dengan mengendarai motor. Tiket murah, mungkin bisa dikatakan sangat murah untuk menikmati panorama bahari tersebut. Kunjungan kami disambut patung Pandawa, tokoh wayang, yang merupakan simbol dari nama tempat tersebut. “Gila, Oh mY God, it’z amazing man!” kalimat yang refleks keluar dari mulut saat mata menyaksikan langsung panorama luar biasa tersebut, hamparan pasir putihnya menghiasi bibir pantai, air laut biru cerah sanggup mempercerah suasanan batin.tak kuasa untuk menikmati dan melihat lebih dekat, segera kami parkirkan motor dan berlali untuk menantang ombak. Puas menikmati sajian utama, kami bergegas kembali ke Denpasar dan sengaja kami mengambil rute pulang berbeda dari rute berangkat. Kami melewati tol di laut yang ada di Bali, tol karya anak bangsa. Meskipun agak norak, tapi kami menikatinya, melewati tol yang ada di atas laut dengan motor dan mendapat terpaan angin yang memanjakan perjalanan. Malamnya kami pergi ke Kuta lagi, namun tak ke pantainya, kami hanya bernarsis ria di depan Monumen Bom Bali, sekedar foto dan melihat nuansa dunia malam Bali.
Sehari sebelum pulang ke tanah kelahiran, aku sengaja mengajak temanku menemaniku belanja oleh-oleh yang ada di Bali, ralat, Denpasar. Kami mengunjungi Krisna dan Erlangga, dua toko besar yang menyediakan oleh-oleh Bali, dan sayangnya Joger tak tersentuh olehku.
Tibalah hari kepulangan. Aku pulang menggunakan bus yang sama namun kali ini aku tak membelinya melalui agen, tapi langsung ke P.O nya. Selama perjalanan, saya hanya merecall ingatan saya selama liburan di Bali, menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang tak bisa ditandingi. Jam 5 pagi WIB aku tiba di rumah. Dan tepat pukul 11.00 WIB aku melanjutkan perjalanan ke Malang, menuju Pulau Sempu untuk merayakan HUT NKRI ke-69.