Tak banyak yang tahu soal kota kecil di yang terletak di tengah Myanmar ini. Padahal, Marcopolo pernah menyebutnya sebagai “kota yang dipenuhi gemerincing bel dan desiran jubah para biksu.”
Banyak yang melongo ketika pertama kali saya menyebut Bagan sebagai kota tujuan saya. Bagan memang kota kecil yang belum menjadi tujuan wisata popular bagi warga Indonesia. Selain cukup kecil, kota ini terletak di Myanmar, negara berkembang yang sedang terlibat konflik antar-entik.
Bagan sangat terkenal di kalangan fotografer karena keelokannya dan kemisteriusannya. Bagan juga amat tersohor di kalangan para pecinta sejarah karena di seantero kota ini berdiri banyak sekali kuil, sehingga ia dikenal dengan nama “kota seribu kuil”.
Ya, menurut litertur yang saya baca, sebenarnya dulu ada 13.000 lebih kuil di kota seluas 16 hektar ini. Namun sekarang ini, hanya tersisa 2.000 kuil dengan berbagai bentuk dan ukuran. Kuil-kuil ini dibangun ketika Bagan ada di zaman keemasan; saat Bagan menjadi ibukota kerajaan Burma.
Naik Delman Kitari Bagan
Ada banyak cara mengitari Bagan. Yang paling sering dipilih para turis adalah sepeda berdinamo. Cara ini disukai karena murah. Peminjam sepeda hanya dikenai biaya 2.500 kyat per hari. Cara ini sebenarnya menyenangkan, asalkan fisik kuat dan tahan panas. Ya, Bagan adalah daerah yang panas, tandus, dan berdebu, terutama di Old Bagan, tempat kuil-kuil berada. Sebagian besar jalan di sana masih berupa tanah berdebu, yang akan semakin berdebu saat ada yang melintas di atasnya.
Kalau tak ingin tertimpa debu seperti saya, ada pilihan cara lain yang (sayangnya) lebih mahal: naik horse cart alias delman. Delman ini bisa disewa per hari, mulai dari sunrise
hingga sunset. Biaya sewanya tergantung negosiasi dengan si kusir. Biasanya berkisar antara 10.000-15.000 kyat per delman. Kusir ini akan membawa penumpangnya menyusuri kuil-kuil seharian, tergantung rute yang diinginkan. Namun, kalau tak tau rute mana yang ingin Anda sambangi, percayakan saja rutenya pada Pak Kusir dan kudanya, seperti yang saya lakukan kali ini.
Seribu Kuil
Perjalanan dengan delman biasanya dimulai dari Shwezigon Pagoda, pagoda emas yang terletak tak jauh dari Terminal Bus. Konon, pagoda yang amat mirip dengan Shwedagon Pagoda di Yangon ini dibangun karena mimpi Raja. Di mimpi tersebut, Raja melihat seekor gajah putih (hewan yang disucikan bangsa Burma) membenamkan kepalanya di dalam gundukan pasir. Nah, untuk menangkal bencana, di tempat itu dibangun sebuah pagoda. Sayangnya, kuil ini tidak terlalu terawat sehingga lantainya dipenuhi kotoran burung.
Penjelajahan pun akan dilanjutkan ke area Old Bagan, di mana kuil-kuil lama berada. Old Bagan ini cukup besar, sebenarnya tak cukup jika dijelajahi hanya dalam satu hari. Namun bagi Anda yang tak punya waktu banyak seperti saya, satu hari terasa amat cukup.
Sang kusir dan kudanya membawa saya ke sebuah kuil kecil yang tak bernama. Di kuil ini, saya bisa naik ke atas sambil melihat pemandangan. Wow, ternyata Bagan memang benar-benar kota seribu kuil! Di depan mata, yang tersaji hanyalah kuil dan kuil, dalam bentuk dan ukuran yang berbeda.
Berbagi Rupiah
Perjalanan dilanjutkan menuju HtilMinlo Temple. Kuil yang dibangun di tahun 1211 ini termasuk kuil yang sangat dilindungi pemerintah Bagan. Di dalam kuil ini sebenarnya terdapat banyak pahatan yang indah. Sayangnya, saat gempa besar melanda Myanmar, kuil ini runtuh. Proses rekontruksinya tidak terlalu baik, sehingga bagian dalam hanya dilapisi dengan plesteran kasar saja. Namun, bagian luar kuil ini sangat memesona, apalagi jika dilihat saat ditimpa matahari senja.
Tujuan selanjutnya adalah Ananda Temple, kuil tersuci di Bagan. Namun sebelum mencapai kuil itu, saya dibawa ke beberapa kuil lagi, yang entah bernama apa. Di kuil-kuil kecil tersebut, saya diikuti beberapa pedagang kecil. Ketika saya menolak tawaran barang mereka, mereka meminta uang Rupiah sebagai tanda mata. Ketika saya berikan uang dua ribu rupiah yang tersisa, dengan bahasa Inggris yang baik, mereka tak segan-segan mengobrol dan berbagi cerita.
Uniknya, yang dilakukan para pedagang ini sangat serupa. Begitu saya menolak membeli dagangannya, mereka akan menanyakan asal usul. Begitu dijawab Indonesia, mereka langsung sumringah, dan berkata bahwa jarang sekali orang Indonesia berkunjung ke sana. Mereka juga langsung menghentikan kegiatan “memaksa”, dan berganti dengan obrolan ramah. Hal ini nampaknya tak terjadi pada turis Barat. Para pedagang cilik itu terus saja menguntit mereka. Entah apa sebabnya. Mungkin karena kedekatan emosional dengan Indonesia, atau mereka pikir orang Indonesia tak punya uang banyak?
Sunset yang Tak Ada
Ananda Temple berbeda dengan kuil lainnya yang terbuat dari bata, kuil ini bercat putih. Entah memang begini asalnya, atau ini akibat restorasi yang dilakukan setelah terkena gempa. Yang jelas, temple ini sejatinya memang indah. Konon, karena indahnya, temple ini sempat dijuluki sebagai Westminster Abbey-nya Burma.
Perjalanan di Bagan terus berlanjut ke beberapa kuil, antara lain Sulamani, That Byin Nyu, dan akhirnya berakhir di Shwesandaw Temple untuk menikmati sunset. Temple ini terletak cukup tinggi dan memiliki pelataran cukup luas sehingga menjadi tempat favorit untuk menunggu matahari terbenam. Sayangnya, saat itu awan mendung menutupi tenggelamnya matahari, sehingga sunset di Bagan yang konon sangat indah itu tak dapat saya nikmati.
BOKS
Tip Berpergian ke Bagan
- Mata uang yang digunakan di Myanmar adalah kyat. Sulit untuk menemukan kyat di Indonesia, jadi lebih baik bawa uang dollar dan tukarkan di bandara.
- Tak ada biaya masuk ke tiap temple, tapi untuk memasuki Bagan, kita diharuskan membayar admission fee sebesar $15.
- Semua temple mengharuskan pengunjungnya membuka alas kaki, termasuk kaus kaki. Jadi lebih baik, gunakan alas kaki yang mudah dibuka.
- Hampir seluruh lantai temple dipenuhi kotoran burung yang mengering. Sediakan tissu basah untuk membersihkan kaki.
- Di musim panas, suhu Bagan dapat mencapai 35 derajat. Sediakanlah sunblock untuk menghindari kulit menjadi rusak.
- Di musim dingin, tersedia balon udara untuk menikmati Bagan dari atas. Harga yang dibanderol untuk ini sekitar 300 dolar per orang.
BOKS 2
Cara Menuju Bagan
Ada 2 cara yang dapat ditempuh untuk menuju Bagan. Yang pertama dan yang paling murah adalah dengan menggunakan bus malam. Lama perjalanan sekitar 10 jam dengan harga sekitar 18.000kyat. Bus berangkat dari Yangon pada malam hari dan akan sampai di Bagan keesokan harinya. Jika ingin menggunakan bus, mintalah bantuan kepada petugas hotel untuk mem-booking bus karena kebanyakan bus tidak bisa di-booking dari Jakarta. Bus yang cukup baik adalah JJExpress, Shwe Mandalar, dan Mandalar Inn. Kondisi bus cukup nyaman, namun sediakan baju hangat karena AC-nya sangat dingin.
Yang kedua adalah menggunakan pesawat. Tak ada penerbangan langsung ke Bagan, jadi Anda harus terbang ke Mandalay. Dari Mandalay ke Bagan memakan waktu 3-5 jam. Anda dapat menggunakan taksi untuk mencapai Bagan atau meminta hotel menjemput Anda.
Oleh : Rahma Yulianti
Silakan login/daftar akun kompas.id untuk dapat melakukan voting