Ketika kita bicara tentang wisata di Kalimantan Timur, yang segera tebersit di benak barangkali Kepulauan Derawan dan Maratua. Namun, provinsi ini sebenarnya punya jauh lebih banyak potensi wisata alam ciamik, yaitu dari ekosistem karst, sungai, dan hutan. Orangutan dan beberapa jenis primata lain juga hidup di rimba Kalimantan Timur.
Dalam webinar Pengembangan Ekowisata Alam dan Primata di Bentang Alam Wehea-Kelay, Kalimantan Timur, yang digelar Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) pada September lalu, Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur Sri Wahyuni mengatakan, Kalimantan Timur kini sedang menyusun peta jalan benchmarking ekowisata secara nasional dan internasional. Saat ini, Pemprov Kaltim melakukan kajian untuk potensi ekowisata yang akan dikembangkan.
“Nantinya pemerintah provinsi akan menetapkan sejumlah proyek percontohan ekowisata yang mewakili tiap tipologi,” ujar Sri Wahyuni. Artinya, Kalimantan Timur akan memiliki percontohan ekowisata yang mewakili sungai, laut, hutan, dan gua.
Guru Besar Biologi Konservasi FMIPA Universitas Indonesia Prof Dr Jatna Supriatna mengatakan, pengelolaan kawasan konservasi memerlukan paradigma baru. Sejatinya kebutuhan konservasi bisa diselaraskan dengan pengembangan pariwisata dengan mengusung paradigma kepariwisataan berkelanjutan yang biasa diterapkan lewat konsep ekowisata.
Jatna melihat bahwa Kalimantan Timur yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi berpeluang besar untuk mengembangkan tur satwa liar. Apalagi, saat ini telah teridentifikasi sekitar 1.200 individu orangutan di bentang alam Wehea-Kelay.
“Akan menarik apabila Wehea-Kelay bisa dikembangkan, apalagi wilayah ini punya satwa endemik yang berstatus kritis, yaitu orangutan. Orangutan bisa menjadi ikon wisata primata yang menarik banyak pelancong,” lanjut Jatna.
Tentu, kerja sama berbagai pihak diperlukan untuk mengelola sumber daya alam dan ekowisata di Kalimantan Timur. Penasihat Senior PT Gunung Gajah Abadi Soeyitno Soedirman, sebagai perwakilan dari pengusaha yang berlokasi di bentang alam Wehea-Kelay, mengatakan perlunya kolaborasi untuk menyusun master plan ekowisata. Master plan ini akan mencakup pemetaan potensi, zonasi wilayah (konservasi dan ekonomi), serta pembagian peran antar-pemangku kepentingan.
Kelak, ketika nanti ekowisata di Kalimantan Timur sudah terbangun, kita punya pilihan luas untuk berwisata di lanskap yang terjaga kelestariannya. Lebih bagus lagi, kalau kegiatan wisata kita pun punya dampak positif untuk konservasi. [NOV]