Kesadaran soal gaya hidup ramah lingkungan kini kian tinggi. Tak hanya memungkinkan untuk dijalani dalam rutinitas sehari-hari, gaya hidup ini juga layak diterapkan ketika berwisata.
Pandemi Covid-19 mungkin bisa menjadi momen yang membantu kita menerapkan gaya hidup yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan, termasuk dalam berwisata. Ini bukan gagasan besar yang sulit diwujudkan kok. Bahkan, kita pun bisa menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dengan cara yang tetap asyik.
Misalnya, memilih pergi ke tempat yang tidak terlalu ramai sehingga liburan terasa lebih eksklusif. Pada masa kewajaran baru atau new normal ini, kita memang disarankan juga untuk menghindari kerumunan. Tempat wisata pun menerapkan kuota untuk wisatawan.
Dari sudut pandang kepariwisataan berkelanjutan, pembatasan kunjungan ini di satu sisi juga mengakomodasi daya dukung (carrying capacity) sebuah destinasi. Karena kita tahu, banyak destinasi wisata yang dikunjungi melebihi kemampuan daya dukungnya sehingga terjadi over-tourism. Dari sisi pengunjung, dijaganya daya dukung bisa meningkatkan kualitas pengalaman ketika berwisata.
Sebagai wisatawan, kita memang punya peran untuk lebih bertanggung jawab. Wisatawan yang bertanggung jawab adalah yang sadar lingkungan dan sosial ketika berwisata serta berupaya memberikan dampak positif.
Hal ini penting karena kegiatan wisata punya dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi. Studi yang dilakukan University of Sydney pada 2018 mendapati, kegiatan wisata menyumbang 8 persen dari total emisi karbon. Belum lagi sampah-sampah plastik yang dihasilkan ketika seseorang berwisata.
Dari sisi sosial, sebagai wisatawan kita mengunjungi rumah seseorang, dengan budaya lokal mereka sendiri. Rasa hormat terhadap kearifan lokal yang mungkin berbeda dengan kebiasaan kita menjadi penting untuk menjalin interaksi yang baik dengan pengelola wisata atau warga yang tinggal di sana. Apalagi, interaksi kita dengan warga lokal juga menentukan kualitas aktivitas berwisata kita.
Memiliki rasa peduli ketika berwisata juga bisa membuat kegiatan wisata lebih menyenangkan. Misalnya, kita jadi berpikir untuk mengikuti voluntourism atau kegiatan sukarela saat berwisata. Contohnya, mengajar anak-anak di sekolah atau menanam pohon. Ini akan membuat pengalaman lebih kaya.
Nah, yang tak boleh dilupakan, kita juga sebaiknya memberikan dampak ekonomi bagi warga lokal. Oleh karena itu, pilihan-pilihan untuk makan di warung lokal atau tinggal di homestay atau penginapan milik warga setempat menjadi wujud dukungan untuk masyarakat lokal. Siapa tahu, kamu justru dapat kejutan dari kuliner-kuliner baru yang kamu cicipi. Atau, mungkin bisa menginap di homestay yang dibangun dengan rasa arsitektur lokal.
Jika kita menggunakan jasa agen perjalanan, lakukan riset kecil sebelum memilih. Beberapa agen perjalanan mungkin punya perhatian lebih dalam hal konservasi lingkungan, mendukung warisan budaya lokal, atau mempekerjakan pemandu wisata lokal. Pilih juga agen perjalanan atau operator wisata yang transparan tentang dukungan mereka terhadap komunitas yang dikunjungi.