BALI I’M COMING!!! WOHOOO !!!
Itu kata pertama yang gue ucapin setelah menutup telpon dari EO yang akan membawa gue liburan ke Bali. Ini jadi hal yang baru buat gue, karena selain ada bintang tamu yaitu Tasya Kamila, Brand Ambassador salah satu produk kecantikan yang akan menemani liburan, gue gak ngeluarin duit sepeserpun atau gratis alias gretongan haha *ketawa bahagia*
Dengan bermodal duit sebelas ribu untuk membeli produk itu, minjem handycam temen dan kosan yang menjadi latar belakang pengambilan foto, gue berhasil menyabet dua tiket liburan ke Bali selama tiga hari dua malam. Ajib banger gak tuh? Ahh kalo rejeki emang gak kemana… *kipas-kipas pake tiket pesawat*
Daaan disini gue bakal ceritain pengalaman seru gue selama di Bali. Cekidot !
Jumat, 21 Juni 2013
Gue bersama sahabat gue, Ardina, take off dari Cengkareng sekitar jam 08.30. Suasana pagi itu agak sedikit rempong karena beberapa pemenang lainnya yang berasal dari Kalimantan dan Palembang belum tiba di Cengkareng, jadi ya maen tunggu-tungguan gitu. Untungnya ada orang EO yang disewa untuk memandu kita dari berangkat sampai pulang. One thing for sure, mereka seumuran sama kita-kita jadi asik buat dimodusin kalo nanya apa-apa, ditambah mereka juga ganteng-ganteng hihi. Di sela-sela waktu, gue kenalan sama pemenang lainnya, mengakrabkan diri satu sama lain. Total pemenang ada 20 termasuk gue. Banyak yaa?
Di dalam pesawat milik maskapai lambang Indonesia ini, gue amat menikmati perjalanan yang mulus tanpa gajrukan. Oia mau norak dikit nih, di pesawat gue duduk deket Azriel anaknya KD. Gendut bro, cabi cabi gimana gitu. Untung emaknya duduk di bussines class, kalo deket gue juga bisa-bisa gue disangka Aurel. *disambit massa*
Setelah sampe di Ngurah Rai, gue baru ketemu Tasya Kamila sama Mommy dan asistennya. Cantik dan cekci cekali..
Suasana di bandara cukup ramai, karena berbarengan dengan musim liburan. Ditambah kondisi bandara yang sedang diperbaharui membuat gue bisa nyasar kalo dilepas sendiri disini seorang diri.
Setelah itu rombongan diangkut menuju hotel yang berada dikawasan Pantai Kuta. Hotel bintang 5 ini bener-bener membuat gue betah berlama-lama di dalamnya. Spot favorit gue adalah kolam renang yang berada di lantai empat yang view-nya langsung mengarah ke laut. Keren!
Kelar check in, rombongan bersiap-siap menuju tempat pertama yang akan dikunjungi dan sudah dinanti-nantikan, yaitu Restoran Dapur Sunda. Yup, perut yang sudah lapar dari sejak turun pesawat, nunggu bagasi, sampai jalan-jalan dibandara yang sekali lagi membuat gue kebingungan kalo pergi sendiri, sebentar lagi akan terisi. Agak kaget juga pas tau makan disana. Ngapain ke Bali jauh-jauh kalo di PIM juga ada. Tapi setelah mendengar penjelasan Mas Radit selaku EO, gue jadi paham dan bisa bernapas lega. Ternyata cukup sulit menemukan restoran halal disana, jadi dari pada bersenang-senang sambil memikul dosa, lebih baik cari aman aja *apapula kata-kata kau*.
Setelah perut terisi, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pantai Padang-Padang di desa Pecatu. Yang menarik dari pantai ini adalah anak tangga menuju pantai dan lorong-lorong yang sempit seperti masuk kedalam gua. Tapi setelah keluar dari mulut gua kita bisa melihat pemandangan eksotis cowo-cowo bule keren lagi berjemur dan cewe berbikini pantai dengan pasir putih yang indah. Pantainya tidak terlalu besar, tapi dikelilingi oleh tebing-tebing yang membuat pantai ini menjadi menarik. Sampai-sampai Julia Roberts pernah mengambil gambar di pantai ini dalam filmnya yang berjudul Eat, Pray, Love.
Setelah puas foto-foto, wisata selanjutnya adalah menonton Tari Kecak di Uluwatu. Sebelum memasuki area, pengunjung diwajibkan memakai kain yang diikatkan di pinggang bagi yang memakai berbusana diatas lutut. Setelah itu, perjalanan kami disambut oleh sekumpulan kera usil yang berkeliaran bebas. Tingkat kriminalitas kera-kera tersebut telah menjadi legenda yang cukup membuat gue sedikit was-was. Kami dilarang membawa kacamata, jam tangan, dompet, kalung atau gelang emas karena benda-benda tersebut akan menjadi incaran kera-kera nakal. Apabila ada barang-barang yang dicuri, pemilik kera akan mengembalikan barang tersebut dengan imbalan uang. Hemm..
Setelah melewati kera-kera nakal, pengunjung berjalan dipinggir tebing dengan pemandangan yang langsung mengarah kelaut lepas. Cahaya matahari sore yang terpantul bebas ke laut, dibalut dengan angin dan desiran ombak merupakan perpaduan yang pas untuk ngegalau berjamaah sambil makan pie susu disini. Indah banget !
Sekarang saatnya menonton pertunjukkan yang menjadi salah satu ikon Bali. Sebagian besar penonton adalah wisatawan asing. Semua kursi penuh sampai-sampai beberapa penonton duduk tanpa kursi alias ngedeprok *bahasa lo fay >.<*. Suara desiran ombak, cahaya matahari yang semakin redup dan bau asem bule-bule kumpul menyatu dengan rasa penasaran gue untuk menonton tarian ini.
Tari kecak merupakan tarian yang mengisahkan kisah Ramayana, yang diiringi oleh paduan suara 100 pria. Dibawakan selama satu jam nonstop. Mereka mengucapkan kata “cak-cak” tanpa henti sebagai alunan musik para penari. Gak kebayang berapa galon air yang bisa dihabiskan pria-pria tersebut usai tampil. Glek glek glek…
Gue merasakan kebudayaan yang kental dengan nilai sejarah yang sangat tinggi dibalut kesenian khasnya membuat tarian ini menjadi salah satu sarana untuk melestarikan serta mempromosikan kebudayaan yang ada di Bali. Gak heran kalo banyak turis asing yang memilih Bali sebagai destinasi favorit. Tapi karena durasi yang cukup lama, gue agak bosen dan sedikit pusing ditengah pertunjukan. Banyak bule yang mondar-mandir keluar buat melihat sunset, ditambah suara 100 pria tanpa henti di waktu magrib yang biasanya lagi solat atau santai, membuat hawa sekitar jadi berbau magis (ini perasaan gue loh). Kalo emak gue nonton beginian pasti udah ngomel-ngomel minta pulang.
Akhirnya pertunjukan selesai, gue langsung buru-buru keluar lokasi melewati jalan setapak menuju parkiran. Pusing yang semakin hebat memaksa gue untuk jalan cepat diantara ketek-ketek asem bule yang sedang sibuk bercerita tentang pertunjukan tadi.
Tempat terakhir untuk hari ini yang akan dikunjungi lagi-lagi tempat yang paling dinanti-nanti terutama gue, yaitu Warung Made. Kalo Tasya bilang WarMa. Awalnya gak tau tempat makan dan jenis hidangan apa yang akan disajikan, yang penting buat gue adalah mengisi perut agar pusing bisa dikendalikan sebagaimana mestinya. Tsaah…
Ada dua tempat lokasi WarMa, di Seminyak dan Kuta. WarMa di Seminyak yang gue kunjungi dengan alasan tempatnya yang cukup luas. Dekorasi tempatnya sangat unik, sebagian besar bangunan terbuat dari kayu berikut meja dan kursinya. Semua tempat terisi penuh oleh pengunjung yang rata-rata turis asing. Tapi ada satu hal yang membuat kepala gue bertambah sakit, penerangan alias lampu yang remang-remang dan asap rokok yang menyebar diseluruh ruangan bikin gue mau teriak ALLAHUAKBAR GUE GAK TAHAAN !!! Dikira kita ayam piyek-piyek dikasih lampu lima watt.
Pusing gue gak bertahan lama sampai dateng makan tanpa dipesen. Ajaib banget ! Yaialah udah ada EO yang ngatur. Menu yang disajikan adalah Nasi Campur Spesial yang menjadi favorit di WarMa. Nasinya dikit tapi ada sekitar 10 lauk dalam satu piring lengkap dengan keripik tempe dan sambalnya. Enaaaak…
Setelah selesai dengan urusan makan dan dimakan, pusing telah terobati, saatnya gue balik ke hotel untuk istirahat. Menyiapkan kondisi untuk berwisata menjelajahi tempat-tempat yang gak kalah serunya. Penasaraaan?? Lanjut di next post yaa…